Menelisik Makna dalam Gerak dan Kisah: Analisis Semiotika Sandur Mandura di Bawah Kepemimpinan Riffai, Kajian Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang

 


Riffai menjelaskan tentang makna topeng yang digunakan pada pertunjukan Srandul (foto ist.)

Damariotimes. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis seni pertunjukan Sandur  Mandura dari Jombang, dengan fokus pada kepemimpinan Bapak Riffai sebagai penggerak utama. Penelitian ini juga menyoroti keterlibatan tim pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang yang tengah melakukan kajian terhadap seni pertunjukan ini. Lebih lanjut, artikel ini mencatat adanya pengajaran tari Sandur  sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 2 Ploso Jombang. Melalui pendekatan semiotika, artikel ini berupaya mengurai makna yang terkandung dalam nama seni pertunjukan, lakon yang dipentaskan, serta karakter tokoh-tokoh yang terlibat, dalam konteks keberlangsungan tradisi di bawah kepemimpinan tokoh masyarakat dan upaya pelestarian melalui pendidikan. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengungkap kekayaan simbolik dan nilai-nilai budaya yang melekat pada Sandur  Mandura. 

Pendahuluan

Sandur  Mandura, sebuah seni pertunjukan rakyat yang berakar di Jombang, Jawa Timur, menunjukkan dinamika yang menarik dalam keberlangsungannya. Informasi terbaru mengindikasikan bahwa seni ini dipimpin dan digerakkan oleh seorang warga masyarakat desa bernama Bapak Riffai. Lebih lanjut, upaya pelestarian dan kajian terhadap Sandur  Mandura mendapatkan perhatian dari kalangan akademisi, terbukti dengan adanya penelitian yang sedang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM). Selain itu, masuknya tari Sandur  sebagai materi pembelajaran ekstrakurikuler di SMPN 2 Ploso Jombang menandakan adanya upaya untuk mengenalkan dan mewariskan tradisi ini kepada generasi muda. Artikel ini akan menganalisis Sandur  Mandura dari perspektif semiotika, dengan mempertimbangkan konteks kepemimpinan Bapak Riffai dan upaya pelestarian melalui penelitian dan pendidikan.

 

anggota dari perkumpulan Srandul Mandura (Foto ist.)

Kepemimpinan Warga Masyarakat: Peran Bapak Riffai dalam Sandur  Mandura

Keberlangsungan sebuah seni pertunjukan tradisional seringkali bergantung pada dedikasi dan inisiatif tokoh-tokoh masyarakat setempat. Informasi mengenai kepemimpinan Bapak Riffai dalam Sandur  Mandura menyoroti peran penting individu dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya. Sebagai pemimpin, Bapak Riffai kemungkinan memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah, makna, dan praktik Sandur  Mandura. Beliau bisa menjadi sosok yang mengorganisir pementasan, melatih para pemain, dan menjaga tradisi lisan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penelitian oleh Tim Pengabdian Masyarakat UM dapat menggali lebih dalam mengenai bagaimana kepemimpinan Bapak Riffai memengaruhi bentuk, isi, dan eksistensi Sandur  Mandura saat ini. Analisis semiotika dalam konteks ini dapat memperhatikan bagaimana gaya kepemimpinan beliau tercermin dalam pemilihan lakon, interpretasi tokoh, dan bahkan elemen-elemen visual pertunjukan. 

Penelitian Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang

Keterlibatan Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Negeri Malang merupakan perkembangan positif bagi pelestarian dan pemahaman Sandur  Mandura. Penelitian akademis dapat memberikan perspektif yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek seni pertunjukan ini, termasuk analisis semiotika terhadap makna-makna yang terkandung di dalamnya. Tim peneliti UM kemungkinan akan melakukan observasi, wawancara dengan Bapak Riffai dan para pelaku seni lainnya, serta mengkaji dokumentasi yang ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mendokumentasikan sejarah, bentuk pertunjukan, fungsi sosial, dan tentu saja, makna-makna simbolik dalam Sandur  Mandura. Artikel ini menjadi bagian awal dari upaya untuk mengaplikasikan lensa semiotika dalam memahami temuan-temuan yang mungkin dihasilkan oleh penelitian tim UM.

Pengajaran Tari Sandur  di SMPN 2 Ploso Jombang: Pewarisan Tradisi kepada Generasi Muda

Masuknya tari Sandur  sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 2 Ploso Jombang merupakan langkah penting dalam upaya pewarisan tradisi kepada generasi muda. Pengajaran ini tidak hanya memperkenalkan siswa pada bentuk gerak dan iringan musik Sandur , tetapi juga berpotensi menanamkan apresiasi terhadap warisan budaya lokal. Dari perspektif semiotika, proses pembelajaran tari ini juga merupakan proses transmisi makna. Para siswa tidak hanya mempelajari teknik menari, tetapi juga secara tidak langsung dikenalkan pada nilai-nilai, cerita, dan karakter yang direpresentasikan dalam tarian Sandur . Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk melihat bagaimana siswa menginterpretasikan gerakan-gerakan tari Sandur  dan makna apa yang mereka tangkap dari tradisi ini. 

Analisis Semiotika yang Lebih Terarah

Dengan konteks yang lebih spesifik ini, analisis semiotika terhadap Sandur  Mandura dapat lebih terarah:

  • Nama "Sandur  Mandura" dalam Konteks Lokal: Penelitian tim UM dan informasi dari Bapak Riffai mungkin dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai asal-usul dan makna nama "Sandur " dalam konteks spesifik Jombang dan seni pertunjukan ini. Apakah ada cerita rakyat atau interpretasi lokal yang terkait dengan nama tersebut?
  • Lakon dan Tokoh dalam Perspektif Kepemimpinan Riffai: Pemilihan lakon dan interpretasi tokoh kemungkinan dipengaruhi oleh visi dan pemahaman Bapak Riffai. Analisis semiotika dapat fokus pada bagaimana nilai-nilai atau pesan tertentu ditekankan melalui karakter dan alur cerita di bawah kepemimpinannya.
  • Adaptasi untuk Generasi Muda: Jika tari Sandur  diajarkan di SMPN 2 Ploso, mungkin ada adaptasi dalam gerakan, kostum, atau durasi pertunjukan agar lebih sesuai dengan siswa. Analisis semiotika dapat melihat bagaimana adaptasi ini memengaruhi makna dan interpretasi tarian.

Penelitian semiotika terhadap Sandur  Mandura di bawah kepemimpinan Bapak Riffai, dengan dukungan kajian dari tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Malang dan upaya pewarisan melalui pendidikan di SMPN 2 Ploso Jombang, menjanjikan pemahaman yang lebih kaya dan mendalam tentang seni pertunjukan ini. Analisis makna tidak hanya terbatas pada elemen-elemen intrinsik pertunjukan, tetapi juga melibatkan konteks sosial, kepemimpinan, dan upaya pelestarian. Hasil penelitian tim UM diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat untuk interpretasi semiotika yang lebih akurat dan relevan. Lebih lanjut, keterlibatan generasi muda melalui pendidikan formal memberikan harapan bagi keberlangsungan Sandur  Mandura sebagai bagian penting dari identitas budaya Jombang.

 

Tim Damariotimes

 


Posting Komentar untuk "Menelisik Makna dalam Gerak dan Kisah: Analisis Semiotika Sandur Mandura di Bawah Kepemimpinan Riffai, Kajian Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang"