Pengabdian kepada Masyarakat ISI Bali: Pelestarian Seni Budaya Melalui Pelatihan Tari Rejang Teratai Putih

 

Tim Pengabdian bersama Sekretaris dan Staf LPPM ISI Bali, Kelian Adan dan Kelian Dinas Banjar Dukuh Tangkas, Penari Rejang Teratai Putih, Penari pengisi (Pendet dan Puspanjali)

(Dok. Reni Anggraeni 2025)



Damariotimes. Denpasar, Bali — Institut Seni Indonesia (ISI) Bali menunjukkan komitmennya dalam pelestarian seni dan budaya tradisional melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang berfokus pada pelatihan Tari Rejang Teratai Putih. Kegiatan ini dilaksanakan di Banjar Dukuh Tangkas, Desa Pemogan, Denpasar Selatan, Provinsi Bali, sebagai bagian integral dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

 

Kontribusi ISI Bali dalam Memperkuat Nilai Budaya Lokal

Kegiatan PKM ini diketuai oleh Tudhy Putri Apyutea Kandiraras, S.Sn., M.A., dengan anggota tim yang terdiri dari akademisi dan mahasiswa, yaitu Ni Made Haryati, S.Sn., M.Sn, Reni Anggraeni, S.Pd., M.Pd, Ni Luh Pande Kartika Shanti Gyani, Ni Putu Anik Sudiani Patmayoni, dan I Made Yogi Wijaya Mahendra.

Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk melestarikan seni tari tradisional Bali serta memperkuat peran aktif masyarakat dalam menjaga dan menjiwai nilai-nilai budaya lokal. Inisiatif ini merupakan bentuk nyata kontribusi ISI Bali dalam mendukung keberlanjutan warisan seni dan budaya di tengah perkembangan zaman.

 

Antusiasme Masyarakat dalam Menjaga Kesucian Tari Rejang Teratai Putih

Pelatihan ini mendapat respons yang sangat positif dari masyarakat setempat, khususnya para ibu-ibu PKK dan anggota Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Dukuh Tangkas. Mereka menunjukkan antusiasme tinggi untuk mempelajari Tari Rejang Teratai Putih, sebuah karya agung dari Bapak I Ketut Rena.

Tarian ini secara visual dan spiritual menggambarkan keindahan dan kesucian bunga teratai sebagai simbol bhakti (pengabdian) tulus kepada Sang Pencipta. Rejang Teratai Putih sarat dengan nilai spiritual, estetika, dan sosial yang merefleksikan semangat pengabdian dan kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat Bali.

 

Metode Partisipatif dan Pembelajaran Komprehensif

Pelatihan ini dirancang untuk berlangsung selama kurang lebih tiga bulan, menggabungkan sesi teori dan praktik langsung. Peserta diperkenalkan pada berbagai aspek komprehensif dari kesenian ini, meliputi:

·  Sejarah dan makna filosofis tarian.

·  Struktur dan ragam gerak tari (melalui tahapan pepeson, pengedeng, dan pekaad).

·  Tata rias dan busana khas Rejang Teratai Putih, yang didominasi warna putih dan kuning sebagai lambang kesucian dan sari bunga teratai.

 

Dalam sesi praktik, peserta dilatih secara bertahap hingga mampu menampilkan tarian secara utuh. Tim pelaksana menerapkan pendekatan pembelajaran partisipatif dengan metode drill untuk menanamkan pemahaman teknis dan spiritual secara mendalam. Pendekatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran dan kecintaan yang lebih dalam masyarakat terhadap seni tradisi daerah.

“Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, kami berupaya menghadirkan seni tari ke tengah kehidupan masyarakat, bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai sarana pembinaan karakter, spiritualitas, dan identitas budaya,” ujar salah satu dosen pelaksana.

Kegiatan Pelatihan Tari Rejang Teratai Putih di Banjar Dukuh Tangkas ini menjadi model kolaborasi yang berhasil antara akademisi dan masyarakat, menciptakan ruang belajar yang bermakna, dan secara efektif memperkuat keberlanjutan warisan seni dan budaya Bali.

 

Reporter : R.Dt.

 

2 komentar untuk "Pengabdian kepada Masyarakat ISI Bali: Pelestarian Seni Budaya Melalui Pelatihan Tari Rejang Teratai Putih"

  1. Artikel ini menginspirasi: kolaborasi ISI Bali dalam pengabdian memperkuat budaya lokal, literasi komunitas, dan semangat gotong-royong bermakna.

    BalasHapus
  2. semoga kesenian yang sudah turun-temurun dari nenek moyang bakal terus lestarii

    BalasHapus