![]() |
Ki Demang (KBP) bersama Keluarga Ririn Ari Santi (Foto Ki Demang) |
Damariotimes. Sebuah janji yang
tertunda lebih dari setahun akhirnya terwujud. Malam itu, langkahku
mengantarkanku ke Senggreng, sebuah desa yang bersama Jatiguwi, menjadi kantong
utama bagi seni Topeng Malang di wilayah selatan Kabupaten Malang.
Tujuan kunjunganku adalah bertemu dengan Ririn Ari Santi, seorang guru tari
yang bukan hanya sekadar seniman, namun juga penjaga terakhir warisan agung
Mbah Watiru, maestro Topeng Malang dari Senggreng. Rumah suaminya di Senggreng
menjadi saksi bisu dari pertemuan yang penuh makna ini, tempat kami berbagi
suka duka, tawa, dan penguatan dalam perjuangan melestarikan seni tradisi.
Perjuangan di Tengah Arus
Modernisasi
Melestarikan seni tradisi, bagi
kami, memiliki makna yang jauh melampaui sekadar pertunjukan. Ini adalah
tentang menjaga identitas, merawat akar budaya, dan memastikan bahwa denyut
nadi warisan leluhur tetap berdetak kencang di tengah hiruk pikuk modernisasi.
Dalam obrolan kami, terkuak cerita-cerita tentang perjuangan yang tak jarang
diwarnai kekonyolan dan tawa. Ada getir saat mengenang bagaimana beberapa
kepala desa justru lebih memilih panggung orkes dangdut koplo yang gemerlap
dengan biduan aduhai dan budaya "nyawer" yang memanjakan mata. Di
sisi lain, para penari topeng, yang dengan segenap jiwa dan raga mementaskan
warisan luhur, seringkali tak mendapatkan apresiasi serupa, bahkan senyuman pun
terasa mahal, apalagi jabat tangan tanda hormat.
Fenomena ini menyiratkan perbedaan
mendalam dalam kesadaran akan arti penting pelestarian seni budaya. Setiap
individu, setiap komunitas, memang memiliki jalannya sendiri, cara pandang yang
berbeda, dan prioritas yang mungkin tak selalu sejalan. Namun, bagi mereka yang
berjuang di garda terdepan, semangat untuk mempertahankan warisan ini tak
pernah padam, meski harus berhadapan dengan berbagai rintangan.
Senggreng dan Jejak Sejarah Mbah
Watiru
Senggreng bukanlah sekadar nama
desa; ia adalah titik sentral dalam sejarah panjang Topeng Malang. Melalui
tangan dingin dan dedikasi almarhum Mbah Watiru, salah satu maestro
legendaris, seni topeng di desa ini mencapai puncaknya. Dan kini, tongkat
estafet itu dipegang teguh oleh Ririn Ari Santi, murid terakhir yang diwejang
secara langsung oleh Mbah Watiru. Kelembutan, keanggunan, dan kecantikannya tak
menghalangi Ririn untuk menunjukkan kegigihan yang luar biasa. Ia tak hanya
menjadi penari, tetapi juga motor penggerak yang mampu mengantarkan warga
Senggreng, terutama generasi muda, untuk tampil di berbagai panggung, baik
lokal maupun nasional.
Siapa sangka, di balik parasnya yang
ayu, Ririn adalah sosok perempuan yang paling gigih dalam memperjuangkan Topeng
Malang sebagai warisan budaya selama dua tahun terakhir ini. Keteguhan hatinya
dalam menanamkan nilai-nilai tradisi kepada para muridnya patut diacungi
jempol. Ia tidak hanya mengajarkan gerak tari, tetapi juga menanamkan pemahaman
mendalam tentang filosofi di balik setiap karakter topeng, setiap irama
gamelan, dan setiap makna dalam pertunjukan. Baginya, Topeng Malang bukan
sekadar seni pertunjukan, melainkan cerminan jiwa dan kearifan lokal yang harus
terus hidup.
Masa Depan Topeng Senggreng:
Kolaborasi dan Pelestarian
Semangat Ririn yang membara adalah
inspirasi bagi banyak pihak. Harapan untuk belajar semua gaya topeng Senggreng
langsung darinya, serta kesempatan untuk berkolaborasi dalam sebuah pementasan,
kini terasa semakin nyata. Kolaborasi semacam ini sangat penting untuk
memperkaya khazanah Topeng Malang secara keseluruhan, sekaligus memperluas
jangkauan dan pengaruhnya. Dengan memadukan berbagai gaya dan interpretasi,
seni topeng dapat terus berkembang dan relevan dengan zaman, tanpa kehilangan
esensi aslinya.
Napak Tilas Topeng Senggreng bukan hanya tentang menengok masa lalu, tetapi juga tentang
melihat ke masa depan. Ini adalah perjalanan memahami bagaimana sebuah seni
tradisi dapat bertahan dan berkembang berkat dedikasi individu-individu seperti
Ririn Ari Santi. Kisahnya adalah pengingat bahwa warisan budaya adalah tanggung
jawab bersama, dan setiap upaya, sekecil apapun, untuk melestarikannya adalah
investasi berharga untuk generasi mendatang. Melalui tangan-tangan terampil dan
hati yang tulus seperti Ririn, Topeng Malang akan terus menari, menceritakan
kisahnya, dan menginspirasi banyak orang untuk menjaga api tradisi tetap
menyala.
Konteributor : Ki Demang (KBP
Malang)
Posting Komentar untuk "Senggreng: Menjejak Warisan Topeng Malang di Tangan Ririn Ari Santi"