Gandai Silaut Bangkit: Tampilkan Inovasi dan Rekonstruksi di Festival Silek Padusi Pesisir Selatan

 

Pergelaran Gandai Inovatif Hasil Rekacipta Dosen UNP, 2 November 2025 (Foto ist.)

 

Damariotimes. Painan-Pesisir Selatan (SUMBAR), 2 November 2025 – Pantai Carocok Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, menjadi saksi penting kebangkitan salah satu warisan budaya tak benda Minangkabau, Tari Gandai, melalui sebuah pementasan eksibisi yang memukau. Acara ini berlangsung di tengah kemeriahan Festival Silek Padusi se-Sumatera yang diselenggarakan oleh Sanggar San Alida.

Sebanyak 20 grup peserta Festival Silek Padusi memadati Panggung Utama, namun perhatian penonton, yang diperkirakan berjumlah lebih dari 200 orang, tertuju pada penampilan selingan istimewa pada pukul 14.00 WIB.

Inovasi Seni Nusantara Uji Publik

Penampilan utama adalah Tari Gandai Inovatif yang dibawakan oleh sembilan penari dari Sanggar Kesenian Tradisional Tunas Harapan, Silaut. Pertunjukan ini merupakan uji coba terbuka dari hasil pelatihan Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) yang dilaksanakan oleh tim dosen Universitas Negeri Padang (UNP).

Penampilan 9 penari inovatif ini digabungkan secara serentak dengan 62 penari massal yang membawakan Tari Gandai asli hasil rekonstruksi yang dilaksanakan pada 16 Juni 2025. Hasil rekonstruksi Gandai Silaut ini juga telah diajarkan dalam Mata Kuliah Tari Tradisional Minangkabau di UNP, yang diketuai oleh Dra. Nerosti, M.Hum., Ph.D.

 

Pergelaran Gandai asli oleh mahasiswa Pendidikan Tari UNP yang tampil

Bersama Gandai Inovatif 2 November 2025 (Foto ist.)


Sentuhan Kreatif dan Romantis dalam Gandai Inovatif

Tari Gandai Inovatif, yang berlangsung selama 5 menit 30 detik, menawarkan bentuk sajian yang kreatif dan dinamis. Diawali dengan pola lantai V terbalik dan gerak ikonik Elang Menari, koreografi terus berkembang dengan pola yang bervariasi, menunjukkan kelincahan dan harmoni.

Terobosan signifikan terletak pada penggarapan cerita klasik Malin Deman dan Puti Bungsu dengan memasukkan unsur penari laki-laki (1 penari Malin Deman dan 2 pengawal) yang berinteraksi dengan penari perempuan (Puti Bungsu). Adegan romantis dan lucu ini menjadi pembeda utama dari Tari Gandai tradisi yang umumnya hanya ditarikan oleh perempuan.

Penari inovatif di panggung dipadukan dengan 62 penari massal di depan panggung yang membawakan gerak-gerak Gandai asli dengan busana warna-warni, diiringi instrumen tradisional seperti sarunai, gendang dap, dan gendang muka dua. Penampilan ini disambut meriah dan panitia bahkan meminta agar tarian tersebut ditampilkan kembali pada malam penutupan Festival.

Misi Mengembalikan Identitas Budaya

Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari misi pengabdian masyarakat UNP untuk merevitalisasi dan mensosialisasikan Tari Gandai sebagai warisan budaya tak benda Silaut. Gandai memiliki nilai historis yang tinggi dan pernah eksis sejak pembukaan Lunang Silaut sebagai daerah transmigrasi pada tahun 1985.

Ironisnya, meskipun berasal dari Silaut, tari ini sempat terancam punah di tanah kelahirannya, dan justru mendapat pengakuan nasional serta tercatat di MURI sebagai kesenian daerah Muko-Muko, Bengkulu. Secara historis, Muko-Muko memang berkerabat dekat dengan Pesisir Selatan karena pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura.

Tim PISN UNP, yang beranggotakan Dra. Nerosti, M.Hum., Ph.D. (Ketua), Herlinda Mansyur, SST., M.Sn., Uswatul Hakim, S.Pd., M.pd, dan Defrizal Saputra, S, Ds., M.Sn., berupaya mengembalikan identitas Gandai dengan sentuhan cerita Malin Deman dan penataan kostum yang menampilkan ciri khas Minangkabau, seperti baju kurung, songket, dan takuluak tanduak.

Revitalisasi Gandai di Silaut dianggap sangat mendesak agar terlepas dari ancaman kepunahan dan dapat diajarkan kepada generasi muda Pesisir Selatan, memastikan warisan budaya ini terus lestari di daerah asalnya.

 

Konteributor: DRA. NEROSTI, M.HUM., PH.D.

4 komentar untuk "Gandai Silaut Bangkit: Tampilkan Inovasi dan Rekonstruksi di Festival Silek Padusi Pesisir Selatan "

  1. Tari Gandai Silaut tampil memukau dengan perpaduan tradisi dan inovasi. Upaya pelestarian yang dibalut kreativitas ini menunjukkan komitmen kuat masyarakat dalam menjaga identitas budaya daerah.

    BalasHapus
  2. dari artikel diatas kita dapat mengerti rekonstruksi di festival silek Padusi Pesisir Selatan

    BalasHapus
  3. bukti kalau budaya kita itu nggak mati atau ketinggalan zaman. Justru, kalau disentuh sama ide-ide baru dan dukungan dari akademisi kayak UNP, dia bisa lahir kembali, jadi lebih keren, dan ngasih show yang bikin semua orang melongo! Minangkabau pride banget

    BalasHapus
  4. Tontonan yang sangat menarik, dan bernilai budaya

    BalasHapus