PADAS: Wadah Pelawak Cerdas dan Beretika dari Sleman Yogyakarta

 

PADAS yang membina pelawak cerdas (Foto ist.)


Damariotimes. Yogyakarta. PADAS, singkatan dari Paguyuban Dagelan Sleman, hadir sebagai jawaban atas tantangan dan potensi seni lawak di Yogyakarta. Digagas oleh Suparno, seorang Alumni ASTI (ISI) Yogyakarta, paguyuban ini bertujuan mulia: mengurangi persaingan antar pelawak sekaligus membina generasi muda potensial di bidang seni dagelan.

Mengingat Yogyakarta kaya akan model pelawak legendaris, seperti "Basio," Suparno yakin PADAS mampu menjadi wadah subur untuk mengembangkan berbagai gagasan kreatif. Paguyuban ini tidak hanya fokus pada tawa semata, tetapi juga pada esensi dan kualitas seni lawak itu sendiri.

 

Mendorong Lawak Berisi: Lahirnya Gagasan "Ketoprak Dagelan"

Dalam pertemuan PADAS yang baru diselenggarakan pada 26 September 2025 di kediaman Suparno, salah satu gagasan utama yang didorong adalah pendirian "Ketoprak Dagelan." Gagasan ini merupakan upaya untuk mengangkat derajat lawakan agar tidak hanya menjadi tampilan tanpa arah.

Suparno menegaskan, setiap penampilan PADAS harus mengedepankan isi, visi, dan misi, yaitu nilai pendidikan, budaya, dan etika. Dengan gaya dagelannya yang khas, ia menjelaskan bahwa lawak yang mereka sajikan harus memberikan 'nutrisi' yang menyehatkan pikiran dan memberikan bonus kegembiraan bagi penonton.

 

pada setiap pertemaun PADAS selalu memepekikan "salam budaya" (Foto ist.)

Pendidikan dan Proses Adalah Kunci Seni Kelas Tinggi

Mantan juara Lawak Mahasiswa tingkat Nasional tahun 1984 ini sangat bersemangat mengenai pentingnya pendidikan dalam seni dagelan. Suparno, yang kala itu mewakili Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta bersama Sarjiwo (kini dosen di prodi Sendratasik ISI Yogyakarta) dan almarhum Surono, menekankan bahwa pelawak tidak hanya mengandalkan bakat alam.

"Pelawak itu tidak hanya bakat, namun pendidikan sangat penting," tegas Suparno.

Menurutnya, untuk menjadi tampilan berkelas "seni" yang layak jual, pelawak harus menjalani latihan dan proses yang intensif. Inilah yang membuat seni menjadi mahal. Ia mengkritik pelawak alam atau tradisional yang cenderung mengandalkan bakat tanpa menyadari potensi ide yang dapat tumbuh dan berkembang selama proses latihan.

Lebih lanjut, pertunjukan dagelan harus memiliki skenario, jalan cerita yang logis, wajar, dan inspiratif. Tanpa proses yang terstruktur, lawakan berpotensi gagal dalam memberikan makna.

 

Supartno, sejak menjadi mahasiswa ASTI menunjukan bakat lawaknya yang potensial (Foti ist.)

Membedah Penonton Cerdas

Dalam pandangan Suparno, reaksi penonton dapat mengukur kualitas lawakan. Ia mencontohkan penonton metropolis yang tertawa spontan pada setiap kata seorang pelawak sebagai penonton yang cenderung tidak cerdas, karena hanya bersifat rekreatif.

Berbeda dengan penonton tradisional. Setelah pelawak menyampaikan sebuah klu (petunjuk atau pancingan), penonton akan berpikir terlebih dahulu, baru kemudian tertawa.

"Ini penonton yang cerdas, penonton mau berpikir," jelasnya.

Penonton yang mau berpikir inilah yang mendapatkan 'nutrisi' yang menyehatkan pikiran, yang merupakan tujuan utama PADAS dalam berkarya: menyajikan lawakan yang tidak hanya mengocok perut, tetapi juga memperkaya akal dan budi. PADAS bertekad mencetak pelawak yang cerdas, beretika, dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi seni budaya Indonesia.

 

Reporter: R.Dt.

 

3 komentar untuk "PADAS: Wadah Pelawak Cerdas dan Beretika dari Sleman Yogyakarta"

  1. Artikel ini menarik karena menunjukkan bagaimana **PADAS hadir bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan pelestarian budaya lawak Yogyakarta**. Gagasan “Ketoprak Dagelan” menjadi langkah cerdas untuk mengangkat martabat lawak agar tetap berisi, beretika, dan relevan dengan zaman. Inisiatif Suparno patut diapresiasi karena mengedepankan **tawa yang bermakna** sekaligus menjaga warisan seni lokal.

    BalasHapus
  2. Inti dari isi ini menegaskan bahwa untuk menjadi pelawak berkelas, seseorang harus menjalani latihan intensif dan pendidikan, bukan hanya mengandalkan bakat alam saja. Pertunjukan dagelan yang baik butuh skenario, pesan, serta nilai-nilai pendidikan dan budaya agar bermakna bagi penonton

    BalasHapus
  3. Artikel ini memperkenalkan PADAS sebagai komunitas pelawak yang mengedepankan humor cerdas dan beretika, sekaligus melestarikan budaya lawak Yogyakarta dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.

    BalasHapus