Ruwatan Murwakala (Bagian 2)

Damariotimes - Pada suatu saat, Sanghyang Manikmaya melihat awan yang gelap disebelah Barat daya. Sesampainya di sana terdapat seorang pertapa di daerah Kedung Cingkrang. Pertapa itu ditanya tidak menjawab, kemudian ditendang. Keduanya terlibat dalam pertempuran yang sengit, hingga berakhir pada kekalahan pertapa yang mengaku ingin jadi raja kayangan. Keinginan itu kemudian dikabulkan dengan memberi jabawan sebagai patih dan diberi nama Sanghyang Narada.

Dalang ruwatan (sumber https://www.cendananews.com/2019/09/ruwatan-murwakala)

            Sanghyang Manikmaya tidak kembali ke Kayangan, berikutnya melanjutkan meneruskan perjalanan ke Pulau Bali. Di Pulau yang sangat indah itu ternyata dikuasai seekor lembu yang bernama Andini.  Waktu itu, Lembu Andini bermaksud akan menyerang Kayangan. Dia bercita-cita ingin menjadi raja dewa. Manikmaya juga terlibat dalam pertempuran, akhirnya Lembu Andini dapat dikalahkan. Manikmaya memberi kesempatan pada Lembu Andini untuk bersama-sama memerintah Kayangan, yaitu menjadi tunggangan Manikmaya.

            Lakaon yang panjang itu tidak banyak dilakukan oleh pada dalang-dalang sekarang, karena harus dimulai selepas solat isyak. Jika penyajian hanya difokuskan pada lahirnya Batara Kala. Penyajian ritual ruwatan dapat dimulai sekitar pukul 10 malam.

            Setelah para tamu beramah tamah seusai gending giro, ki dalang membuka pegelaran pada saat Sanghyang Makmaya dan Batari Uma (perwujudan dari Batrara Umar) mengendarai Lembu Andini mengitari jagad raya. Ketika diperjalanan, Sanghyang Manikmaya birahinya mendadak bangkit dan tidak dapat ditahan. Tiba-tiba sperma Sanghyang Manikmaya jatuh dan dihempas ulur-ulur hingga ke laut selatan. Sperma Sanghyang Manikmaya jatuh di tengah samudra dan ditelan oleh kan. Sperma yang berada dalam perut ikan ganga itu terus berkembang, bahkan semakin membesar dan bersinar-sinar. Selain itu, pengaruhi dari sperma dalam perut ikan itu ternyata mempengaruhi stabilitas jagad raya dan juga kayangan.

            Narada yang berada di kayangan merasa risau, kemudian mengumpulkan semua para dewa pergi ke segara kidul. Mereka diperintahkan untuk menenangkan gejolak yang ada di dalamnya. Sesampainya di sana, huru-hara yang ada di dalam samudra itu kian menjadi-jadi. Para dewa bertindak melemparkan berbagai senjata dan pusaka. Namun, semakin bergejolak. Bahkan tiba-tiba muncul seorang raksasa dan mengalahkan para dewa.

            Raksasa itu kemudian memburu para dewa, ketika di jalan. Dia berhenti di suatu tempat. Dia bingung, karena raksasa itu tidak tahu siapa dirinya. Ketika ada tunggak (sisa batang pohon yang bekas dipotong). Tunggak itu ditentang hingga terbongkar. Tidak lama kemudian, kemudian ada perwujudan yang marah. Lalu memaki-maki raksasa itu. dan mengumpatnya dengan sebutan Kala Kurang Ajar. Raksasa itu menjadi gembira, karena dia mulai punya nama yaitu Ajar Kala.

 

Penulis                  : R. Hidajat
Editor                    : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Ruwatan Murwakala (Bagian 2)"