Dari Sakral ke Seni Panggung: Wayang Topeng Malang dalam Sorotan Diskusi "Semesta Buku" Gramedia di MCC Malang

 


Diskusi buku di Semesta Buku Gramedia MCC Malang (Foto ist.)


Damariotimes. Malang, 27 Septermber 2025. Suasana inspiratif menyelimuti lantai 7 Malang Creative Center (MCC) saat Gramedia Malang menggelar Diskusi Buku dalam rangkaian acara "Semesta Buku." Acara santai namun mendalam ini berhasil menarik perhatian pengunjung pameran buku, memberikan mereka pengalaman yang berkesan serta layanan suasana yang berbeda.

Buku yang menjadi primadona dalam diskusi kali ini adalah karya monumental dari Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. yang berjudul "Wayang Topeng Malang: Dari Ritual ke Seni Pertunjukan." Diterbitkan oleh Media Nusa Creative pada tahun 2025, buku ini menyajikan kajian mendalam mengenai perubahan fungsi seni tradisional Wayang Topeng Malang (WTM).

 

Diskusi buku karya Prof. Dr. Robby Hidjat, M.Sn (Foto ist.)

Transformasi Wayang Topeng Malang

Buku tersebut secara spesifik mengupas tuntas transformasi WTM dari yang semula merupakan ritual sakral menjadi sebuah seni pertunjukan. Wayang Topeng Malang, khususnya di Desa Kedungmangga, Kabupaten Malang, pada mulanya memegang peranan penting dalam ritual adat dan kepercayaan masyarakat. Namun, seiring dengan perubahan lingkungan dan sistem sosial yang terjadi, fungsi penyajian WTM pun mengalami evolusi.

Kajian ini berfokus pada perkembangan pesat perkumpulan Wayang Topeng Asmarabangun di Kedungmangga, yang telah tumbuh sejak tahun 1930-an dan mencapai puncaknya antara tahun 1970 hingga 2020. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif prospektif, Prof. Robby Hidajat menerapkan berbagai konsep, mulai dari estetika, simbolisme, seni pertunjukan, hingga teori ritual, fungsional, perubahan, dan budaya.

Melalui wawancara, observasi, dan kajian dokumen, penelitian ini mengungkap adanya empat varian WTM yang kini berfungsi ganda sebagai ritual maupun hiburan:

1.                       Gebyakan Suguh Pundhen

2.                       Gebyakan Tolak Balak

3.                       Gebyakan Ngamen

4.                       Gebyakan Tanggapan atau Festival

Setiap varian ini menunjukkan elemen transformatif yang signifikan pada aspek penyelenggara, pelaksana, materi, tempat, dan penonton. Perubahan ini tidak hanya memperkaya WTM sebagai seni pertunjukan, tetapi juga membawa dampak positif dalam aspek sosial, ekonomi, dan kreativitas masyarakat pendukungnya, di mana para pewaris tradisi dan penonton bertindak sebagai agen perubahan.

 

Motivasi dan Nilai Historis Sebuah Buku

Sesuai dengan kebiasaannya, Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. menutup diskusi dengan memberikan motivasi yang berkesan bagi para pembaca dan pengunjung. Dalam sesi tanya jawab, beliau memberikan souvenir buku tulisannya kepada tiga orang penanya yang aktif.


tiga penanya yang mendapatkan sovenir karya Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. (Foto ist.)


Sebagai kata penutup seminar, beliau menyampaikan sebuah pandangan menarik mengenai makna sebuah buku di era modern:

"Buku saat ini memang tidak lagi hanya untuk bahan bacaan yang menjamin orang menjadi pintar. Namun, buku akan menjadi barang yang bernilai historis—sebuah kenangan tentang seberapa dekat orang itu pada si penulis, atau peristiwa apa yang melatarbelakangi orang mendapatkan buku, dalam pengertian fisik buku."

Hal ini menegaskan bahwa diskusi buku seperti ini tidak hanya bertujuan menambah wawasan, tetapi juga menciptakan momen dan kenangan berharga yang melekat pada artefak fisik sebuah buku, mengukuhkan nilai koleksi dan personal di mata para pembacanya.


Repoerter : Gant.S.

 

 

24 komentar untuk "Dari Sakral ke Seni Panggung: Wayang Topeng Malang dalam Sorotan Diskusi "Semesta Buku" Gramedia di MCC Malang"

  1. Artikel ini menyoroti bagaimana buku “Wayang Topeng Malang: Dari Ritual ke Seni Pertunjukan” karya Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. menjadi jembatan penting dalam memahami transformasi seni tradisi. Diskusi di MCC Malang tidak hanya memperkaya wawasan pembaca, tetapi juga menegaskan nilai historis, sosial, dan kreatif Wayang Topeng Malang sebagai warisan budaya yang terus hidup dan relevan.

    BalasHapus

  2. wawancara ini sangat menarik karena mengulas transformasi Wayang Topeng Malang dari ritual sakral menjadi seni pertunjukan. Selain memberi wawasan sejarah dan budaya, juga menegaskan nilai penting kegiatan sebagai kenangan historis yang memiliki makna personal bagi penonton.

    BalasHapus
  3. Tulisan artikel diatas memberikan analisa yang tajam tentang bagaimana tradisi Wayang Topeng Malang bergeser dari fungsi ritual sakral menjadi hiburan panggung yang estetis. Sebagai mahasiswa, saya melihat bahwa transisi ini penting untuk dipahami, tidak semata sebagai kehilangan makna, tetapi sebagai proses adaptasi budaya dalam masyarakat modern. Transformasi tersebut turut menumbuhkan nilai baru dalam aspek sosial, ekonomi, dan kreatif bagi komunitas pemangku tradisi.

    BalasHapus
  4. Dari artikel diatas saya jadi tau bahwa diskusi buku seperti ini tidak hanya bertujuan menambah wawasan, tetapi juga menciptakan momen dan kenangan berharga yang melekat pada artefak fisik sebuah buku, mengukuhkan nilai koleksi dan personal di mata para pembacanya.

    BalasHapus
  5. Artikel ini memberikan wawasan menarik tentang transformasi Wayang Topeng Malang dari ritual sakral menjadi seni panggung yang dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman. fenomena ini menunjukkan keluwesan budaya tradisional dalam menyesuaikan diri dengan konteks modern tanpa kehilangan akar historis dan nilai-nilai simboliknya.

    BalasHapus
  6. Artikel diatas sangat menarik karena mengulas transformasi Wayang Topeng Malang dari ritual sakral menjadi Seni Pertunjukan. Saya merasa bahwa tradisi ini penting untuk dipahami sebagai proses adaptasi budaya dalam masyarakat modern.

    BalasHapus
  7. Chellia Sofie Arsyiza7 Oktober 2025 pukul 03.30

    Bahwa buku karya Prof. Dr. Robby Hidayat, M.Sn. ini benar-benar membahas secara mendalam tentang perubahan atau transformasi Wayang Topeng Malang (WTM) dari yang dulunya hanya digunakan untuk ritual sakral, menjadi sebuah seni pertunjukan yang juga berfungsi sebagai hiburan masyarakat.

    BalasHapus
  8. Anifa Zeni Fitriani8 Oktober 2025 pukul 07.42

    Artikel ini menunjukkan bahwa buku karya Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. menyajikan mendalam mengenai perubahan fungsi seni tradisional Wayang Topeng Malang (WTM) serta melalui wawancara,observasi dan dokumentasi adanya 4 fungsi sebagai ritual maupun hiburan yaitu gebyakan suguh pundhen, gebyakan tolak balak, gebyakan ngamen, gebyakan tanggapan atau festival.

    BalasHapus
  9. artikel ini memperlihatkan bagaimana seni tradisional seperti Wayang Topeng Malang dapat dikaji secara ilmiah dan dikemas ulang menjadi seni pertunjukan modern tanpa kehilangan nilai sakralnya.

    BalasHapus


  10. Buku ini worth it banget! Membahas sejarah dan transformasi Wayang Topeng Malang dengan detail. Cocok buat pecinta budaya dan seni

    BalasHapus
  11. Diskusi buku "Wayang Topeng Malang: Dari Ritual ke Seni Pertunjukan" karya Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. digelar oleh Gramedia Malang dalam acara "Semesta Buku" di Malang Creative Center pada 27 September 2025. Buku ini membahas transformasi Wayang Topeng Malang dari ritual sakral menjadi seni pertunjukan, dengan menyoroti empat varian: Suguh Pundhen, Tolak Balak, Ngamen, dan Tanggapan. Melalui penelitian kualitatif, Prof. Robby mengungkap perubahan sosial dan budaya yang memperkaya fungsi seni tradisional tersebut. Ia menutup diskusi dengan pesan bahwa buku kini bukan hanya sumber ilmu, tetapi juga artefak historis yang menyimpan kenangan personal dan nilai budaya.

    BalasHapus
  12. Pristiwati Handayani Septania PSP 2521 Oktober 2025 pukul 01.24

    Diskusi buku Wayang Topeng Malang: Dari Ritual ke Seni Pertunjukan karya Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. mengungkap transformasi Wayang Topeng Malang dari tradisi sakral menjadi seni pertunjukan. Melalui empat varian yang berkembang di Desa Kedungmangga, buku ini menyoroti perubahan fungsi, bentuk, dan dampaknya terhadap sosial budaya masyarakat. Acara ini juga menjadi wadah inspiratif untuk mendorong pelestarian budaya lokal secara kreatif.

    BalasHapus
  13. wawancara yang telah ditulis di artikel oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. sangat memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca akan tentang sejarah dan budaya tentang wayang Topeng Malang

    BalasHapus
  14. Artikel ini menarik karena menunjukkan transformasi Wayang Topeng Malang dari ritual sakral menjadi seni pertunjukan yang lebih terbuka sekaligus memperlihatkan bagaimana budaya lokal bisa hidup melalui diskusi dan literasi modern.

    BalasHapus
  15. Buku saat ini memang tidak lagi hanya untuk bahan bacaan yang menjamin orang menjadi pintar. Namun, buku akan menjadi barang yang bernilai historis—sebuah kenangan tentang seberapa dekat orang itu pada si penulis, atau peristiwa apa yang melatarbelakangi orang mendapatkan buku, dalam pengertian fisik buku.

    BalasHapus
  16. Diskusi “Semesta Buku” di Malang Creative Center menarik untuk menyoroti perjalanan seni tradisional seperti Wayang Topeng Malang — dari akar sakral hingga panggung kontemporer. Semoga dapat menjadi pemicu pelestarian budaya sekaligus membuka ruang kreativitas bagi generasi muda.

    BalasHapus
  17. diskusi sesesta buku di MCC ini sangat menarik dan menyorot sekali karna kita dapat menambah wawasan yang banyak sekali

    BalasHapus
  18. sangat menarik karena buku sangat berlimpah dan kedatangan seorang Profesor Seni di Malang

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  20. Tulisan ini menggugah kesadaran akan transformasi seni tradisi menjadi pertunjukan modern tanpa meninggalkan nilai sakralnya.

    BalasHapus
  21. Atika Rahayu Wikanningrum23 Oktober 2025 pukul 19.05

    Dari artikel Dari Sakral ke Seni Panggung: Wayang Topeng Malang dalam Sorotan Diskusi "Semesta Buku" Gramedia di MCC Malang, sangat menarik karena buku ini luas wawasannya

    BalasHapus
  22. dengan adanya buku ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa yg dulunya wayang topeng malang pementasannya sangat sakral kini bertransformasi menjadi lebih luwes mengikuti era masa kini yang dapat dinikmati oleh masyarakat

    BalasHapus
  23. Latifa Nazida Ilma4 November 2025 pukul 05.20

    Artikel ini menarik karena mengangkat perjalanan Wayang Topeng Malang dari fungsi ritual sakral ke ranah seni pertunjukan yang lebih terbuka dan kreatif, menunjukkan bahwa tradisi bisa hidup dan berkembang di tengah perubahan sosial.

    BalasHapus
  24. Artikel sangat bagus, karena mengangkat perjalanan wayang topeng malang dari sebuah ritual menjadi sebuah kesenian yang semakin berkembang dan di apresiasi oleh masyarakat baik anak, pemuda, orang tua.

    BalasHapus