![]() |
| konsumsi simbolis dan kebudayaan (Sumber IA) |
Damarioitmes.
Dalam lanskap kehidupan manusia yang kompleks, konsumsi sering kali
disalahpahami hanya sebagai aktivitas pemenuhan kebutuhan biologis atau fisik
semata. Namun, jika ditelaah lebih dalam melalui kacamata strukturalisme Claude
Lévi-Strauss, konsumsi sebenarnya adalah sebuah arena dinamis di mana makna dan
simbol diproduksi, dipertukarkan, dan dilestarikan. Melalui lensa ini, kita
dapat melihat bahwa setiap objek yang kita pilih bukan sekadar benda mati,
melainkan bagian dari struktur besar yang membentuk dan menopang kebudayaan
manusia secara utuh.
Lévi-Strauss
mengajarkan bahwa kebudayaan manusia pada dasarnya beroperasi layaknya sebuah
bahasa. Sebagaimana bahasa terdiri dari aturan-aturan yang tidak terlihat namun
mengatur cara kita berbicara, pikiran manusia juga memiliki kecenderungan
bawaan untuk mengorganisasikan dunia melalui sistem oposisi biner. Kategorisasi
seperti panas melawan dingin, mentah melawan matang, atau alam melawan budaya,
bukanlah sekadar label deskriptif. Oposisi biner ini adalah kerangka dasar atau
"arsitektur mental" yang memungkinkan manusia memberikan makna pada
pengalaman hidup mereka. Dalam konteks ini, konsumsi menjadi sarana bagi
manusia untuk menempatkan diri mereka di dalam struktur tersebut.
Ketika
kita menerapkan perspektif ini, tindakan membeli atau menggunakan suatu produk
berubah menjadi sebuah bahasa simbolik. Benda-benda yang kita konsumsi
berfungsi sebagai "kata-kata" dalam sebuah kalimat besar kebudayaan.
Pakaian yang melekat di tubuh, jenis makanan di atas meja, hingga merek kopi
yang kita genggam, semuanya membawa pesan tentang identitas, status sosial, dan
nilai-nilai yang kita anut. Sebagai contoh, makanan bukan lagi sekadar sumber
nutrisi, melainkan media komunikasi. Perbedaan antara daging mentah dan daging
yang dimasak, seperti yang dianalisis secara mendalam dalam karya The Raw
and the Cooked, mencerminkan transisi fundamental dari kondisi alam yang
liar menuju peradaban yang berbudaya. Di sini, cara mengonsumsi adalah cara
kita menegaskan kemanusiaan kita.
Lebih
jauh lagi, pilihan konsumsi kita sebenarnya tidak pernah benar-benar bebas dari
pengaruh struktur bawah sadar. Terdapat semacam "gramatika sosial"
yang mengatur bagaimana simbol-simbol tersebut dikombinasikan. Dalam dunia mode
atau fashion, misalnya, pilihan kita terhadap gaya tertentu dipandu oleh
struktur oposisi seperti formal melawan informal, atau mewah melawan sederhana.
Struktur inilah yang memberikan makna pada penampilan kita, sehingga orang lain
dapat "membaca" posisi sosial kita tanpa perlu sepatah kata pun
terucap. Kita semua secara implisit tunduk pada aturan main ini agar dapat
berinteraksi secara bermakna dalam masyarakat.
Di
era modern, komoditas bahkan telah mengambil peran sebagai mitos-mitos baru.
Jika masyarakat tradisional memiliki mitologi tentang dewa-dewi, masyarakat
kontemporer memiliki narasi iklan yang menciptakan aura magis di sekitar
produk. Iklan mengaitkan benda-benda konsumsi dengan konsep abstrak seperti
kebahagiaan sejati atau kesuksesan finansial. Dengan mengonsumsi produk
tersebut, individu merasa seolah-olah sedang berpartisipasi dalam mitos modern
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan adalah sistem tanda yang
koheren, di mana konsumsi menjadi salah satu cara utama untuk memperkuat sistem
tersebut.
Pada
akhirnya, analisis strukturalisme ini membawa kita pada pemahaman bahwa
konsumsi adalah proses aktif penciptaan makna, bukan sekadar penerimaan pasif.
Di balik keberagaman praktik belanja atau gaya hidup, terdapat struktur mental
universal yang terus bekerja mengorganisir dunia kita. Melalui pemahaman
terhadap oposisi biner yang mendasari pilihan-pilihan tersebut, kita dapat
menyingkap bagaimana sebuah masyarakat memandang dirinya sendiri. Konsumsi,
yang sering dianggap remeh, ternyata merupakan jalinan kompleks dari simbol dan
struktur bawah sadar yang mendefinisikan siapa kita sebagai makhluk berbudaya.
Setiap objek yang kita miliki adalah saksi bisu dari sebuah cerita besar yang
terus ditulis oleh kebudayaan manusia.
Penulis : R.Dt.

Posting Komentar untuk "Konsumsi Simbolik dalam Bingkai Strukturalisme Claude Lévi-Strauss"