Menggali Makna dan Struktur: Teori Struktural-Simbolik Robby Hidajat dalam Seni Budaya

 

wayang Topeng Malang (Foto ist.)


Damariotimes. Teori Struktural-Simbolik yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., seorang Guru Besar di bidang Kajian Seni Tari, Universitas Negeri Malang, bukanlah sebuah teori baru yang berdiri sendiri, melainkan merupakan kerangka analisis yang mengintegrasikan secara erat dua pendekatan penting dalam kajian budaya: Strukturalisme dan Simbolik. Pendekatan ini secara khusus diterapkan dalam kajian seni pertunjukan dan motif-motif budaya, seperti batik dan Wayang Topeng Malang, untuk menggali makna yang lebih mendalam dan terstruktur.

 

Inti Teori Struktural-Simbolik

Inti dari pendekatan Struktural-Simbolik Robby Hidajat adalah perlunya memadukan analisis simbolik (makna) dengan analisis struktural (tata letak, hubungan, dan pola).

  • Kajian Simbolik: Berfokus pada penafsiran makna yang terkandung dalam entitas budaya—misalnya, makna mitologis pada motif batik atau pesan etis pada peran tokoh tari. Pendekatan ini cenderung melihat relasi sebagai sebuah pola linier (satu garis).
  • Kajian Struktural: Berfokus pada struktur mendalam (struktur penyajian, komposisi, atau tata ruang) di mana simbol-simbol tersebut berada. Pendekatan ini, yang banyak terinspirasi dari strukturalisme Claude Lévi-Strauss, bertujuan untuk menempatkan simbol-simbol dalam sebuah sistem relasi dan oposisi biner (pertentangan) yang membentuk kesadaran tak sadar masyarakat.

Tujuan utama dari penggabungan ini adalah untuk mendapatkan hasil kajian yang lebih utuh dan komprehensif, tidak hanya berhenti pada pemahaman teks (wujud fisik atau simbol yang tampak), tetapi juga mencapai pemahaman terhadap kesadaran dari ketidaksadaran yang mendasari tindakan atau ucapan dalam budaya tersebut.

 

Penerapan dalam Wayang Topeng Malang

Salah satu fokus utama Robby Hidajat dalam menerapkan teori ini adalah pada seni pertunjukan tradisional Wayang Topeng Malang (WTM).

  1. Analisis Struktur Penyajian:
    • Ia menganalisis struktur penyajian WTM, yang terdiri dari babak atau adegan yang disebut jejeran.
    • Temuan pentingnya adalah adanya analogi konotatif antara struktur penyajian WTM dengan denah rumah Jawa tradisional (seperti latar, bale, sentong, gandhok, pawon, tegalan).
  2. Analisis Simbolik dan Makna:
    • Setiap bagian dari struktur penyajian tersebut diyakini memiliki makna simbolik yang merefleksikan tata nilai dan kehidupan manusia (Jawa) dalam konteks sosial dan kosmologi. Misalnya, babak jejeran yang merupakan pusat pertunjukan seringkali disimbolkan sebagai pancer atau pusat kehidupan.
  3. Kesimpulan Struktural-Simbolik:
    • Dengan memadukan struktur (tata urutan adegan) dan simbol (makna jejeran yang analog dengan rumah Jawa), Hidajat menunjukkan bahwa WTM tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai refleksi dari sistem nilai, etika, dan bahkan kosmologi yang dipegang teguh oleh masyarakat pendukungnya (misalnya, di Desa Kedungmangga).

 

Penerapan dalam Motif Batik

Robby Hidajat juga menggunakan pendekatan struktural-simbolik untuk mengkaji mitos Jawa pada motif batik berunsur alam.

  • Ia mengemukakan bahwa kajian simbolik saja (yang melihat relasi mitologi dan motif secara linier) kurang lengkap.
  • Strukturalisme dibutuhkan untuk melengkapi analisis simbolik, yaitu dengan melihat bagaimana simbol-simbol pada motif batik tersebut tersusun dalam sebuah struktur dan sistem oposisi yang mencerminkan pemahaman kosmologis Jawa yang lebih dalam. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengurai simbolisasi dan menempatkannya dalam struktur yang relevan.

 

Relevansi dan Kontribusi

Teori Struktural-Simbolik Robby Hidajat memberikan kontribusi signifikan dalam kajian seni dan budaya dengan:

  • Memperluas Metodologi: Menawarkan kerangka kerja yang lebih kaya dengan mengintegrasikan kekuatan Strukturalisme Lévi-Strauss (mencari pola tak sadar) dengan analisis Simbolik (menafsirkan makna kultural).
  • Mendalami Pemahaman Budaya: Memungkinkan peneliti untuk tidak hanya memahami fungsi (hiburan) atau makna dangkal, tetapi juga menggali tata nilai, kosmologi, dan sistem kepercayaan yang tertanam dalam struktur entitas budaya.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa objek budaya seperti tari atau batik adalah sebuah teks yang kompleks, di mana simbol-simbol tidak hadir secara acak, melainkan terorganisir dalam sebuah struktur yang sarat makna, mencerminkan cara masyarakat berpikir dan memandang dunia.

 

Reporter : MAH

 

 

5 komentar untuk "Menggali Makna dan Struktur: Teori Struktural-Simbolik Robby Hidajat dalam Seni Budaya"

  1. Aura Shafa Pramadhita12 November 2025 pukul 03.13

    Pembahasan mendalam banget mengenai cara menganalisis seni budaya, terutama Wayang Topeng Malang. Teori Struktural-Simbolik ini membuat saya sadar kalau di balik pertunjukan ada makna dan struktur filosofis yang kuat, bukan hanya sekadar tontonan biasa.

    BalasHapus
  2. Dengan membongkar struktur (hubungan antar elemen) dan simbol (makna tersembunyi), teori ini memastikan bahwa apresiasi kita terhadap seni tradisional yang kaya filosofi tidak berhenti pada estetika visual semata, melainkan mencapai esensi kultural dan spiritual yang mendalam. Sebuah kerangka berpikir yang sangat dibutuhkan untuk pelestarian makna

    BalasHapus
  3. Teori struktural - simbolik dari bapak Robby Hidajat ini memberikan kontribusi signifikan dalam kajian seni dan budaya, yakni dengan memperluas metodologi (menawarkan kerangka kerja yang lebih kaya), dan mendalami pemahaman budaya.

    BalasHapus
  4. Teori struktural simbolik oleh bapak Robby Hidajat yang memadukan simbolik (makna) dan struktulral (tata letak, hubungan, dan pola) untuk memperluas kajian seni sangat relevan untuk melestarikan budaya yang ada.

    BalasHapus
  5. Pendekatan struktural-simbolik Prof. Robby Hidajat yaitu memadukan analisis simbolik (makna) dengan analisis struktural (tata letak, hubungan, dan pola) , Pendekatan ini menunjukkan bahwa adalah sebuah teks yang kompleks dimana simbol simbol tidak hadir secara acak melainkan terorganisir dalam sebuah terstruktur.

    BalasHapus