Dosen UM Mengembangkan Motorik Halus Anak dengan Topeng Malang


Tim dosen dan mahasiswa UM melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (Foto ist.)


Damariotimes. Malang, 28 Agustus 2025, sebuah sinergi bermakna terjalin antara dunia akademis dan komunitas. Tim dosen dan mahasiswa dari Universitas Negeri Malang (UM) melancarkan inisiatif pengabdian masyarakat yang menawan, mengusung misi ganda: melestarikan warisan budaya lokal sekaligus mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak usia dini. Di bawah tajuk "Pelatihan Menggambar Batik Motif Topeng Malangan bersama Anak Usia Dini di Daerah Lowokwaru", program ini sukses menyedot antusiasme puluhan murid cilik dari TK Al-Huda, mengubah jantung Lowokwaru menjadi kanvas inspirasi.

Menggenggam Identitas di Tengah Arus Modernisasi

Nuril Kusuma Wardani, S.Sn., M.Ds., Ketua Tim Pengabdian, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah realisasi nyata dari komitmen UM yang didanai secara internal pada tahun 2025. Dengan nada keprihatinan, Nuril menyoroti bagaimana arus modernisasi sering kali mengikis ingatan anak-anak terhadap kekayaan tanah kelahirannya, terutama Topeng Malang, sebuah mahakarya seni yang lahir dan tumbuh subur di kota ini. Program ini dirancang dengan cerdas, tidak hanya sekadar memperkenalkan Topeng Malang, tetapi menjadikannya katalisator untuk mengembangkan keterampilan motorik halus yang krusial. Mereka menggunakan Kiloman Kit Topeng Malang, sebuah paket mewarnai yang dirancang khusus. Desainnya yang unik dan memikat secara efektif memprovokasi anak-anak untuk menggerakkan otot-otot kecil pada jari, mengubah aktivitas menjadi ajang latihan koordinasi mata dan tangan yang menyenangkan, di mana mereka harus memegang kuas dengan cermat dan menuruti garis pola yang tersedia. Setiap anak menerima Kiloman Kit yang mengundang kreativitas, berisi tas jinjing (totebag) berhias motif Topeng Malang, perlengkapan melukis lengkap mulai dari palet warna, kuas, hingga cat lukis, serta lembar-lembar latihan progresif yang mencakup aktivitas menyambung garis, menggambar, dan mewarnai.


hasil kegiatan (Foti ist.)


Jembatan Belajar dan Bermain

Pelaksanaan kegiatan, Kamis, 28 Agustus 2025, pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, suasana TK Al-Huda berubah menjadi studio seni yang hidup. Setelah perkenalan singkat, tim dosen dan mahasiswa dengan cekatan membagi diri, membimbing kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima hingga enam anak. Anak-anak diajak melalui serangkaian tahapan yang mengasah ketangkasan mereka, dimulai dari Penguatan Dasar di mana mereka berlatih membuat garis tegak lurus dan lengkung dengan mengikuti titik-titik panduan, mencoba teknik mengecap, dan mengisi bidang dengan warna. Tahap selanjutnya adalah Eksplorasi Imajinasi, di mana anak-anak didorong untuk menggambar bebas dan membebaskan kreativitas tanpa batas. Puncak aktivitas adalah Karya Puncak di mana mereka berhadapan dengan lembar karakter Topeng Malang, menunjukkan hasil belajar mereka, baik dengan meniru referensi warna yang otentik maupun mengikuti gemuruh imajinasi mereka sendiri. Selama proses kreatif ini, tim pendamping juga melakukan pengamatan dan evaluasi berskala untuk mengukur secara objektif dampak kegiatan menggambar dan mewarnai ini terhadap kemajuan motorik halus anak-anak.

Pendamping untuk Keluarga dan Sekolah

Untuk menjamin keberlangsungan efek positif program, Tim Pengabdian telah menyiapkan e-book berjudul "Kiloman Kit Modul: Pembelajaran Topeng Malangan dan Motorik Halus Anak". Modul ini didistribusikan kepada wali murid dan guru sebagai panduan yang komprehensif. E-book yang kaya akan pengetahuan ini mencakup pengenalan mendalam tentang Topeng Malang: warisan lokal dengan makna, karakter, simbol, dan struktur yang kaya, panduan detail tentang penggunaan efektif Kiloman Kit, serta aktivitas kreatif yang dirancang untuk melatih motorik dan daya cipta anak, ditambah bagian tambahan berupa kumpulan dongeng dan coloring book yang menarik. Dengan alat pendamping ini, orang tua dan guru diharapkan mampu menjadi fasilitator yang berkelanjutan dalam menumbuhkan kecintaan anak terhadap budaya sekaligus mengembangkan keterampilan motorik mereka, menciptakan lingkungan belajar yang holistik.

Budaya sebagai Akselerator Pendidikan

Kegiatan ini tak hanya berhenti pada aspek lokal, tetapi juga menjangkau dimensi global, sejalan dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas). Penggunaan Topeng Malang sebagai media edukasi yang menyenangkan, inklusif, dan berkeadilan, membuka kesempatan belajar seumur hidup. Sambutan hangat datang dari Kepala Sekolah TK Al-Huda, Saidah Masfiah, yang mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menarik dan sesuai dengan tema tahun sekolah mereka untuk melestarikan kebudayaan, di mana anak-anak belajar tentang bermacam topeng dan bisa mencoba membatik. Melalui latihan menggambar dan aktivitas terstruktur ini, harapannya bukan hanya pengembangan motorik halus yang terukir, tetapi juga penanaman nilai moral yang baik dan rasa cinta tanah air yang kuat. Upaya pelestarian budaya ini adalah investasi jangka panjang, memastikan warisan berharga ini dapat terus dilihat, dipahami, dan diambil pelajarannya oleh generasi penerus di masa depan yang cerah.

 

Reporter : H.Gum.

 

19 komentar untuk "Dosen UM Mengembangkan Motorik Halus Anak dengan Topeng Malang"

  1. Regita Cahya Nirmawati1 Oktober 2025 pukul 01.43

    Secara keseluruhan, saya menilai artikel ini positif karena mengangkat inisiatif yang bernilai pendidikan dan budaya.

    BalasHapus
  2. Artikel “Dosen UM Mengembangkan Motorik Halus Anak dengan Topeng Malang”
    Artikel ini menunjukkan upaya positif menggabungkan pelestarian budaya dengan pengembangan motorik halus anak melalui media Topeng Malang.

    BalasHapus
  3. Program pengabdian masyarakat yang digagas oleh dosen dan mahasiswa UM ini sangat inspiratif karena berhasil memadukan pelestarian budaya lokal dengan pendidikan kreatif sejak usia dini. Melalui pelatihan menggambar batik bermotif Topeng Malangan, anak-anak tidak hanya diajak mengenal warisan budaya, tetapi juga berlatih motorik halus, kreativitas, dan koordinasi mata-tangan. Langkah seperti ini penting agar generasi muda tetap mencintai dan menghargai identitas budaya di tengah derasnya arus modernisasi

    BalasHapus
  4. Artikel ini menunjukkan cara kreatif dosen UM menggabungkan seni Topeng Malang dengan pengembangan motorik halus anak-anak TK. Program ini tidak hanya melestarikan budaya, tapi juga efektif melatih keterampilan motorik melalui aktivitas menggambar dan mewarnai, jadi contoh bagus bagaimana seni bisa jadi media edukasi yang menyenangkan.

    BalasHapus
  5. Inisiatif Dosen UM dalam menggabungkan pelestarian budaya lokal (Topeng Malang) dengan pengembangan motorik halus pada anak usia dini sangat positif. Program seperti “Pelatihan Menggambar Batik Motif Topeng Malangan bersama Anak Usia Dini” menunjukkan bahwa pendidikan tidak harus terpisah dari kebudayaan justru bisa saling melengkapi.

    BalasHapus
  6. program pelatihan seni yang bertahap, memasukkan unsur budaya lokal (Topeng Malang), dan memiliki tujuan evaluasi akademik yang jelas.

    BalasHapus
  7. Progam seperti ini yang harus didukung dan dilakukan secara rutin karena dengan adanya pelatihan seni mulai dari anak-anak kita dapat mengajarkan warisan budaya lokal dari daerah Malang, dengan tetap memperhatikan tumbuh kembang anak-anak yang dilatih dengan melukis Topeng Malang di totebag, pasti akan menimbulkan pengetahuan anak untuk tahu itu apa dan bertanya mengenai budaya Topeng Malang.

    BalasHapus
  8. Anifa Zeni Fitriani8 Oktober 2025 pukul 06.33

    Inisiatif dosen UM dalam menggabungkan pelestarian budaya local (Topeng Malang) sangat tepat dan harus didukung kareana anak anak dapat belajar tentang macam macam topeng serta dapat membatik selain itu kegiatan ini bertujuan juga untuk mengembangkan motorik halus anak.

    BalasHapus
  9. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen Universitas Negeri Malang ini memberikan banyak manfaat dan dampak bagi lingkungan. Anak di kembangkan kemampuan motorik halusnya dengan cara menggambar, mewarnai lembar karakter Topeng Malang yang disediakan. Itu semua bermanfaat terhadap kemajuan motorik halus anak-anak. Selain itu pada kegiatan pengabdian masyarakat ini mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya yang ada dan memastikan bahwa warisan berharga yang dimiliki Malang ini bisa terus dilihat ataupun dipahami oleh generasi penerus bangsa.

    BalasHapus
  10. Ameylia Eka Putri Rachmadini14 Oktober 2025 pukul 05.58

    kegiatan yang sangat menginspirasi, dosen-dosen dan mahasiswa UM memberi pembelajaran tentang pengenalan budaya dari daerah Malang itu sendiri yaitu "topeng malang" kepada anak-anak sejak kecil supaya mereka juga mengenal warisan budaya dari daerah mereka, dan juga bisa mengasah pengembangan motorik halus, penanaman nilai moral yang baik dan rasa cinta tanah air yang kuat

    BalasHapus
  11. Naslihna Fatimah Az Zahra19 Oktober 2025 pukul 09.44

    Artikel tentang dosen UM yang mengembangkan kemampuan motorik halus merupakan inisiatif penting dan relevan — terutama dalam konteks pendidikan anak usia dini atau pendidikan gerak/keahlian hidup. Fokus pada motorik halus (gerakan otot‐kecil seperti jari, tangan, koordinasi mata–tangan) seringkali kurang mendapat sorotan dibandingkan motorik kasar, padahal memiliki dampak besar terhadap kemampuan menulis, menggunting, menggambar, dan aktivitas sehari‐hari anak.

    BalasHapus
  12. Seniman, karya seni, dan penonton adalah tiga elemen yang saling terkait dan membentuk kesatuan yang utuh. Seniman menciptakan karya seni, penonton menikmati dan menginterpretasikan karya tersebut, sehingga tercipta hubungan yang dinamis dan bermakna dalam dunia seni.

    BalasHapus
  13. Tim dosen dan mahasiswa Universitas Negeri Malang mengadakan pelatihan menggambar batik motif Topeng Malangan bagi anak-anak TK Al-Huda Lowokwaru untuk melestarikan budaya lokal sekaligus melatih motorik halus. Kegiatan ini menggunakan "Kiloman Kit" berisi alat melukis dan modul edukatif, disertai e-book panduan bagi guru dan orang tua. Melalui aktivitas menggambar dan mewarnai, anak-anak diajak mengenal budaya Malang sambil mengembangkan kreativitas dan koordinasi motorik, menumbuhkan cinta budaya sejak dini.

    BalasHapus
  14. Rindi Oktavia Safitri21 Oktober 2025 pukul 00.46

    Kegiatan dalam artikel ini sangat positif dilakukan karena dapat melestarikan kebudayaan yang ada, agar terus terlihat dan dipahami bagi para penerus bangsa.

    BalasHapus
  15. Pristiwati Handayani Septania PSP 2521 Oktober 2025 pukul 03.05

    Program pengabdian masyarakat Universitas Negeri Malang di TK Al-Huda Lowokwaru berhasil menggabungkan pelestarian budaya Topeng Malang dengan pengembangan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan menggambar dan mewarnai menggunakan Kiloman Kit, menjadikan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan bermakna.

    BalasHapus
  16. zahra Puspa Kirana21 Oktober 2025 pukul 09.31

    Semoga ke depan metode ini bisa diterapkan di berbagai daerah untuk membangun kecintaan anak terhadap budaya dan meningkatkan keterampilan motorik mereka secara optimal.

    BalasHapus
  17. Inisiatif dari tim dosen dan mahasiswa di Universitas Negeri Malang yang menggabungkan pelestarian budaya lokal (Topeng Malang) dengan pengembangan motorik halus anak usia dini merupakan langkah yang sangat inspiratif — selain mengasah kreativitas dan koordinasi anak-anak, program ini juga menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya Malang sejak dini.

    BalasHapus
  18. Sangat bagus dan dapat menjadikan inspirasi dan menciptakan inovatif

    BalasHapus
  19. Program pengabdian UM, "Pelatihan Menggambar Batik Motif Topeng Malangan" pada 28 Agustus 2025, berhasil melestarikan Topeng Malangan sekaligus mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK Al-Huda Lowokwaru melalui pelatihan praktis menggunakan Kiloman Kit dan e-book, mengatasi kesenjangan keterampilan dan menanamkan cinta budaya.

    BalasHapus