Kritik dan Usaha Merangsang Proses Kreatif Koreografer

           Damariotimes. Kritik sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang kurang menyenangkan untuk seseorang yang terkena, karena tidak jarang pengertian kritik selalu dikaitkan dengan persepsi tentang “celaan”, “makian”, “gugatan”, “penelenjangan” atau “korektif”. Akibatnya orang yang terkena kritik menjadi kesal, merasa direndahkan, dilecehkan, tidak dihargai, atau dibantai. Kenyataan tersebut ada benarnya, walaupun kritik tidak selalu bertujuan demikian. Karena setiap pernyataan atau temuan (thesis) selalu diikuti dengan pernyataan atau temuan yang baru sebagai anti thesisnya. Ini semacam hukum alam yang terus terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Ini sejalan dengan pemikiran R. C. Kwant dalam bukunya “Mens en Kritiek” (Manusia dan Kritik) mengartikan, Kritik adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapi dalam sorotan norma.
Proses Kreatif Koreografer (Foto ist.)
         “kritik” berakar dari bahasa Yunani, artinya “krites” (kata benda) yang berasal dari kata kerja “krinein” yang mempunyai pengertian menghakimi. Kata “Krineim” bersumber dari kata “Kriterion” yaitu kreteria, sehingga kata itu diartikan sebagai kriteria atau dasar penghakiman. Orang yang melakukan pekerjaan menghakimi disebut dengan “kritikos”. William Henry Hudson dalam bukunya An Introduction to The Study of Literature menyebutkan “Kritik dalam arti yang tajam adalah penghakiman”
       Beberapa pengertian yang telah dikemukakan, menunjukan bahwa kritik dibutuhkan dalam kehidupan, terutama dalam kebudayaan umat manusia. Bahkan secara mendasar menusia membutuhkan “respon” dan juga “merespon” orang lain. Hanya saja pengertian yang lebih mengkhusus “kritik” dibutuhkan tata cara atau metode penyampaian. Bahkan adanya yang menekankan, bahwa kritik yang dilontarkan harus memiliki kadar subyektivitas dan juga bertanggung jawab.
            Kata kritik tidak selamanya digunakan secara kontinu dibidang sastra atau seni, bahkan pernah juga dilupakan, setidaknya saat ini. Kritik tidak selalu muncul. Jika hadir ditengah perbincangan masih condong pada upaya “pencelaan”.
      Pada dasarnya “kritik” merupakan sebuah cara atau metode yang bersifat progresif; mempertanyakan, mengevaluasi, dan mencari berbagai pemikiraan baru untuk mendapatkan berbagai kemungkian yang lebih baik. Dalam bidang ilmu pengetahuan, kritik telah dikembangkan oleh Kant salah seorang filsuf peletak dasar ilmu pengetahuan. Kant merupakan salah satu pelopor yang mendobrak terhadap dogmatisme di abad XVIII. Tawaran yang diajukan adalah memaksimalkan kemampuan rasio untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan, ini berarti ada sebuah trobosan kritis untuk memahami kenyataan lebih rasional.
        Pada era Renaissance, yaitu suatu jaman yang disebut sebagai kebangkitan seni di Eropa. Semangat era ini mengangkat kembali istilah kritik dengan pengertian semula. Hanya saja istilah itu menjadi beragam, bahkan ada istilah yang dianggap pengertiannya tidak berbeda, yaitu istilah Gramaticus dan philosopihocis. Di samping itu, seorang pujangga bernama Erasmus menggunakan istilah yang berbeda, yaitu ars critica (seni kritik). Ars critica dikemukakan untuk tujuan mengkritisi al Kitab (diantaranya adalah naskah-naskah kuno). Kritikus merupakan orang yang mempunyai kewenangan (kompentensi) untuk mengkritisi cacat dan kekeliruan dari terbitan naskah-naskah kuno  yang berbahasa Yunani atau bahasa Latin untuk memperbaikinya.
           Buku tentang penulisan kritik yang dianggap paling modern di tulis oleh Julius Caesar Scaliger (1484-1558), buku yang berjumlah 6 volume itu berjudul “Poetica”. Setelah terbitnya buku tersebut kemudian penggunaan istilah “kritik” semakin meluas, terlebih dalam abad XVII. Pada abad itu, tradisi kritik sastra di Inggris menggunakan istilah  “Critic” digunakan untuk menunjukan orang yang melakukan kritik (kritikus) atau kritik itu sendiri. Penggunaan istilah kritik yang bersifat umum tersebut, kemudian dipilahkan oleh Samuel Johnson, yaitu dengan menempatkan isilah Critick untuk menunjukan kritikus, dan istilah critic untuk menunjukan kritik sastra. (istilah bahasa Inggris criticism). “Kritiksme” diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bahasa-bahasa yang dulu disebut Gramatika. Penyair bernama John Dryden dalam bukunya The State of Innocence (sikap jiwa yang bersih) adalah pengarang pertama yang menggunakan istilah Criticism yang digunakan hingga sekarang.
         Pada abad XVIII istilah Criticism tidak hanya digunakan secara meluas, tetapi istilah tersebut menjadi pengertian yang semakin kokoh, bahkan tumbuh pesat dilingkungan tradisi kesusastraan, bahkan tidak terpisahkan dengan  pendidikan dan pengajaran sastra.
 
 
 
Penulis : Robby Hidajat
Editor  : Muhammad ’Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Kritik dan Usaha Merangsang Proses Kreatif Koreografer"