Ang Hien Hoo: Memelihara Warisan Budaya Melalui Tari Menak Jinggo Dayun dalam Atraksi Wayang Orang

 

Tari Menak Jinggo Dayun (Koleksi Abdul Malik) 

Damariotimes. Bagi Masyarakat Kota Malang yang remajanya sudah berusia sekitar 20 tahun, dan saat ini telah menginjak usia 70-80 tahun. Tentunya mengenal adanya perkumpulan wayang orang yang semua pemainnya adalah orang-orang cina. Perkumpulan kesenian tersebut berawal dari tahun 1955. Kota Malang menjadi saksi berdirinya perkumpulan wayang orang yang dikenal dengan nama Ang Hien Hoo. Inisiatif pendirian kelompok ini berasal dari seorang berkebangsaan cina bernama Liem Ting Tjwan, dengan dukungan dari rekan-rekannya, termasuk Hardjoadiwinoto atau Tjhwa Hoo Liong. Salah satu penari berbakat dari Ang Hien Hoo adalah Shirley Kristiani Widjihandayani, yang juga merupakan anak dari Tjhwa Hoo Liong. Keterangan ini juga di sampaikan oleh Abdul Malik, seorang penulis di Kota Malang. Bahkan beliau memberikan sejumlah foto-foto yang dihibahkan padanya untuk mereka yang membutuhkan. 

Tujuan dan Sejarah Ang Hien Hoo

Perkumpulan ini tidak hanya lahir sebagai wadah seni pertunjukan, tetapi juga memiliki tujuan yang mulia, yaitu melestarikan budaya Jawa. Dari sudut pandang Shirley Kristiani, salah satu pelaku wayang orang yang masih aktif, Ang Hien Hoo didirikan dengan harapan dapat menghidupkan kembali dan merawat kekayaan seni dan budaya tradisional Jawa.

Ang Hien Hoo, pada tahun 1905, merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang persemayaman jenazah. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan perkumpulan ini semakin beragam. Mulai dari billiard, catur, hingga seni musik klasik Tionghoa. Sebelum terlibat dalam wayang orang, Ang Hien Hoo sudah menampilkan seni tari, khususnya tari srimpi.

Tari Menak Jinggo Dayun: Pesona yang Membekas

Seiring berkembangnya minat terhadap seni pertunjukan, terutama wayang orang, Ang Hien Hoo memutuskan untuk menambahkan drama wayang orang ke dalam repertoar mereka. Dari sini, Tari Menak Jinggo Dayun menjadi salah satu atraksi yang begitu memukau. Gerakan yang indah, kostum yang megah, dan musik tradisional menjadi bagian tak terpisahkan dari pertunjukan ini.

Keberhasilan dan Kenangan

Prestasi Ang Hien Hoo tidak hanya terbatas di tingkat lokal. Mereka berhasil tampil di berbagai daerah seperti Surabaya, Bali, Magelang, Semarang, dan Sidoarjo. Tidak hanya itu, pada tahun 1962, mereka diundang oleh Presiden Soekarno untuk tampil di Istana Merdeka, Jakarta. Kiprah ini terus dikenang oleh Shirley Kristiani sebagai salah satu pencapaian luar biasa dalam perjalanan seni mereka.

Akhir Perjalanan 

Namun, seperti banyak perkumpulan seni lainnya, Ang Hien Hoo mengalami masa sulit di tengah kondisi politik yang tidak stabil pada tahun 1965. Perkumpulan ini akhirnya mati suri dan berganti nama menjadi Panca Budi, dengan fokus kembali pada urusan persemayaman jenazah.

Meskipun Ang Hien Hoo sebagai kelompok wayang orang tidak lagi aktif, kenangan akan Tari Menak Jinggo Dayun dan prestasi mereka tetap hidup dalam ingatan Shirley Kristiani dan masyarakat Malang. Sebuah perjalanan yang penuh warna, menghidupkan kembali budaya Jawa melalui seni pertunjukan yang memikat dan mengesankan.

Sumber :Mardi Sampurno (Radar Malang) selasa 1 Februari 2022

Editor       : R. Dayat

Posting Komentar untuk "Ang Hien Hoo: Memelihara Warisan Budaya Melalui Tari Menak Jinggo Dayun dalam Atraksi Wayang Orang"