![]() |
Ki Suprianto Dalang TNI Pentas di Sanggar Lintang Trenggono Desa Putat Lor
Kecamatan Gondanglegi (Foti ist.) |
Damariotimes. Di tengah gempuran
modernisasi, geliat seni tradisi masih terus berdenyut kuat di Desa Putat Lor,
Kecamatan Gondanglegi. Adalah Sanggar Lintang Trenggono, sebuah wadah
yang telah lima tahun terakhir, tepatnya sejak 2019, secara konsisten menggelar
pertunjukan wayang kulit setiap Malem Senen Pon. Pergelaran rutin ini
bukanlah inisiatif pemerintah daerah, melainkan buah dari kecintaan luar biasa
seorang Pak Nawi dan keluarganya, termasuk Zaenal Fanani serta Isa,
seorang blantik ternama dari Malang Selatan.
Bagi keluarga Pak Nawi, wayang kulit
adalah sumber kebahagiaan dan hiburan. Tak heran jika setiap bulan, rumah
mereka menjadi pusat kumpul para dalang, pangrawit, dan sinden. Dedikasi ini
patut diacungi jempol, mengingat seluruh biaya pergelaran berasal dari kantong
pribadi Pak Nawi. Sebuah langkah nyata pelestarian budaya adiluhung yang
seharusnya menjadi tanggung jawab kolektif.
Terbuka untuk Semua Dalang dan
Pengapresiasi Seni
Sanggar Lintang Trenggono memiliki
misi mulia untuk nguri-uri budaya adiluhung. Oleh karena itu, sanggar
ini membuka pintu selebar-lebarnya bagi para dalang dari berbagai generasi dan
gaya, baik gagrak Surakarta maupun gagrak Jawa Timuran, untuk
berpartisipasi dan belajar bersama. Syaratnya cukup sederhana: dalang yang
ingin pentas wajib membawa tim pangrawit minimal lima orang, yang terdiri dari
pengendang, dua penabuh saron, satu penabuh demung, dan satu penabuh gong.
Pihak sanggar hanya menyediakan gamelan wayang dan konsumsi, menunjukkan
semangat gotong royong dalam melestarikan seni.
Aktivitas Malem Senen Pon ini
ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan dalang di Malang Raya dan
sekitarnya. Banyak yang bersedia antre menunggu giliran pentas di Lintang
Trenggono. Apresiasi juga datang dari Grup WA Karawitan dan Wayang Jawa
Timuran yang terhubung dengan Komunitas Arek Jawa Timur di Surakarta
(ARJASURA), khususnya para alumni Institut Seni Indonesia Surakarta,
menandakan bahwa gaung Sanggar Lintang Trenggono telah meluas.
Pada Malem Senen Pon tanggal 25 Mei
2025 mendatang, panggung Lintang Trenggono akan dimeriahkan oleh penampilan Dalang
Peltu Ki Suprianto, seorang dalang TNI. Ini menunjukkan keragaman seniman
yang meramaikan kegiatan di sanggar ini.
Lebih dari Sekadar Pentas: Pusat
Pembelajaran dan Komunitas
Tak hanya pergelaran rutin, Sanggar
Lintang Trenggono juga menjadi pusat pembelajaran dan komunitas seni. Setiap Sabtu
malam Minggu, diadakan latihan persiapan gending-gending pakeliran,
sementara Selasa malam Rabu menjadi waktu untuk latihan tetembangan yang
dipimpin oleh Yudi Wiyono, salah satu orang kepercayaan Pak Nawi.
Sanggar ini juga terbuka bagi teman-teman pangrawit se-Malang Raya yang ingin
bergabung dengan dalang, sinden, dan pangrawit penghuni Sanggar Lintang
Trenggono.
Keberadaan Sanggar Lintang Trenggono
adalah bukti nyata bahwa semangat pelestarian seni tradisi masih hidup dan
berkembang berkat inisiatif pribadi yang luar biasa. Semoga dedikasi Pak Nawi
dan keluarga dapat terus menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk turut serta
melestarikan warisan budaya bangsa.
Konteribor: Marsam Hidayat
Posting Komentar untuk "Dalang TNI Pentas di Gondanglegi: Semangat Nguri-uri Budaya oleh Keluarga Pak Nawi di Sanggar Lintang Trenggono"