![]() |
Didik Nini Thowok waktu berkunjung ke Malang (Foto ist.) |
Damariotimes. Pernahkah
kamu melihat penari pria begitu luwes memerankan karakter wanita di atas
panggung? Atau mungkin kamu pernah tertawa terpingkal-pingkal melihat gerakan
tari yang jenaka namun tetap memukau? Jika iya, besar kemungkinan kamu pernah
mendengar atau bahkan menyaksikan kehebatan seorang Didik Nini Thowok. Sosok
yang satu ini bukan hanya sekadar penari, tapi juga merupakan ikon budaya
Indonesia yang karyanya telah melanglang buana.
Lahir di Temanggung, Jawa Tengah, pada 13 November
1954, dengan nama asli Kwee Tjoen Lian, perjalanan hidup seniman yang akrab
disapa Didik ini penuh dengan warna dan dedikasi pada dunia seni tari. Dahulu,
karena sering sakit saat kecil, namanya diubah menjadi Kwee Tjoen An. Perubahan
nama kembali terjadi pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965, di mana ia
mengganti namanya menjadi Didik Hadiprayitno, mengikuti kebijakan penggantian
nama Tionghoa menjadi nama pribumi.
Didik tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Kwee
Yoe Tiang, adalah seorang pedagang kulit, sementara ibunya, Suminah, berjualan
sembako di Pasar Kayu. Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, Didik mewarisi
darah campuran Tionghoa dan Jawa, sebuah perpaduan budaya yang kelak akan
memengaruhi kekayaan ekspresi seninya.
Ketertarikan Didik pada dunia tari tumbuh sejak
dini. Setelah menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Temanggung, ia tidak
langsung melanjutkan ke perguruan tinggi. Bakatnya yang menonjol membawanya
bekerja di Kabin Kebudayaan Kabupaten Temanggung. Di sana, ia mengabdikan diri
dengan mengajar tari di berbagai sekolah. Pengalaman ini menjadi bekal berharga
yang semakin memantapkan kecintaannya pada seni gerak.
Hasrat untuk memperdalam ilmu tari membawanya ke
Yogyakarta, kota budaya yang menjadi rumah bagi banyak seniman besar. Ia
menimba ilmu di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), yang kini telah
bertransformasi menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pada tahun
1982, Didik berhasil meraih gelar Sarjana Tari, sebuah pencapaian yang membuka
lebar jalannya di dunia seni profesional.
Nama Didik Nini Thowok mulai dikenal luas berkat
inovasinya dalam dunia tari. Ia adalah sosok di balik lahirnya tari-tarian
komedi di Indonesia. Bayangkan saja, seni tari yang biasanya identik dengan
keanggunan dan keseriusan, di tangan Didik mampu menghadirkan gelak tawa tanpa
kehilangan esensi artistiknya. Keberaniannya mendobrak batasan dan
menggabungkan unsur humor dalam gerakan tari menjadikannya fenomena yang unik
dan menarik.
Namun, kehebatan Didik tidak hanya terbatas pada
tari komedi. Ia juga dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam membawakan
berbagai gaya tari tradisional dari berbagai penjuru Nusantara, mulai dari
kelembutan tari Jawa, hingga kelincahan tari Bali, dan kekayaan gerak dari
daerah-daerah lain di Indonesia. Kemampuannya bertransformasi dari satu
karakter ke karakter lain, termasuk dengan sangat apik memerankan sosok
perempuan, membuat banyak orang terpukau.
Ketertarikannya pada seni tidak berhenti pada
batasan Indonesia. Didik juga memperluas wawasannya dengan mempelajari tari
dari berbagai negara. Tari Noh dan Hagoromo dari Jepang, serta Flamenco yang
penuh semangat dari Spanyol, menjadi inspirasi dalam karya-karyanya. Ia sering
kali dengan cerdas menggabungkan unsur-unsur dari berbagai budaya ini ke dalam
koreografinya, menciptakan sebuah harmoni yang kaya dan memikat.
Sepanjang kariernya yang gemilang, Didik Nini
Thowok telah menorehkan banyak karya tari yang tak terlupakan. Dedikasinya pada
seni juga diakui melalui berbagai penghargaan bergengsi. Ia juga aktif terlibat
dalam berbagai pementasan tari, baik di dalam negeri maupun di panggung
internasional, memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.
Selain menari, Didik juga melebarkan sayapnya ke
dunia seni peran. Beberapa film layar lebar pernah ia bintangi, seperti
"Jagad X Code", "Wonderful Life", "Preman In
Love", dan "Perempuan Pembawa Sial". Kehadirannya di layar kaca
menambah warna dalam perjalanan kariernya sebagai seorang seniman serba bisa.
Sebagai wujud kecintaannya pada dunia pendidikan
seni, Didik Nini Thowok mendirikan lembaga pendidikan tari Natya Lakshita dan
Yayasan Didik Nini Thowok Entertainment. Melalui lembaga ini, ia berupaya untuk
menularkan ilmunya dan melahirkan generasi penerus yang mencintai dan
melestarikan seni tari Indonesia.
Pengakuan atas kontribusi besarnya dalam
melestarikan dan mengembangkan seni tari tradisional Indonesia hingga kancah
internasional menjadikan Didik Nini Thowok sebagai salah satu maestro tari yang
sangat dihormati. Ia adalah aset budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Keajaiban seorang Didik Nini Thowok adalah
kemampuannya untuk tetap relevan di tengah arus perubahan zaman. Bahkan di era
modern ini, ia tidak ragu untuk beradaptasi dan mengikuti tren yang sedang
digandrungi. Salah satu contohnya adalah ketika ia ikut meramaikan "Lathi
Challenge" pada tahun 2020 yang viral di media sosial. Langkah ini
menunjukkan bahwa seorang maestro pun tetap terbuka pada inovasi dan mampu
menjangkau generasi muda melalui platform yang mereka gunakan.
Dedikasinya yang tinggi dalam melestarikan tari
tradisional sambil terus berinovasi menjadikannya sumber inspirasi yang tak
pernah kering bagi para penari muda di Indonesia. Ia membuktikan bahwa tradisi
dan modernitas dapat berjalan beriringan dan saling memperkaya. Lebih dari itu,
Didik Nini Thowok juga aktif mengadvokasi pentingnya seni tari sebagai bagian
dari kurikulum wajib di sekolah, bukan hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
Ia percaya bahwa pengenalan seni sejak dini dapat membentuk karakter dan
menumbuhkan kecintaan pada budaya bangsa.
Dengan segala dedikasi, inovasi, dan kontribusinya
yang tak terhitung jumlahnya, Didik Nini Thowok telah menjelma menjadi ikon
budaya yang menginspirasi banyak generasi seniman di Indonesia. Kisah hidupnya
adalah cerminan dari semangat untuk terus berkarya, melestarikan tradisi, dan
beradaptasi dengan perubahan zaman. Ia adalah bukti nyata bahwa seni, dengan
segala keindahannya, mampu menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Jadi, mari kita terus lestarikan dan apresiasi karya-karya maestro seperti Didik
Nini Thowok, agar kekayaan budaya Indonesia terus hidup dan menginspirasi
dunia.
Tim Damariotimes.
beliau membuktikan bahwa seni bisa menjadi jembatan antar budaya dan generasi. Perpaduan unik antara tari tradisional dan sentuhan teatrikal khas Didi benar-benar tak tergantikan. Salut atas dedikasi dan konsistensinya dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari Nusantara
BalasHapus