Perjalanan Yunis Gustiana Safitri Sebagai Penari

Damariotimes. Orang bilang,  menjadi penari itu tidak mudah, karena harus dimulai sejak usia dini, bahkan selama proses banyak tantangan yang harus dihadapi. Nanun, jika jika telah dilandasi oleh tekad yang kuat, sudah barang tentu dapat dipastikan memang menyenangkan.

Yunis Gustiana Safitri, demikian nama dari seorang penari  yang lahir di Kota Probolinggo, 9 Agustus 2022. Anak pertama dari dua bersaudara ini mengisahkan pengalamannya sebagai penari.  Pada tahun 2022 ini terdaptar sebagai mahasiswa pada

Yunis Gustiana Safitri dan piagam kejuaraan menari (Foto ist.)
 Program Pendidikan Seni Tari dan Musik, Departemen Seni dan Desain FS UM yang biasa memanggil Yunis.  Sejak usia dini telah  mempunyai tekad untuk terus menekuni bidang seni tari.

Yunis, mengaku telah belajar seni tari  dimulai sejak Taman Kanak-kanan (TK):  “saya sejak kecil sudah memiliki kegemaran untuk menirukan ataupun mengikuti gerakan-gerakan tari maupun senam”. Upayanya  mengembangkan bakat dan kegemaran menari sangat digorong oleh orang tuanya, bahkan hingga sekarang masih tergabung dalam kelompok tari/sanggar Bina Tari Bayu Kencana Probolinggo, pimpinan Peni Priyono.

Yunis, mengingat masalalunya, “Ketika duduk kelas 4 SD, saya terpilih menjadi perwakilan Jawa Timur untuk mengikuti ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat nasional yang diselenggarakan di Medan, Sumatra Utara dan mendapat Juara Harapan II. Pada waktu memasuki SMP, saya sering mengisi acara-acara kesenian di Kota Probolinggo. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk tampil dan menari di depan Walikota pada acara pembukaan SEMIPRO (Seminggu di Kota Probolinggo). Pada saat di SMA, saya semakin berminat dan terus berlatih untuk kegemaran saya ini. Saat kelas X, saya mewakili sekolah dalam ajang Pekan Seni Pelajar Tingkat Provinsi. Saat kelas XI, saya terpilih menjadi perwakilan Duta Seni Kota Probolinggo untuk tampil di Taman Mini Indonesia Indah dan mengikuti Lomba Tari Remo Tingkat SMA di Kodim 0820 dan mendapat juara 1. Ketika kelas XII, saya mengikuti Lomba Cipta Tari Bolinggoan dan mendapat Juara Harapan 2. Pada tahun 2021, saya ditunjuk untuk mewakili Kota Probolinggo dalan Parade Jaranan yang dilaksanakan di Gedung Cak Durasim, Surabaya. Tariannya berjudul “Jaran Bodhag Karepan” yang bisa di tonton di channel Youtube Cak Durasim. Pada tahun yang sama, Yusnia juga telah meciptakan karya tari anak yang berjudul “Tari Keceh”. Lalu pada tahun 2022.

Yusnia menari bersama temannya pada sebuah pementasan (Foto Ist.)
            Yusnia, dipilih untuk mewakili Kota Probolinggo dalam Festival Karya Tari Jawa Timur yang bertempat di Gedung cak Durasim Surabaya. Tari yang dibawakan berjudul “Katamoyan”. Tari ini merupakan tarian garapan baru yang nantinya dipakemkan sebagai tari penyambutan tamu di Kota Probolinggo. Saya memiliki motivasi agar untuk meneruskan dan belajar di bidang pendidikan seni tari Universitas Negeri Malang. Harapannya dikemudian hari dapat menjadi tenaga pendidik tari, jadi guru tari, atau jadi dosen seni tari. Jika cita-cita itu tercapai tentunya dapat mengimplementasikan ilmu seni tari, yang dapat memajukan kesenian daerah kelahirannya; Probolinggo.

Harapan kedepannya, Yunis berharap dapat terus berkarya lewat seni tari, karena menari merupakan salah satu motivasi dalam hidupnya. Bahkan hingga saat ini Yunis merasa bersyukur dan bangga jika dapat bermanfaat bagi orang lain lewat tampilannya di atas panggung pertunjukan.



Reporter          : Muhammad Affaf Hasiymy
Repoterter      : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Perjalanan Yunis Gustiana Safitri Sebagai Penari"