Ruwatan Murwakala (Bagian 3)

Damariotimes - Ajar Kala melanjutkan perjalanan mencari orang tuanya ke arah timur, di tengah perjalanan. Ajar Kala sudah sangat kesal. Ketika ada sebuah batu besar. Ajar Kala lalu menendang batu itu hingga pecah jadi dua. Batu itu kemudian dikenal oleh masyarakat di sebelah timur Malang, khususnya di daerah Ngercopada dengan sebutan selo mertangkep.

Batara Kala (Sumber https://aisnusantara.or.id/2018/02/05/menafsirkan)
            Di tengah perjalanan, Ajar Kala ditangkah oleh Dewa Wisnu. Taring Ajar Kala dipatah oleh Wisnu. Ajar Kala yang telah diikat lalu di masukan ke kawah candradimuka. Bahkan semua senjata para dewa dimasukan ke dalam kawah, agar tubuh Ajar Kala semakin cepat di musnahkan. Perkiraan Wisnu ternyata gagal, Ajar Kala menjadi bertambah besar dan perkasa. Semua dewa di tempat itu lari tunggang langgang. Bahkan Dewa Wisnu dikejar-kejar. Dewa Wisnu melarikan diri ke kayangan dan menemui Sanghyang Manikmaya. Di tengah pengerjaran Dewa Wisnu. Ajar Kala bertemu dengan Narada. Semua riwayat Ajar Kala diceritakan.  Ajar Kala ingin bergegas menemui ayahnya. Tapi, Narada mencegah. Ajar Kala sebelum menghadap pada Sanghyang Manikmaya terlebih dahulu diberi busana kadewatan dan sepatu. Sesaat kemudian, Ajar Kala menjumpai Sanghyang Manikmaya dan meminta nama serta makanan. Karena Ajar Kala termasuk keturunan dewata, dia diberinama Batara Kala. Sanghyang Maknikmaya juga memberikan sejumlah makanan, makanan yang akan disantap terlebih dahulu harus disembelih menggunakan pusaka yang disebut Bedama. Senjata itu berasal dari taringnya yang dicabut oleh Dewa Wisnu. Sanghyang Manikmaya juga mempertemukan pada ibunya, Bethari Uma.

            Bathari Uma juga memberikan sejumlah makanan, diantaranya adalah orang yang berjalan sendiri pada tengah hari, orang yang jatuh dari gendongan, mematahkan pipisan (penggiling obot), orang yang menanak nasi dan dandangnya terjatuh. Sanip menjelaskan. Meruwat orang yang menjatuhkan penanak nasi itu sangat berat. Bahkan syarat untuk melakukan ritualnya juga membutuhkan persiapan yang tidak sederhana.

            Makanan yang diberikan oleh Batari Uma sangat banyak, sehingga membuat Sanghyang Manikmaya marah. Bahkan istrinya dikutuk menjadi raksesi yang disebut Batari Durga. Dalam Wayang Topeng dikenal dengan nama Wadhal Werdhi.

 

 

Penulis            : R. Hidajat
Editor              : Harda Gumelar
       

Posting Komentar untuk "Ruwatan Murwakala (Bagian 3)"