Ludruk Malang Bersemi Kembali: Modul Pembelajaran Diharapkan Mampu Lestarikan Seni Tradisional

 

foto bersama dengan semua peserta yang bersemangat (Foto ist.)


Damariotimes. Malang, 12 Agustus 2025. Kabupaten Malang menunjukkan keseriusannya dalam melestarikan seni tradisional Ludruk. Upaya ini diwujudkan melalui Workshop Penulisan Modul Ludruk yang digelar di Kafe Cahaya, Desa Karangploso, pada Selasa, 12 Agustus 2025. Acara ini secara khusus mengundang guru-guru SD dan SMP se-Kabupaten Malang.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. Menurut Ketua DKKM, Cak Suroso, workshop ini didanai melalui dana hibah dari pemerintah dan menjadi kegiatan keempat yang bertujuan melestarikan Ludruk. Sebelumnya, DKKM telah mengadakan Workshop Ekrar Ujup, Workshop Lara Pangkon, dan pertunjukan lerok Serudinan di Pasar Kawula Singasari. Cak Suroso, yang juga merupakan cucu dari Maestro Topeng Kedung Monggo Mbah Karimun, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah respons langsung terhadap keinginan Bupati Malang untuk menyiapkan regenerasi seniman Ludruk.

Drs. Hartono S. AP, Kepala Bidang Kebudayaan, yang mewakili Kepala Dinas, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah instruksi langsung dari Bupati Malang agar Ludruk benar-benar dijaga kelestariannya. Ia berharap melalui modul yang akan ditulis, kesenian Ludruk dapat diajarkan di sekolah sebagai muatan lokal.

 

Para narasumber yang memberikan materi (Foto ist.)

Antusiasme Guru dan Pembentukan Tim

Workshop ini menghadirkan tiga narasumber ahli: Prof. Dr. Robby Hidajat, Drs. Teguh Pramono M. Pd., dan seniman Ludruk sekaligus penulis buku, Cak Marsam Hidayat. Para guru yang hadir terlihat sangat antusias menyimak materi yang disampaikan. Terlebih, setelah mendengarkan kidungan jula-juli yang dilantunkan oleh Cak Marsam, banyak guru, khususnya para ibu, yang baru menyadari bahwa Ludruk mengandung nilai-nilai sejarah, moral, spiritual, dan kearifan lokal yang sangat bermanfaat untuk membentuk karakter anak bangsa.

Workshop yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB ini juga membentuk tim perumus yang terdiri dari perwakilan guru SD dan SMP, bersama ketiga narasumber. Tim ini diberi waktu maksimal sepuluh hari untuk menyelesaikan buku modul Ludruk yang nantinya akan digunakan di sekolah-sekolah. Untuk mempercepat koordinasi, dibentuklah grup WhatsApp agar tim dapat dengan mudah melengkapi data dan informasi yang dibutuhkan.

Melalui langkah strategis ini, diharapkan regenerasi Ludruk di Kabupaten Malang dapat berjalan optimal dan seni tradisional ini dapat terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.

 

Contributor: Cak Marsam Hidajat

 

Posting Komentar untuk "Ludruk Malang Bersemi Kembali: Modul Pembelajaran Diharapkan Mampu Lestarikan Seni Tradisional"