Kampung Adat Desa Penglipuran yang Mulai Bernafas Lega pasca Pandemi Covid-19

            Damariotimes. Memasuki bulan Mei 2022 objek wisata Desa adat Penglipuran, sebuah desa konservasi budaya yg sangat pupuler. Desa ini dikenal sebagai lingkungan desa adat terbersih, karena masyarakatnya benar-benar mematuhi adat tradisional Bali. 

Komoditas rumahan berupa sovenir (foto ist.)

            Nama desa adat Penglipuran memiliki pengertian 1) pangeling pura, yaitu untuk mengingat pura, karena penduduk di desa itu bukan penduduk asli, 2) penghibur yaitu ketika raja-raja ingin mendapatkan hiburan selalu datang di desa Penglipuran

            Asal usul desa Penglipuran, yaitu berasal dari datangnya masyarakat. Desa kubu dari desa bayu gedhe abad 10 untuk menata desa. Tidak ingin kembali, mereka membuat pure (leluhur). 

1981, Mulai jadi desa wisata, 2013 dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah, serta diberikan penghargaan oleh UNESCO sebagai desa terbersih. Desa ini seluas 12 ha, yang terbagi menjadi 1) utama mandala, 3 ha, 2) madya mandala, 5 ha, dan 3) nista mandala yg berfungsi untuk kuburan dan kebun bambu.

Pure Gedhe di Desa Wisata Panglipuran (foto ist.)


            Pada aspek sosial, keunikan desa Penglipuran ini masyarakatnya tidak ada yg dimadu, jika kedapatan sebagai istri kedua akan diasingkan di karang madu. Selain itu Produk komoditas lokal adalah Lolohan cemcem, berupa minuman sejenis jamu dan juga terdapat persewaan kostum adat Bali untuk foto kenangan. 

            Komoditas tersebut yang selama pandemi tidak dapat dikomoditaskan. 



Reporter: R. Hidajat
Editor: Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Kampung Adat Desa Penglipuran yang Mulai Bernafas Lega pasca Pandemi Covid-19"