empu Purwa sedang mengajar (Foto ist.) |
Damariotimes. Katyagan Panawijen,
terletak di tepi hutan Panawijen sekitar tahun 1199-1200, adalah pusat
spiritual yang dihormati pada masa Jawa Kuno, khususnya dalam praktik ajaran
Buddha Mahayana Tantra. Sebagai tempat yang penuh aura sakral dan keramat di
lereng timur Gunung Kawi, Panawijen dipandang sebagai mandala pertapaan yang
dihormati dan menjadi lokasi praktik meditasi yang menyinari kehidupan dengan
ajaran karma. Dalam Buddha Mahayana, karma terbagi dalam tiga bentuk—pikiran,
kata, dan tindakan jasmani—yang semuanya bertujuan untuk melakukan perbuatan
baik secara sadar.
Mpu Purwa, seorang
tokoh spiritual terhormat, menjadi sentral dalam kehidupan spiritual di
Panawijen. Dikelilingi oleh empat muridnya yang beragam, ia mengajarkan
pengetahuan mendalam tentang karma, pencerahan, dan filsafat hidup. Tradisi
guru-murid dalam tantra mengajarkan bahwa keberhasilan spiritual hanya dapat
dicapai melalui bimbingan seorang guru tercerahkan yang menerima inisiasi dari
para guru sebelumnya. Dalam keheningan, Mpu Purwa membimbing murid-muridnya
dengan bijaksana, menyatukan mereka dalam perjalanan mencari pengetahuan dan
kedamaian.
Pararaton mencatat
momen-momen berharga ini, menggambarkan Panawijen sebagai tempat di mana
spiritualitas dan kebijaksanaan bersatu, menciptakan warisan abadi dalam
sejarah budaya Jawa. Pertemuan Mpu Purwa dengan murid-muridnya adalah simbol
dari nilai-nilai pencarian makna hidup yang relevan hingga masa kini,
mengingatkan kita pada pentingnya pendidikan spiritual dan kebijaksanaan di
tengah dinamika zaman.
Pada Festival Singhasari #2 yang dibelar di Gedung
Gajahyana Malang ini akan dibambakan, bawa kebijaksanaan dan spiritual tersebut
berupa tampilan delapan penari yang membawa batik. Batik sebagai simbol seni
yang halus, kain itu digelar di tanah dan digunakan untuk jalannya Empu Purwa.
Sumber tulisan: Suwardono
Editor : R.Dt.
Katyagan Panawijen: Ruang Belajar Kebijaksanaan dan Spiritualitas Jawa Kuno
BalasHapus“Artikel ini menggambarkan Mpu Purwa sebagai guru spiritual bijaksana, mengajarkan pengetahuan tentang karma dan pencerahan. Festival Singhasari #2 menampilkan batik sebagai simbol seni halus, menghubungkan spiritualitas dengan tradisi budaya Jawa.”
Artikel ini menggambarkan Katyagan Panawijen sebagai pusat spiritual penting dalam ajaran Buddha Mahayana Tantra, dengan Mpu Purwa sebagai tokoh utama. Festival Singhasari yang menampilkan batik dan tarian adalah cara indah merayakan warisan budaya dan spiritual tersebut.
BalasHapusKatyagan Panawijen mengisyaratkan sebuah ruang yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mengarahkan individu untuk memahami nilai-nilai mendalam, seperti kejujuran, keadilan, keseimbangan, dan harmoni dengan alam
BalasHapusKatyagan Panawijen adalah pusat spiritual yang dihormati pada masa jawa kuno, sebagai tempat penuh aura sakral panawijen dipandang sebagai tempat pertapaan yang sangat dihormati
BalasHapusArtikel Katyagan Panawijen memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana sejarah, spiritualitas, dan seni dapat bersatu dalam pelestarian nilai-nilai luhur yang terus relevan di tengah dinamika modernitas.
BalasHapussaya baru tau kalau Mpu Purwa, seorang tokoh spiritual terhormat, menjadi sentral dalam kehidupan spiritual di Panawijen. Dikelilingi oleh empat muridnya yang beragam, ia mengajarkan pengetahuan mendalam tentang karma, pencerahan, dan filsafat hidup. dengan membaca artiker terbut saya menjadi tau.
BalasHapusKebijaksanaan dalam budaya Jawa kuno sangat terkait dengan prinsip eco-spiritual, di mana masyarakat menganggap alam sebagai entitas yang memiliki nilai spiritual. Mereka menjalani kehidupan dengan kesadaran akan hubungan timbal balik antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam semesta)
BalasHapus