Benchmarking Departemen Seni dan Desain (DSD) UM ke Desa Wisata Penglipuran Bali bersama Wahana Tour & Travel (part 3)

Damariotimes. Seusai menjalankan tugas di ISI Denpasar. Seksi acara; Joni Agung Sudarmanto, S.Sn, M.Ds. dan Agnisa Maulani Wisesa, S.Sn, M.A. merasa lega. Karena target utama sudah dapat terlaksana dengan lancar. Berikutnya perjalanan  rombongan dihandel oleh kapten armada Wahana Tour & Travel menuju ke desa wisata terunik dan terbersih se dunia, yaitu desa Penglipuran. Tour guide. Pakde (I Made Mandra) menjelaskan asal usul desa Penglipuran dengan santai sambil bercanda ala tour guide, tentunya semua rombongan sangat paham.

Sesi foto bersama di depan Pure Gedhe Penglipuran (foto Ist.)
Desa Penglipuran memiliki sejarah yang unik, I Made Mandra menjelaskan asal usul masyarakat di desa tersebut. hingga terbangunnya pemukiman yang unik dan memiliki adat istiadat yang telah berjalan berabad-abad. Salah satunya adalah arsitektur rumah adat, sistem sosial yang tidak terdapat laki-laki yang berpoligami, dan juga desa ini tidak ada warga yang mengendarai sepeda motor. Damariotimes sempat mengulik perihal poligami di desa Penglimpuran sambil minum cappucino hangat bersama Pakde. Bahkan Dr. Ponimin, M.Sn. juga menyimak sambil minum loloh cempem di warung dekat tanah kosong yang disediakan untuk wanita yang bersedia dimadu. Tempat itu masih kosong, sebagai bukti wanita di desa Penglipuran tidak ada yang pernah dimadu.

            Sambil menapaki tangga naik menuju Utama Mandala, Pakde melajutkan penjelasannya tentang pemukiman yang berbukit itu. Desa Penglipuran memiliki sistem ruang sosial yang bertingkat yaitu terdiri dari 1) utama Mandala, 2) madya Mandala, dan 3) nista Mandala. Selain dari pada itu di desa ini dikenal produk minuman tradisional yang disebut loloh cemceman, yaitu terbuat dari ramuan dari bahan daun cemceman. Daun ini juga berfungsi untuk melunakan daging.

Rombongan benar-benar menikmati keindahan dan kebersihan desa Penglipuran. Tour guide; I Made Mandra yang akrab dipanggil Pakde itu benar-benar bersemangat memberikan penjelasan tentang historis dan sosiologis masyarakat desa adat Penglipuran.

Rombongan juga tidak melewatkan berfoto dengan masyarakat, bahkan berbincang-bincang santai mencuri ilmu tradisi masyarakat desa yang polos dan bersahaja. Utamanya yang menjadi topik perbincangan adalah dapur tradisional dan loloh cemcem, karena ramuan untuk bahan minuman tradisional ini hanya dapat tumbuh di desa Penglipuran.

            Penglipuran memang merupakan lingkungan desa yang unik, jalan berundak sangat menarik untuk objek berfoto, hanya sayang padatnya orang-lalu Lalang menjadi mereka yang ingin mengabadikan diri seringkali harus menghentikan perjalanan bagi wisatawan yang lain, tapi mungkin disitu kenikmatan dan keasikan mengunjungi desa tersebut.

Pemandangan wisatawan tersebut dinikmati oleh rombongan dosen-dosen DSD FS UM. Kampung tradisional yang mulai bergeliat setelah dilanda pandemi covid-19 hampir dua tahun. Ketika rombongan DSD FS UM tempat tersebut tampak ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik yang datang dari berbagai kota di Indonesia.

Dr. Ike Ratnawati, M.Pd. dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. menikmati suasana di Desa Penglipuran (foto ist.)

            Seusai melakukan observasi di Desa Penglipuran rombongan melanjutkan perjalan ke Jimbaran, yaitu bersantap malam di Aroma Resto Jimbaran. Menu makan malam di tempat ini adalah seafood. Setiap orang mendapatkan hidangan berupa kelapa muda, satu ikan bakar, tiga kerang, tiga udang, dan potongan cumi-cumi serta plencing kangkung.

            Para dosen DSD FS UM mengambil tempat beberapa deret, secara tidak mereka sadari berkelompok menurut level generasi, senior tampak asik berbincang menceritakan beberapa kali pernah singgah di tempat ini, dan yang junior sibuk berfoto selfie dan mengirimkan gambar pada keluarga di rumah. Suasana yang semula tenang, mendadak terdengar pengamen yang melantunkan musik dijajaran ibu-ibu bersantap. Suasana mulai riuh, bahkan beberapa orang mulai mengikuti lantunan penyanyi pengamen terasa agak canggung menghempas tepak kendangnya, namun ketika suara riuh ibu-ibu. Lantunan musik pengamen menjadi semakin bersemangat, terlebih ketika pengamen diarahkan dijajaran bangku bapak-bapak. Wajah pengamen tampak lega, tentunya semua akan memberikan saweran.

Makan malam di tepi pantai malam itu sungguh sangat mengesankan, selain dapat menikmati ikan segar juga dihibur oleh pengamen dengan lagu-lagu yang dapat membuat beberapa peserta berjoged gembira. Crew armada dan tour guide Wahana tour & travel menyaksikan dengan senyum-senyum tertahan menyaksikan rombongannya menikmati suasana yang menghibur.

Kegembiraan para dosen DSD FS UM berjoged bersama di Jimbaran (Foto ist.)
             Menikmati cuaca cerah, malam yang semakin mengasikkan untuk melepas lelah dari kesibukan berbagai tugas di kantor. Terlebih memang sudah hampir lebih dari dua tahun, pandemi covid-19 membuat semua tak berdaya.

            Di tengah kemeriahan itu, Ketua Departeman DSD; Dr. Wida Rahayuningtyas, M.Pd. tampak menikmati dan merasa senang. Karena suasana seperti ini dapat mengobati rasa penat selama bertugas di kampus.

 



Reporter          : R. Hidajat
Editor              : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
  

Posting Komentar untuk "Benchmarking Departemen Seni dan Desain (DSD) UM ke Desa Wisata Penglipuran Bali bersama Wahana Tour & Travel (part 3)"