Budiono Penjual Bakso KITA meski PPKM Tetap Semangat Berjualan

DAMARIOTIMES - Tukang bakso di Malang merupakan cerita klasik, bahkan kuliner satu ini sudah menjadi identitas “bakso Malang”. Karena kuliner satu ini memang menjadi legendaris, karena sudah tidak asing lagi bagi lidah orang Malang.

            Bakso di Malang pada tahun 1960-an tidak menjamur seperti sekarang, hanya satu dua orang yang berjualan keliling dengan cara dipikul. Mereka menjajakan di lingkungan perumahan elit di kota Malang. Bahkan sangat langka di temui penjual bakso yang berada di perkampungan penduduk. Baru sekitar tahun 1970-an, secara berangsur mulai berkembang, utamanya di lingkungan pabrik-pabrik di sekitar Malang.

            Kuliner bakso yang tersebar di Malang bervariasi, mulai dari gerobak dorong, hingga kios-kios yang silih berganti populernya. Semua memiliki rasa yang unik dan khas. Mulai kuahnya yang terasa hanya bawang putih dan garam, hingga ada bumbu rahasia yang membuat pelanggannya ketagihan.

            Tukang bakso di depan Sekolah Dasar Panderman terdapat tukang bakso menggunakan gerobak dorong yang berlebel “bakso Kita”. Damariotimes, mendapatkan pengakuan dari penjualnya, Budiono. Pemuda gempal dengan baju ketat kotak-kotak warna biru itu mengaku sudah hampir 6 tahun berjualan di depan Srikandi Guest House, depan Sekolah Dasar Santamaria II Jl. Panderman.


Bakso Kita yang mangkal di Srikandi Guest House Jl. Panderman Malang


Bakso mas Budi sangat dikenal oleh para guru dan wali murid. Sungguhpun masa PPKM Darurat ini, pantang menyerah. Tetap jualan seperti biasa. Mas Budi sangat bersyukur, bahwa usahanya tidak dilarang oleh petugas protokol Kesehatan. Sehingga usahanya masih dapat berjalan seperti biasa, sungguhpun memang ada penurunan omset.

Jika waktu siswa Sekolah masuk sudah barang tentu para orang tua yang rumahnya jauh pasti mampir, baik makan ditempat atau dibungkus untuk dibawa pulang. Sekarang yang datang hanya orang tua yang rumahnya tidak terlalu jauh. Kata para orang tua yang datang membeli bakso untuk dibawa pulang, untuk memenuhi permintaan anak-anaknya. Katanya sudah kangen tidak makan bakso mas Budi.

Memang sengaja, mas Budi memang mulai datang sekitar pukul 10.00 WIB dan sudah ludes sekitar pukul 13.00 WIB diwaktu anak pulang sekolah. Para orang tua yang jemput anak-anaknya juga seringkali terus menyerbu rombong bakso kita yang berwarna ungu muda itu.

Budi mengaku baksonya memang diusahakan dijaga kualitasnya, utamanya dari kuahnya yang bening. Air kaldunya disaring agar lemak-lemaknya tidak menjadi keruh, bahkan bawang putih dan merica, serta garam disiapkan untuk menunjang kelezatannya.

Bakso kita itu ada pengusahanya, di daerah Tanjung. Rombong yang disediakan ada 5 penjual. Namun yang disiapkan oleh pengusaha itu adalah isiannya, bakso besar-kecil, siomay, goreng bulat, tahu, dan goreng Panjang. Namun kuahnya dibuat oleh masing-masing penjual, oleh karena itu. Jika anda menjumpai bakso kita ditempat lain, mungkin akan berbeda rasanya. Hal ini memang diakui oleh pelanggannya, bakso mas Budi pancen jos.


Editor : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Budiono Penjual Bakso KITA meski PPKM Tetap Semangat Berjualan"