Memahami Interpretasi: Antara Penjelasan dan Pemahaman

 

Teori Interpertasi - Paul Ricoeur (Foto ist.)


Damariotimes. Inti dari pemikiran Ricoeur tentang interpretasi terletak pada dialektika antara penjelasan (explanation) dan pemahaman (understanding). Dalam tradisi hermeneutika sebelumnya, kedua konsep ini seringkali dianggap sebagai oposisi biner: penjelasan dikaitkan dengan metode ilmiah yang objektif dan kausal, sementara pemahaman dikaitkan dengan pengalaman subjektif dan empati. Ricoeur menolak pemisahan tajam ini dan berargumen bahwa keduanya saling melengkapi dan dibutuhkan dalam proses interpretasi yang utuh.

Penjelasan adalah tahap awal dalam interpretasi, di mana kita mencoba mengidentifikasi struktur internal teks, pola-pola logis, dan hubungan antar bagian. Ini melibatkan analisis linguistik, semantik, dan sintaksis. Dalam konteks narasi, misalnya, penjelasan akan melibatkan identifikasi plot, karakter, dan setting. Tujuannya adalah untuk mengungkap "apa" yang dikatakan oleh teks. Namun, penjelasan saja tidak cukup. Teks, menurut Ricoeur, adalah lebih dari sekadar kumpulan kalimat; ia adalah ekspresi dari suatu makna yang melampaui kerangka literalnya.

Di sinilah pemahaman berperan. Pemahaman melampaui penjelasan dengan berusaha menangkap "mengapa" teks itu ada, apa makna yang terkandung di dalamnya bagi pembaca. Ini melibatkan engagement pribadi dengan teks, di mana pembaca menghadirkan horison pemahamannya sendiri untuk berdialog dengan horison teks. Proses ini bersifat dinamis, bukan pasif. Pembaca tidak hanya menerima makna, tetapi juga turut serta dalam menciptakannya. Namun, Ricoeur sangat menekankan bahwa pemahaman ini tidak berarti subjektivitas tanpa batas. Pemahaman harus selalu kembali diperiksa dan divalidasi oleh penjelasan struktural teks.

 

Teks sebagai Wacana yang Ditulis

Ricoeur memberikan perhatian khusus pada sifat teks sebagai wacana yang ditulis. Ia membedakan antara wacana lisan dan wacana tulis. Dalam wacana lisan, ada kehadiran langsung antara pembicara dan pendengar, konteks situasional yang jelas, dan kemungkinan untuk mengklarifikasi makna secara langsung. Namun, ketika wacana diabadikan dalam bentuk teks, ia terpisah dari konteks aslinya dan dari niat awal penulis. Teks menjadi otonom, "lepas" dari pengarangnya, dan terbuka untuk berbagai kemungkinan interpretasi.

Otonomi teks ini justru menjadi ruang bagi kekayaan makna. Karena teks tidak lagi terikat pada satu niat pengarang, ia dapat berbicara kepada audiens yang berbeda di waktu yang berbeda, menghasilkan pemahaman baru. Ini bukan berarti teks menjadi sembarangan maknanya, melainkan bahwa maknanya berpotensi untuk diperluas dan diperdalam oleh pembaca yang berbeda. Interpretasi menjadi proses yang kreatif, di mana pembaca berpartisipasi dalam "penciptaan kembali" makna teks.

 

Metafora dan Simbol: Jendela Menuju Makna Ganda

Salah satu kontribusi paling signifikan Ricoeur dalam teori interpretasi adalah analisanya tentang metafora dan simbol. Baginya, metafora bukanlah sekadar hiasan retoris atau perbandingan sederhana; ia adalah mekanisme kognitif fundamental yang mampu menciptakan makna baru. Metafora bekerja dengan "membelokkan" makna literal suatu kata untuk menghasilkan makna non-literal yang inovatif. Misalnya, ketika kita mengatakan "hidup adalah perjalanan," kita tidak secara harfiah berarti hidup itu adalah perjalanan fisik, melainkan kita menciptakan pemahaman baru tentang sifat hidup melalui perbandingan dengan perjalanan.

Simbol, di sisi lain, memiliki makna ganda atau berlapis yang bersifat implisit. Simbol tidak hanya menunjuk pada satu objek atau konsep, tetapi juga memancarkan makna-makna yang lebih dalam, seringkali berkaitan dengan pengalaman fundamental manusia, mitos, atau ritual. Ricoeur berpendapat bahwa simbol tidak dapat dijelaskan sepenuhnya melalui logika atau penjelasan rasional; ia menuntut interpretasi yang melibatkan "pemahaman" dan partisipasi dari pembaca. Memahami simbol adalah masuk ke dalam dunianya yang kaya makna.

Baik metafora maupun simbol, bagi Ricoeur, adalah contoh bagaimana bahasa tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menciptakan realitas dan makna. Keduanya mengajak kita untuk melihat melampaui apa yang dikatakan secara langsung dan untuk mencari makna yang lebih dalam dan tersembunyi.

 

Aplikasi Teori Interpretasi

Teori interpretasi Ricoeur memiliki implikasi yang luas di berbagai bidang, termasuk filsafat, sastra, teologi, hukum, dan ilmu sosial. Dalam kritik sastra, teorinya membantu kita memahami bagaimana teks sastra dapat memiliki berbagai interpretasi yang valid, dan bagaimana pembaca turut serta dalam membentuk makna. Dalam teologi, ia menawarkan kerangka kerja untuk menafsirkan teks-teks sakral, mengakui sifat berlapis dan simbolis dari wahyu. Dalam hukum, ia relevan dalam memahami bagaimana undang-undang dan konstitusi harus diinterpretasikan dalam konteks sosial dan sejarah yang terus berubah.

Ricoeur juga berpendapat bahwa tindakan manusia itu sendiri dapat diinterpretasikan seperti teks. Tindakan memiliki "makna" yang dapat dibaca dan dipahami, meskipun niat asli pelakunya mungkin tidak sepenuhnya transparan. Dengan demikian, hermeneutika Ricoeur melampaui batas-batas teks tertulis dan menjadi metode untuk memahami pengalaman manusia secara lebih luas.

"Teori Interpretasi" Paul Ricoeur adalah sebuah mahakarya yang menantang kita untuk berpikir ulang tentang bagaimana kita memahami. Dengan menekankan interplay antara penjelasan dan pemahaman, otonomi teks, serta peran vital metafora dan simbol, Ricoeur menyajikan sebuah model interpretasi yang dinamis, kaya, dan transformatif. Ia menunjukkan bahwa interpretasi bukanlah proses pasif penerimaan makna, melainkan sebuah dialog aktif antara pembaca dan teks, di mana makna senantiasa dibentuk, diperluas, dan diperdalam. Buku ini adalah panduan esensial bagi siapa pun yang ingin menyelami kompleksitas makna dalam dunia yang penuh dengan teks dan simbol.

 

Tim Damariotimes.

 

Posting Komentar untuk "Memahami Interpretasi: Antara Penjelasan dan Pemahaman"