![]() |
sajian ludruk Lerok Anyar dari Gondanglegi Kabupaten Malang (Foto ist.) |
Damariotimes. Angin
segar berhembus dari Malang menuju Surabaya, membawa serta kebanggaan bagi
khazanah seni pertunjukan Jawa Timur. Ludruk Lerok Anyar dri Gondanglegi Kabupaten
Malang mencatatan Kembali reputasi istimewa. Sebuah kehormatan tak ternilai
bagi kelompok ludruk tradisional pimpinan Cak Marsam Hidayat: kesempatan unjuk
gigi di panggung prestisius Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur,
Surabaya. Sebuah panggung yang telah menjadi saksi bisu berbagai ekspresi seni
dan budaya, kini siap menerima suguhan istimewa dari Bumi Arema.
Bagi para pegiat dan pecinta ludruk, kabar ini tentu
saja disambut dengan sukacita. Lebih dari sekadar tampil di kota besar,
kesempatan ini adalah sebuah wahana emas untuk mengembangkan kreativitas.
Bagaimana tidak? Menata pertunjukan ludruk di panggung sekelas Taman Budaya
tentu membutuhkan sentuhan yang lebih matang, inovasi yang lebih segar, tanpa
menghilangkan akar tradisi yang telah mengalir dalam setiap gerakan dan
dialognya.
Lebih jauh dari itu, pementasan Ludruk Lerok Anyar
di Taman Budaya Surabaya membawa misi yang lebih dalam. Ini adalah upaya
perlahan namun pasti untuk mengembalikan jati diri ludruk yang sesungguhnya,
yaitu sebagai sebuah medium pendidikan yang sarat nilai-nilai kehidupan, kritik
sosial yang cerdas, dan kearifan lokal yang luhur.
Tanggal 9 Mei 2025, tepat pada hari Jumat Legi
yang diyakini memiliki keistimewaan tersendiri dalam kalender Jawa, Ludruk
Lerok Anyar siap memukau penonton dengan lakon yang menarik: "Nyai
Ranti". Sebuah kisah yang sarat akan intrik dan pesan moral. Lakon ini
mengisahkan tentang seorang dukun santet bernama Nyai Ranti yang terperangkap
dalam kesombongan dan keangkuhannya. Merasa paling benar sendiri, ia tak segan
menganggap siapa saja yang berbeda pandangan sebagai musuh yang patut
disingkirkan.
Di tengah kesombongan sang ibu, hadir sosok
Wulandari, sang putri yang memiliki pandangan berbeda. Keberanian Wulandari
menentang perilaku ibunya justru berbuah pahit. Ia terpaksa meninggalkan rumah
dan menjalani pengembaraan. Namun, takdir berkata lain. Dalam pengembaraannya,
Wulandari berhasil menyadarkan ibunya dari kesesatan. Lebih indah lagi, ia
menemukan tambatan hati dalam diri Lintang Trenggono, seorang jejaka pujaan.
Salah satu ciri khas yang selalu melekat pada
setiap pementasan Ludruk Lerok Anyar adalah keterlibatan aktif kaum milenial.
Cak Marsam Hidayat, sang pimpinan sekaligus sutradara yang memiliki visi
прогрессивный, selalu membuka ruang bagi anak-anak muda untuk berkolaborasi di
atas panggung ludruk. Hal ini merupakan upaya memperkenalkan dan menanamkan
kecintaan terhadap seni tradisional ini kepada generasi penerus.
Tak hanya melibatkan anak muda, Cak Marsam juga
merangkul tokoh-tokoh teater modern dan akademisi. Nama-nama seperti Suryo Wido
Minarto dan Sindu Dohir Herlianto turut memberikan sentuhan dan perspektif yang
berbeda dalam penggarapan pementasan kali ini. Kolaborasi lintas generasi dan
lintas disiplin ilmu ini tentu saja akan menghasilkan sebuah pertunjukan ludruk
yang kaya akan warna dan inovasi.
Tentu saja, ruh dan identitas Ludruk Lerok Anyar
tidak akan lengkap tanpa kehadiran ikon-ikon mereka. Sang primadona, Cak Ambul,
dengan suara lantangnya dan Mama Chandra dengan kejenakaan khasnya, akan tetap
menjadi magnet yang memikat hati para penonton. Kehadiran mereka adalah jaminan
akan kualitas dan kekhasan ludruk Lerok Anyar yang telah dikenal luas.
Pementasan Ludruk Lerok Anyar di Gedung Cak
Durasim kali ini juga mendapatkan dukungan dari Perpustakaan Empu Tan Tular
Malang. Dukungan ini tentu saja menambah semangat dan motivasi bagi seluruh tim
yang terlibat. Sinergi antara seni pertunjukan dan literasi ini diharapkan dapat
semakin memperkaya wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya
lokal.
Kesempatan tampil di Gedung Cak Durasim adalah
sebuah pengakuan atas eksistensi dan kualitas Ludruk Lerok Anyar. Lebih dari
itu, ini adalah sebuah momentum untuk menunjukkan kepada khalayak luas bahwa
ludruk tidak lekang dimakan zaman. Dengan sentuhan kreativitas dan kolaborasi
yang tepat, ludruk mampu bertransformasi menjadi tontonan yang tetap relevan
dan menarik bagi berbagai kalangan, termasuk generasi muda.
Mari kita saksikan bersama bagaimana pesona Ludruk
Lerok Anyar akan menggema di jantung Surabaya. Sebuah kebanggaan bagi Kabupaten
Malang, sebuah harapan bagi lestarinya seni pertunjukan tradisional Jawa Timur.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan perpaduan apik antara tradisi dan
inovasi, antara hiburan dan pendidikan, dalam pementasan "Nyai Ranti"
yang pasti akan meninggalkan kesan mendalam bagi setiap penonton yang hadir.
Ini bukan sekadar tontonan, ini adalah persembahan dari hati untuk melestarikan
warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Tim Damariotimes.
Terima kasih atas apresiasinya terhadap Ludruk Lerok Anyar semoga Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita semua
BalasHapus