Kecak Uluwatu di balik Panggung Pertunjukan

Damariotimes, Denpasar, 2 Juli 2022. Wisatawan mancanegara yang berbondong-bondong datang ke Pura Uluwatu untuk menonton pertunjukan wisata Kecak Ramayana. Tapi tidak seperti tim peneliti dari LPPM Universitas Negeri Malang. Mereka datang untuk melihat kecak yang sangat populer itu malah dari belakang panggung. 

Para pemain kecak Uluwatu sedang menyispksn diri (Foto ist.)
            Tim penelitian LPPM Universitas Negeri Malang yg diketuai Dr. Robby Hidajat, M. Sn. Sedang mengadakan observasi dan wawancara tentang dialektika estetik yg membentuk solidaritas sosial dalam seni pertunjukan kecak Ramayana di Uluwatu Bali. 

            Gedung Amphiteather yang berkapasitas 1200 orang itu tampak sangat megah untuk ukuran pertunjukan tradisional. Bangunan dari batu bata ber-cor semen itu setiap sore hari menjadi tumpuan Seniman senin pertunjukkan kecak di Desa Pecatu, sore itu yang tampil grup kecak Karang Boma, mereka sebagian besar adalah seniman senior yang merintis pertunjukan wisata terpopuler di Bali ini. Pada awalnya pertunjukan di lingkungan Uluwatu ini tidak ada yang mampu bermain kecak. Pertunjukan yang ditampilkan hanya tari tarian tradisional, kemudian ada gagasan untuk mengumpulkan para pedagang dan beberapa pemuka masyarakat di desa Uluwatu untuk berlatih kecak. Mereka memanggil pelatih dari Desa Boma. Tepatnya sekitar 6 bulan menyiapkan pertunjukan kecak yg mengambil lakon Anoman Duta. Setelah masa cukup, mereka bertekat akan menyajikan pertunjukan untuk kebutuhan turis yang semakin ingin menikmati estetika Bali. 

            70 pemain kecak sebagai instrumen musik utama pertunjukan kecak mulai berdatangan dengan kostum utama yang sudah dipakai dari rumah. Mereka juga ada yg membantu mengangkat koper yang berisi kostum tokoh, baik tokoh putri atau putra.

Tokoh Hanoman yg melakukan persiapan (Foto ist.)
            Tokoh putri seperti Sinta, Trijata, Jatayu, dan kijang mereka berganti kostum disatu bilik yang dilengkapi kaca besar. Sementara para kecak dan tokoh dapat berkostum di pendapat kecil depan bilik ganti wanita. Tokoh Anoman, Tualen, Merda, Rahwana, dan Resi. 

            Adapun persiapan yang dilakukan oleh kecak junior menyiapkan sabut kelapa yang disiram dengan minyak tanah. Salah satu kecak senior mengingatkan, kalau terlalu banyak minyaknya, api yg ditimbulkan ketika adegan Anoman obong akan menjadi hitam. 

            Persiapan tokoh putra tampak santai, sambil menghisap rokok mereka ngobrol, tampaknya sudah sangat hafal, waktu kapan mereka harus berbusana dan bermake up. Semuanya dikerjakan sendiri. Tokoh raksasa tampak agak praktis, karena menggunakan topeng. Namun tokoh Hanoman agak ribet, karena harus padang alis dengan merekatkan buku ke double tape.

            Semua penari sudah siap siaga, setelah dibunyikan kentongan. Koordinator kecak langsung memimpin orkestra mulut itu dari balik panggung yang sudah penuh sesak penonton. Mereka jalan arak-arakan sambil mengangkat tangan. Pertunjukan dimulai. 

Adegan demi adegan, bahkan keluar masuk penari yang menunjukan pergantian peran. 

Semua penari sudah sebagaian hafal, bagian adegan yang harus mereka lakukan. Tidak ada komando dari koordinator, semua berjalan dengan tertib dan lancar. 

            Tampak tata kelola artistik pertunjukan kecak Ramayana di Uluwatu ini bersistem rasa, satu orang dengan orang lain salin memberikan dukungan, sehingga untuk menciptakan kelancaran demi ketertiban adegan. 

Tokoh punokawan sedang berkostum (Foto ist.)

            Ketua perkumpulan; I Made Astra menegaskan, demikian watak dari pertunjukan tradisional Bali. Sungguhpun ini bersifat hiburan untuk wisatawan, para pemain masih dilandasi spiritualitas, bahkan saling memberikan dukungan antar pemain. Mereka tidak ada yang menganggap diri mereka yang penting, dan yang lain kurang penting. Tapi semuanya sama, sehingga tanggungjawab dan mentalitas sebagai Seniman benar-benar mantap. Bli Chery Antara, sekretaris perkumpulan Kecak karang Boma juga menegaskan, bahwa para pemain, utamanya tokoh memiliki potensi yang terkesan sesuai dan profesional, sehingga tidak ada yang menonjolkan dirinya. 

            Tokoh Anoman yang selalu tampil improvisatiris juga tidak mengambil waktu dominan, tapi kondisi perasaannya senantiasa dihubungkan dengan situasi, tujuannya untuk membuat penampilan menjadi berkesan. \



Reporter: Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Editor    : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk " Kecak Uluwatu di balik Panggung Pertunjukan"