Penelusuran Wayang Malangan Bermodal Tekat dan Semangat

        Damariotimes. Malang, tanggal 20 Juni 2023. Ketika penulis menyambangi studio batik di SMK Negeri 7 Malang Dengan bangga Astrid Wangsagirindra Pudjastawa menunjukan buku tulisannya. Buku ini adalah tulisan berdua, yaitu Yudit Perdananto dan Astrid Wangsagirindra Pudjastawa.
Astrid Wangsagirindra Pudjastawa, dengan bangga menunjukan buku karyanya (Foto ist.)
        Di bagian depan buku tersebut di berikan kata pengantar Dr. Robby Hidajat, M.Sn. menjelaskan tentang buku tersebut sebagai berikut:
        Budaya lokal ini telah menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat di Malang. Utamanya para pelakunya, para dalang, pengrawit, sinden, dan para pekerja seni yang memiliki kesetiaan dan dedikasi yang sangat luar biasa.
     Penelusuran dan pencatatan buaya lokal dalam bentuk Wayang Kulit Malangan ini telah banyak berkontribusi terhadap berbagai aspek sosial, karena Wayang Kulit Malangan ini bersifat fungsional. Tidak hanya sebagai hiburan pada hajatan keluarga ketika menikahkan putra-putri atau mengkhitankan anak laki-lakinya. Namun berbagai fungsi yang terus menyertai dinamika kehidupan masyarakat di Malang, termasuk berfungsi sebagai media pendidikan.
        Bentuk penyajian Wayang Kulit Malang, tidak hanya sebagai pergelaran yang kompleks, namun juga telah mengalami modivikasi untuk menyederhanakan penampilan. Agar banyak orang dapat menikmati dan tidak membutuhkan banyak biaya, tentunya hal ini terkait dengan faktor manajemen.
        Jika menyimak lebih dalam, tulisan ini telah disiapkan dalam waktu yang cukup lama. Sudah barang tentu semuanya memang berdasarkan pandangan mata, pengalaman menonton, dan keikutsertaan dalam mendalami aspek teknis dalam menuliskannya. Oleh karena itu, tulisan ini sebenarnya tidak sederhana, namun mengandung harapan yang sangat mendalam, bahkan juga ingin menjangkau lebih banyak orang yang memahami.
       Tentunya buku berjudul: WARANACRITA: Sebuah Kisah Tentang Wayang Kulit di Malang yang diterbitkan oleh Singgasana Budaya Nusantara ini akan memberikan sumbangan yang sangat besar pada apresiasi masyarakat, bahkan juga menjadi dokumen yang langka dalam 100 tahun belakangan ini, karena buku yang benar-benar menaruh perhatian pada Wayang Kulit Malang tidak serta merta muncul setiap saat. Bukan hanya yang menulis, tetapi tantangan kedepan juga yang bersedia untuk membaca.
        Kata pengantar ini menunjukan, bahwa buku ini menjadi penting untuk dibaca, karena penelusuran dan penulisan ini hanya bermodal tekat dan semangat. Demikian penjelasan Astrid Wangsagirindra Pudjastawa, dengan bangga menunjukan buku karyanya.
 
 
Reporter    : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Editor        : H. Gumelar

Posting Komentar untuk "Penelusuran Wayang Malangan Bermodal Tekat dan Semangat"