![]() |
| Pembukaan acara Umbul Dongo di Sakri (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, 7 Nopember 2025. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Duka mendalam masih menyelimuti keluarga besar Universitas Negeri Malang (UM), khususnya Fakultas Sastra (FS), atas berpulangnya Bapak Hartono, S.Sn., M.Sn., seorang Lektor berdedikasi pada Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM), Departemen Seni dan Desain (DSD). Almarhum telah menghadap ke pangkuan Ilahi pada hari Rabu, 1 Oktober 2025, tepat pukul 17.00 WIB di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, setelah berjuang melawan sakit yang dideritanya. Tepat empat puluh hari setelah kepergian beliau, pada tanggal 7 November 2025, keluarga besar, kolega, dan alumni berkumpul dalam sebuah acara penuh makna yang bertajuk "Umbul Dongo"—sebuah permohonan doa dan penghormatan tulus.
Prosesi Penghormatan dan Jejak Pengabdian
Inisiasi
kegiatan "Umbul Dongo" ini diprakarsai oleh Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. bersama dengan alumni PSTM (yang kini
telah bertransformasi menjadi Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan). Acara
peringatan 40 hari ini diawali dengan sebuah prosesi penghormatan yang mengharukan, diikuti oleh sekitar 150 mahasiswa PSTM. Dengan khidmat,
para mahasiswa membawa foto almarhum, menapaki jalur-jalur yang menandai jejak
pengabdian Bapak Hartono di kampus tercinta.
Prosesi
dimulai dari Kolam Pemancingan UM,
salah satu lokasi strategis yang pernah digagas almarhum untuk dijadikan tempat
lomba memancing dalam rangka Dies Natalis UM ke-70, tahun 2024 sebuah bukti
kecintaan beliau pada kegiatan serbaguna kampus. Rombongan kemudian melaju
menuju Sasana Budaya dan
berlanjut ke Kantor Rektorat.
Kunjungan ke Rektorat ini adalah bentuk penghormatan khusus, mengenang peran
vital almarhum sebagai Kepala Seksi
Pengelolaan Gedung Serbaguna dan Prasarana Olahraga UM, posisi
struktural yang menuntut tanggung jawab besar dalam manajemen aset kampus.
Setelah
dari Rektorat, rombongan bergerak menuju rumahnya di Fakultas Sastra (FS) dan Kantor
Departemen Seni dan Desain, tempat beliau berkarya sebagai dosen dan
mendidik generasi penerus seni. Perjalanan dilanjutkan ke Gedung Graha Cakrawala, sebuah lokasi
yang sarat makna karena merupakan tempat almarhum sering mengendalikan berbagai
kegiatan penting dan tugas-tugas sehari-hari di lingkup universitas. Prosesi
panjang yang penuh kenangan ini berakhir di Gedung Sasana Krida (Sakri), lokasi utama penyelenggaraan acara
"Umbul Dongo".
![]() |
| arak arakan napak tilas (Foto ist.) |
Keharuan di Sasana Krida: Puisi, Tari, dan Doa
Di
dalam Gedung Sasana Krida, atmosfer duka dan penghormatan memuncak. Acara inti
dibuka dengan suasana haru melalui doa
bersama dan pameran singkat
karya-karya almarhum. Namun, puncak penghormatan kultural malam itu
adalah lantunan puisi yang dipersembahkan secara khusus untuk mengenang sosok
Hartono, M.Sn., sebagai aparatur negara, dosen, guru, dan kolega di UM.
Puisi
tersebut dibacakan dengan syahdu oleh Muhammad
Sirojul Muniir, salah satu alumni PSP yang sedang menempuh studi S3 di
UNESA. Kata-kata yang terucap bukan sekadar rangkaian diksi, melainkan sebuah
refleksi atas dedikasi Hartono yang tak terbatas. Keharuan kian merasuk ketika
pembacaan puisi tersebut diiringi oleh tarian
yang dibawakan oleh Prof. Dr. Robby
Hidajat, M.Sn. Tarian ini menjadi simbol perpisahan abadi, sebuah
penghormatan seni tertinggi dari seorang guru besar kepada koleganya.
Peringatan 40 hari "Umbul
Dongo" ini bukan sekadar ritual tradisi, melainkan sebuah manifestasi dari
kuatnya ikatan kekeluargaan dan profesionalisme di kalangan sivitas akademika
UM dan alumni yang turut menyampaikan ucapan duka mendalam. Kepergian Bapak
Hartono, S.Sn., M.Sn., meninggalkan lubang besar, namun semangat dan warisan
dedikasi beliau dalam dunia seni dan pengabdian kampus akan terus menjadi
pelita bagi keluarga besar Universitas Negeri Malang.
Reporter: MAH


Bapak Hartono, S.Sn., M.Sn. merupakan dosen dan pengabdi kampus di Universitas Negeri Malang, dikenang dalam acara “Umbul Dongo” sebagai penghormatan 40 hari setelah berpulangnya beliau. Acara dipenuhi doa, puisi, tarian, dan kunjungan ke jejak-pengabdian beliau di kampus, menegaskan bagaimana dedikasi dan rasa kekeluargaan di lingkungan akademik mampu menjadi warisan yang terus hidup
BalasHapus