Diorama Drama Singhasari: Menguak Kisah Penuh Antusiasme di Kota Malang

        Damariotimes. Malang, 28 November 2023. Selama ini, kita menganggap diorama sebagai representasi visual suatu peristiwa atau kejadian nyata dalam bentuk replika makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan), bangunan, dan alam yang dibuat sedetail mungkin mendekati aslinya. Namun, dalam acara Festival Singhasari yang diselenggarakan di Taman Budaya Jawa Timur pada Rabu, 22 November 2023, oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Malang, muncul inovasi berupa Diorama Drama yang merupakan yang pertama kali diadakan di Kota Malang. Tema Festival Singhasari ini mendapat dukungan dari tenaga pendidik (guru), budayawan, dan seniman Kota Malang. Acara ini berlangsung meriah dan penuh antusiasme, mendapat sambutan luar biasa dari kalangan pelajar se-Kota Malang, undangan, dan para pejabat dari berbagai instansi yang hadir pada malam itu.

Yudit (tengah) sedang memperagakan wayang (Foto ist.)

            Penulis, dalam kesempatan ini, juga turut menjadi pemeran di bilik diorama 10, yang menampilkan model Raja Kertanagara bersama beberapa rekan seniman yang memerankan Brahmana Siwa Buda serta para cantrik, sedang berada di Halaman Candi Jajaghu di Tumpang. Candi Jajaghu merupakan tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana, ayahanda Kertanagara. Adegan ini mengisahkan Baginda Raja sedang berkunjung ke Candi Jajaghu untuk memuliakan ayahandanya yang telah wafat. Awalnya, saya diangkat sebagai peran pedagang di bilik 9 bersama seorang rekan, namun setelah melihat skenario, peran di bilik 10 masih kosong. Dengan inisiatif pribadi, saya melapor kepada Bapak Robby Hidajat selaku art director untuk menjadi peran di bilik 10 dan di tunjuk sebagai peran Brahmana. Saya berpikir untuk tampil totalitas menjadi pendeta Budha atau Brahmana Siwa.
        Sehari sebelum acara, diadakan casting adegan yang akan diperankan oleh masing-masing talent. Ternyata, peran raja di bilik 10 belum terisi oleh staf Dikbud, dan saya tiba-tiba ditunjuk memerankan Raja Kertanagara. Meskipun saya lebih sering berperan di balik layar, saya akan berusaha memerankan peran ini dengan sebaik-baiknya. Pagi hari sebelum acara dimulai, saya pergi ke pedagang bunga untuk membeli perlengkapan sesaji berupa uborampe, pecok bakal, dan wewangian (dupa). Meskipun acara ini hanya bersifat teatrikal dan tidak membutuhkan sesajian, sebagai orang Jawa, saya tetap menjalankan tradisi tata krama sesuai keyakinan saya.
        Acara ini, meskipun hanya sebuah drama, mengisahkan kisah nyata tentang Kerajaan Besar di Wilayah Malang pada Masa Lalu beserta tokoh-tokoh besar yang berjaya. Kertanagara adalah Raja terbesar dan terakhir di Singhasari, seorang pemimpin bangga, visioner, berani menentang invasi asing, religius, dan berambisi menyatukan Nusantara. Deklarasi semangat "Cakrawala Mandala Dwipantra"nya, yakni menyatukan Nusantara di bawah naungan Kerajaan Singhasari, membawa Singhasari mencapai puncak kejayaan dan kemashuran. Meskipun Kertanagara hanya sempat menikmati sebagian dari keberhasilan cita-citanya, semangatnya menginspirasi Patih Majapahit Maha Patih Gajah Mada untuk menyatukan nusantara dengan Sumpah Palapanya. Saya bangga dapat memerankan sosok ini dan berharap pemimpin Malang dapat mencontoh semangat Raja Kertanagara dalam kepemimpinannya.
        Pelaksanaan Festival Singhasari yang pertama kali diadakan pada November 2023 di Kota Malang sangat tepat dan seharusnya diadakan secara rutin setiap tahun untuk memupuk semangat cinta tanah air pada generasi penerus serta menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Malang.
 
 
Kontributor : Yudit Perdananto
Editor          : Muhammad Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Diorama Drama Singhasari: Menguak Kisah Penuh Antusiasme di Kota Malang"