Catatan Nonton Festival: Jaranan Pegon dan Dor masih Dominan Di Kota Malang

        Damariotimes. Malang 7 Mei 2023. Tiga puluh enam peserta yang tampil pada festival jaranan pemuda seni Kota Malang. Para pengamat seni jaranan hingga saat ini masih belum tegas mengidentifikasi berbagai jenis jaranan yang kini masih tumbuh dan berkembang di Jawa, utamanya di Kota Malang. Namun demikian ada jenis karangan yang sudah tidak lagi berkembang, seperti Jaran Jawa. Jaran ini menggunakan jenis kuda yang besar berwarna hitam dan putih. Penarinya menggunakan kostum hitam. Sudah lama jenis jaranan Jawa tidak menjadi bagian dari hiruk pikuknya penyajian untuk menghibur masyarakat. Karena yang berkembang di masyarakat adalah jenis jaranan adalah jaranan Dor dan jaranan Pegon, terutama di Kota Malang. Hal ini terbukti pada acara Festival Jarangan Pemuda Seni Kota Malang yang digelar di Taman Krida Budaya Malang Jawa Timur.
Salah satu tampilan jaran berpola Pegon (Foto ist.)
        Jaranan Dor berkembang dalam lingkungan para pendekar pencak silat, dan tidak banyak varian tampilan, termasuk penggunaan adegan celengan dan caplokan. Jenis Jaranan Pegon yang paling banyak memiliki varian, termasuk pengembangannya. Jaranan ini dapat menyerap banyak jenis dari tampilan jaranan yang berkembang seperti mengadaptasi jenis jaranan Senterewe, dan Dor.
Celengan yang diposisikan sebagai antagonis (Foto ist.)
        Jaranan Pegon yang kostumnya dekat dengan bentuk busana prajurit wayang orang, bahkan juga mengadaptasi dari kotum tari Remo, atau tari tradisional kreasi baru. Maka pengembangannya menjadi fleksibel, termasuk penggunaan permainan jaranan yang tidak selalu berfokus pada atraksi menunggang kuda, termasuk dalam mempermainkan pecut. Hal ini disebabkan oleh pengaruh jaranan Dor, semua penampilan peserta lomba menggunakan pecut yang didominasi oleh pola keterampilan yang umumnya dilakukan oleh teknik Jaranan Dor. Bahkan grup jaranan yang berjenis Pegon lebih fleksibel dalam mengembangkan kreativitas gerak dan mengaransemen musik. Hanya saja, lagi-lagi pengaruh dari tampilan jaranan Dor, instrumen trompet masuk memberikan ciri yang karakteristiknya sebagai jenis jaranan dinamis. Mengingat tampilan Jaranan jenis Dor mempunyai pola gerak yang lebih gagah, teknik mempermainkan pecut, dan dan kuda yang ditunggangi lebih besar. Tapi umumnya jenis jaran yang digunakan oleh perkumpulan Pegon dan Dor banyak yang berpola Wayang orang. Jarannya digambar menggunakan Kolok bledegan.

Pola Jaranan Dor yang masih sangat sederhana (Foto ist.)

Kesimpulan perkembangan jaranan di Malang banyak yang berpola Pegon dan Dor yang kedua duanya telah bercampur. Bahkan ketentuan struktur penyajian yang memasukan celeng dan caplokan. Perkumpulan yang jaranan Pegon kadang menjadi kesulitan untuk mengadaptasi sturutur yang menampilkan celengan dan caplokan, jika tidak memasukan slomoret. Sehingga tampilannya menjadi kering. Kurang dinamis, dan tidak mampu mengekspresikan tampilan yang dinamis. Korban tampilan itu pada formasi penari jaranan. Tidak mampu menempatkan alasan hadirnya penari celengan dan caplokan. Sehingga menempatkan jaranan di pihak protagonis dan celengan dan caplokan sebagai pihak antagonis.
 
 
 
Penulis: R.Hidajat
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy 


Posting Komentar untuk "Catatan Nonton Festival: Jaranan Pegon dan Dor masih Dominan Di Kota Malang"