Gender Dalam Pendidikan Seni Tari

Damariotimes. Seni tari memiliki unik yang mampu memberikan peluang dalam mengeksplorasi kreativitas dan mendorong citra diri yang positif, baik laki-laki maupun perempuan. Seni tari menjadi penting dalam kinerjanya untuk membuka wawasan baru dalam menikmati dunia, menciptakan ruang sosial yang mampu memperkaya batin.
Seni Tari sebagai ruang mengidentifikasi gender (Foto ist.)
Mereka yang telah berpengalaman dalam dunia seni tari, percaya bahwa didalam pengalaman menari ada estetika, yaitu kenikmatan batin yang mampu membangun imajinasi dan menciptakan kekayaan pengembaraan tubuh lebih mendalam, tidak hanya sekedar badan yang bergerak.
Apabila seni tari menjadi pusat untuk menciptakan setiap pengalaman belajar bagi anak atau orang dewasa. Maka para orangtua, dan guru seni tari di sekolah akan memenuhi kewajiban mereka untuk mendidik melalui tari. Tujuan pendidikan tari diantaranya adalah menegaskan tentang kesadaran gender. Sehingga siswa memahami keseimbangan dalam kehidupan sosial. Seni tari tidak menciptakan alih gender, tapi memberikan pemahaman yang mendalam perannya dalam pembagian gender lebih nyata. Laki-laki menjadi sosial yang lebih kuat, fungsinya melindungi, sementara wanita menciptakan keseimbangan untuk mengukuhkan maskulinitasnya.
 Tari pendidikan tidak kebal (abai) terhadap masalah gender yang ada dalam masyarakat, kelangkaan siswa laki-laki, tubuh penari dan masalah harga diri mereka. Seorang guru tari di Amerika menyatakan, bahwa bentuk tari pergaulan dinyatakan sebagai media menciptakan bentuk tanggung jawab pada pasangan menari mereka, sedangkan wanita bertanggung jawab untuk menjaga hubungan yang harmonis antara pasangannya. Maka ruang ini menciptakan toleransi gender.
Tari mengkomunikasikan informasi tentang gender yang sesuai dengan perilaku dalam masyarakat. Isyarat halus bahwa anak laki-laki berkomunikasi harus menggunakan tubuh mereka dalam agresif,  berorientasi tujuan, dan ruang-cara mendominasi, sedangkan anak perempuan harus menggunakan tubuh mereka secara ekspresif, menyenangkan halus, referensi diri untuk mengontrol pertumbuhan dan sikap sosial. Apakah pendidik tari bertanggung jawab untuk mengidentifikasi pesan gender dan membuat kelas tempat di mana peran jenis kelamin perilaku stereotip bisa dipertanyakan dan diubah?. Hal itu yang terus diupayakan, bahwa menari bukan mengubah gender. Tapi mereka yang memiliki kelainan gender memasuki wilayah tari untuk mengidentifikasi dan mencari pengakuan identitas baru. Hal ini sebenarnya bukan tujuan tari.
 
 
 
Penulis      : R. Hidajat
Editor        : Muhammad ‘Afaf Hasyimy  

Posting Komentar untuk "Gender Dalam Pendidikan Seni Tari "