Koleksi Topeng Malang dan Kaitan Sejarah dengan Sir Stamford Raffles


Topeng Bapang warna putih, topeng kuno dari Palawijen (Foto ist.)


          Damariotimes. Seorang seniman lukis bernama Sunari menyimpan dua topeng Malang kuno yang memiliki keterkaitan sejarah menarik, yang diduga sebanding dengan koleksi Sir Stamford Raffles yang kini disimpan di British Museum. Sunari mengaku mendapatkan topeng-topeng ini dari bosnya, seorang Belanda, saat ia mengajar seni lukis untuk orang asing.


Hubungan Topeng Sunari dengan Koleksi Raffles

Peneliti dari Universitas Negeri Malang, Robby Hidajat, mengonfirmasi bahwa topeng-topeng koleksi Sunari adalah topeng kuno yang berasal dari daerah Palawijen, Blimbing, Malang. Daerah ini terkenal sebagai pusat kerajinan topeng dengan perajin legendaris bernama Reni, yang bahkan dicatat oleh etnograf bernama Pigeaud.

Koleksi topeng yang dimiliki Sunari ini beresonansi dengan koleksi Raffles. Raffles, seorang negarawan Inggris yang dikenal menguasai Jawa, memiliki ketertarikan besar pada sejarah dan barang antik. Ia mengumpulkan koleksi topeng dan artefak lain untuk laporan yang ia susun, dengan tujuan membujuk politisi Inggris agar mempertahankan Jawa sebagai koloni. Koleksi Raffles ini kemudian disumbangkan ke British Museum pada tahun 1859.



Topeng Kartolo yang warnanya sudah memudar (Foto ist.)


Aspek Kultural dan Penjajahan

Topeng-topeng yang dikumpulkan Raffles, termasuk topeng Jawa yang menjadi bagian dari koleksinya, menunjukkan sisi lain dari hubungan antara penjajah dan penduduk setempat. Kondisi topeng yang masih bagus dan tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat perampasan atau penjarahan, mengindikasikan bahwa topeng-topeng tersebut kemungkinan besar adalah hadiah atau dibeli, bukan diambil secara paksa. Hal ini menunjukkan adanya transaksi atau interaksi yang lebih damai antara Raffles dan masyarakat Jawa pada saat itu.

Koleksi topeng-topeng ini tidak hanya sekadar benda seni, melainkan juga cerminan dari konsep Pencerahan Eropa pada awal abad ke-19, di mana Raffles berusaha menginterpretasikan budaya Jawa sebagai "budaya yang beradab" untuk konsumsi publik Eropa. Hubungan antara koleksi Raffeng dengan koleksi Sunari menjadi menarik karena keduanya mencerminkan bagaimana benda-benda budaya lokal, seperti topeng Malang, menjadi bagian dari narasi sejarah yang lebih besar, baik itu dalam konteks kolonialisme maupun pelestarian budaya oleh seniman modern.


Reporter : H.Gum.


2 komentar untuk "Koleksi Topeng Malang dan Kaitan Sejarah dengan Sir Stamford Raffles"

  1. keberagaman bentuk dan fungsi topeng mencerminkan kekayaan seni tradisi masyarakan Jawa

    BalasHapus
  2. Artikel tersebut menyebut bahwa koleksi Topeng Malang kuno milik Sunari memiliki keterkaitan sejarah dengan koleksi Sir Stamford Raffles, memperlihatkan bahwa benda budaya lokal bisa menjadi bagian dari narasi sejarah kolonial sekaligus pelestarian budaya.

    BalasHapus