Handphone dan Belenggu Penjara Sosial

Tangan yang tidak dapat lepas dari handphone (foto ist.)
             DAMARIOTIMES - Betapa tidak, setiap hari bermilyar orang di muka bumi ini tidak lepas dari handphone, hal ini tentu sangat meresahkan. Jika seorang bayi merengek-rengek untuk meraih handphone ayah atau ibunya, dan ketika diberikan, tiba-tiba terdiam. Bahkan orang tua mereka juga tidak merasa keberatan untuk membelikan, karena dengan berteman dengan handphond, sang bayi akan terdiam, sehingga tidak menjadi merepotkan keluarga muda. Bayi itu menjadi asik berteman dengan berbagai gambar atau video pada handphone.

            Berbagai bentuk keresahan sudah terlontaran di berbagai artikel media masa, namun sejauh itu juga tidak ada jalan keluar yang dapat memberikan solusi. Bahwa media komunikasi itu sebenarnya bersifat fungsional, menunjang pekerjaan, belajar, atau bisnis. Namun kenyataanya, handphone menjadi media yang bersifat intertement, menghibur, atau memang telah menghipnotis para penggunanya untuk menjadi ‘a-sosial’. Sehingga timbul prilaku-prilaku aneh yang dilakukan orang, yaitu:

1.      Lebih mengingat orang yang jauh dari pada yang dekat, sebenarnya handphone fungsinya mendekatkan yang jauh. Bukan menjauhkan yang dekat.

2.      Mengomentari sesuatu yang tidak penting, hal ini terjadi secara spontan. Banyak orang yang tidak dapat mengontrol dirinya untuk secara spontan berkomentar, baik di wa grop, atau di aplikasi sosial media yang lain.

3.      Menggunakan media foto untuk menunjukan dirinya pada orang lain (selfie). Hal ini sebuah prilaku yang lebih berfokus pada dirinya sendiri, menunjukan kondisi dirinya pada peduli pada orang lain.

4.      Aplikasi sosial media yang cendrung membuat orang ‘mengurung diri’ dan menjadi terkurung dalam ruang tertentu, sehingga menjadi ‘anti sosial.’

5.      Berprilaku komunikatif, lebih mendahulukan menyebarkan berita yang dihadapi dari pada berempati terhadap sesuatu yang terjadi. Misalnya ada peristiwa kecelakaan, spontanitas orang mengangkat handphone-nya dan memotres korban, daripada bergegas menolongnya. Hal ini adalah terjadinya kehilangan sensitifitas sosial.

6.      Berprilaku ‘baik’ untuk meningkatkan follower, sehingga tindakan melakukan sesuatu yang dianjurkan menolong orang lain yang menderita itu merupakan perbuatan baik, tampi empati orang lain dimanfaatkan agar mereka bersimpati terhadap perilaku orang yang berbuat baik di media sosial. Maka perbuatan ‘baik’ ini menjadi komoditas dan pencitraan diri.

7.      Handphone juga digunakan untuk menjadi media kriminalitas, pornografi, dan penindasan orang lain untuk keuntungan diri sendiri.

8.      Handphone yang bermerek sudah menjadi status sosial, sehingga bentuk,  atau jenis handphone dapat memosisikan diri di antara orang lain. Sebenarnya hal itu belum tentu seperti kenyataanya.

 

Kondisi dunia modern yang terus mengembangkan senjata virtual ini adalah perang moral. Orang terus meneror dirinya sendiri tanpa disadari. Berbagai penyimpangan sosial, anti sosial, dan kehilangan kepekaan sosial terus mengancam kehidupan umat manusia.

Sepertinya hal tersebut sudah tidak dapat memutus matarantai dalam penggunaan handphone yang sudah terlanjur menyimpang. Hanya usia lanjut yang sudah tidak lagi awas membaca, mengingat pola orasional aplikasi, atau telinga yang kurang tajam mendengar. Maka pada saat itu, handphone tidak lagi memenjarakan diri di tengah hiruk pikuk kehidupan ini.

 

 

 
Penulis            : Harda Gumelar
Editor              : Robby Hidajat

Posting Komentar untuk "Handphone dan Belenggu Penjara Sosial"