![]() |
gerak murni (Sumber AI) |
Damariotimes. Seringkali, dalam
hiruk pikuk pembelajaran berbagai genre tari, terutama yang populer dan tidak
terikat pakem tari etnik, aspek fundamental dari teknik tari luput dari
perhatian. Sebuah anggapan keliru beredar bahwa teknik tari hanyalah domain
eksklusif bagi tarian etnik tertentu, baik yang klasik maupun kerakyatan.
Padahal, kenyataannya, setiap bentuk ekspresi gerak dalam tari, terlepas dari
sumbernya, dibangun di atas fondasi teknik yang kokoh. Bahkan, rangkaian gerak
yang diciptakan secara personal pun memiliki tekniknya yang khas, dan kekhasan
inilah yang pada akhirnya memancarkan citra estetik yang memukau.
Tanpa mengindahkan teknik tari,
ragam motif gerak hanyalah sekumpulan urutan tanpa jiwa, kehilangan kemampuan
untuk menyentuh dan membangkitkan rasa. Sebagaimana diungkapkan oleh Susanne K.
Langer, gerak yang benar-benar ekspresif adalah gerak yang mampu dinikmati dan
diresapi dengan segenap perasaan. Kemampuan untuk mengenali dan menghayati isi
gerak senantiasa terbantu oleh penguasaan teknik tari yang mumpuni. Dengan
landasan teknik yang kuat, tubuh seorang penari tidak lagi menjadi penghalang,
terbebas dari ketidakmampuan mengendalikan diri yang meliputi berbagai aspek
krusial. Keseimbangan yang terjaga memungkinkan penari bergerak denganPresisi dan
keindahan. Kekuatan dan ketahanan tubuh menjadi modal untuk mengeksekusi
gerakan-gerakan yang dinamis dan kompleks tanpa kehilangan kualitas. Penguasaan
arah hadap dan posisi yang tepat mempertegas maksud dan estetika setiap
gerakan. Pemahaman arah gerak yang jelas melahirkan transisi yang mulus dan
bermakna. Kelenturan atau fleksibilitas tubuh memperkaya jangkauan ekspresi
gerak, memungkinkan penari melampaui batasan-batasan fisik. Dan yang tak kalah
penting, kontrol kesadaran mekanis memungkinkan penari untuk sepenuhnya
menyadari dan mengendalikan setiap otot dan sendi, menghasilkan gerakan yang
terukur dan penuh kesadaran.
Pada puncak sebuah pertunjukan tari,
penonton disuguhkan sebuah presentasi visual dari bahasa tubuh yang memiliki
daya pengaruh luar biasa terhadap kemampuan mereka dalam menangkap makna.
Bentuk-bentuk gerak yang bersifat verbal, yang mengandung pesan dan cerita,
membuka ruang bagi penonton untuk melakukan asosiasi, menghubungkan apa yang
mereka lihat dengan pengalaman dan imajinasi mereka sendiri. Kesan-kesan gerak
yang bersifat imitatif memicu daya khayal, membawa penonton pada visualisasi
konkret dari apa yang sedang diekspresikan. Sementara itu, pada jenis gerak
yang bersifat murni, yang lebih menekankan pada keindahan bentuk dan dinamika,
akan menstimulasi pemahaman penonton menuju aspek-aspek yang bersifat estetik.
Artinya, ketika gerak diekspresikan dengan tepat dan mencapai pemahaman teknik
yang maksimal, ia mampu menghipnotis penonton, mengajak mereka untuk merenungi
setiap nuansa bahasa tubuh yang tersaji.
Fenomena ini menunjukkan betapa
bahasa tubuh yang diekspresikan oleh penari merupakan inti dari pengalaman
kreatif yang sangat berharga. Ia adalah jembatan yang menghubungkan dunia nyata
dengan imajinasi, membawa penonton pada penemuan-penemuan baru melalui
kemampuan penghayatan yang mendalam. Kemampuan menghayati gerak dalam sebuah
tarian menumbuhkan kesadaran yang mendasar bagi seorang penari, membantunya
mengenali potensi dan bakat terpendam yang mungkin belum disadarinya. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi para instruktur tari untuk terus
mengembangkan kemampuan mereka dalam mentransfer pengetahuan dan membimbing
para siswa. Pembelajaran tari tidak seharusnya hanya berfokus pada perolehan
hafalan urutan gerak semata. Lebih mendasar dari itu, dibutuhkan kemampuan
untuk menuntun siswa menuju pencapaian potensi tubuh mereka dalam
mengekspresikan diri melalui tari.
Teknik drilling atau
pengulangan, yang seringkali dianggap sebagai momok dalam pembelajaran tari,
bukanlah sekadar siksaan atau perintah guru yang hanya mengejar hafalan.
Sebaliknya, teknik pengulangan didasari oleh tujuan mulia, yaitu pencapaian
keterbiasaan gerak. Melalui pengulangan yang terarah, siswa akan merasa semakin
nyaman dan tidak canggung dalam melakukan setiap gerakan. Untuk mencapai
efektivitas dalam teknik pengulangan, dibutuhkan pendekatan yang menekankan
pada kebersamaan. Instruktur memiliki peran krusial dalam memotivasi siswa agar
bersemangat untuk mengulang tata urutan gerak secara kolektif, sehingga mereka
secara bertahap mencapai tingkat keterbiasaan yang diinginkan. Ancaman dan
tekanan emosional justru kontraproduktif. Yang dibutuhkan siswa adalah penunjuk
yang jelas, tanda-tanda tertentu yang membantu mereka memulai dan mengakhiri
setiap gerakan dengan tepat. Instruktur memiliki kewajiban untuk membimbing dan
menunjukkan dengan jelas letak awal dan akhir sebuah gerakan, serta memberikan
contoh ketepatan dalam pelaksanaannya.
Pencapaian hasil akhir dari
kemampuan menghafalkan gerakan sangat dipengaruhi oleh gaya mengajar
instruktur. Seorang instruktur yang telah mencapai pengakuan publik dan
memiliki reputasi yang baik akan menjadi contoh yang menginspirasi bagi para
siswanya. Kepercayaan dan kekaguman terhadap kemampuan instruktur dapat menjadi
motivasi tambahan bagi siswa untuk berusaha lebih keras dalam menguasai teknik
dan menghafal gerakan. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan teknik tari
bukan hanya sekadar kemampuan fisik, tetapi juga melibatkan aspek kognitif,
emosional, dan sosial dalam proses pembelajaran. Menyadari dan
mengimplementasikan pentingnya teknik dalam setiap genre tari akan membuka
jalan bagi perkembangan seni tari yang lebih kaya, mendalam, dan mampu
menyentuh hati para penikmatnya.
Tim Damariotimes.
Pentingnya teknik sebagai fondasi utama dalam seni tari, keindahan gerak tidak hanya berasal dari ekspresi, tetapi juga dari penguasaan teknis yang matang.
BalasHapusmenarikkkk
BalasHapus