Ruwatan Wayang Topeng di daerah Tengger, Wonokerso, Kabupaten Probolinggo

DAMARIOTIMES - Desa Wonokerso adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Daerah ini memiliki adat istiadat yang masih dilestarikan sebagai warisan leluhur salah satunya adalah upacara Ruwatan.

Salah satu adegan ruwatan wayang topeng Tengger (Foto Ist,)

Ruwatan adalah upacara ritual masyarakat Tengger untuk menghindarkan diri dari malapetaka yang berasal dari Bathara Kala. Bathara Kala diyakini sebagai dewa pemakan manusia yang memiliki wujud dan perangai buruk serta gemar memakan manusia. Ruwatan harus dilakukan oleh orang sukerta.

Sukerta adalah orang yang lahir pada waktu yang salah misalnya onthang anthing. Onthang-anthing adalah anak yang tidak memiliki saudara, sehingga anak tersebut dipercaya sebagai makanan Bathara Kala. Dalam tradisi masyarakat Jawa, biasanya ruwatan menggunakan Wayang Kulit, tetapi berbeda di wilayah pegunungan Tengger.

Mereka menggunakan Wayang Topeng dalam melaksanakan ruwatan. Masyarakat Desa Wonokerso lazim menyebut Wayang Topeng tersebut dengan istilah Wayang Topeng Tengger. Istilah ini sudah dikenal sejak dulu karena keberadaaannya di wilayah pegunungan Tengger dan di tengah-tengah kehidupan suku Tengger.

Pada pertunjukan Wayang Topeng Tengger terdapat topeng yang disebut topeng Bathara Kala. Topeng ini memiliki ciri-ciri mata melotot, wajah merah, bertaring, berkumis, dan berjenggot tebal. Fungsi utama topeng tersebut selain media ungkap ekspresi tokoh cerita adalah sebagai sarana masuknya roh yang dipercaya sebagai Bathara Kala.

Ruwatan adalah upacara ritual yang dilakukan bagi orang sukerta dan dipercaya erat kaitannya dengan mitos Bathara Kala.Ruwatan dilaksanakan pada saat Bathara Kala datang dan masuk ke tubuh pemain Wayang Topeng Tengger. Topeng tersebut dipercaya dan diyakini sebagai topeng sakral dan mistis oleh masyarakat Desa Wonokerso. Kesakralan pertunjukan tersebut juga dapat dilihat pada saat tokoh pemain Bathara Kala mengalami kesurupan pada pelaksanaan upacara. Wayang Topeng Tengger mengangkat cerita legenda gunung Bromo dan mitos Bathara Kala. Cerita yang diwajibkan hadir adalah kehidupan sehari-hari orang yang diruwat (ditampilkan dalam bentuk perwakilan oleh pemain topeng) dan cerita Bathara Kala. Cerita tersebut sesuai dengan naskah lisan dari dalang Ki Lebari (selaku dalang) yang memimpin upacara ruwatan. 

Nilai Religius 

Nilai religious yang terdapat dalam budaya sastra jawa meliputi keimanan dan ketaqwaan manusia terhadap tuhan, keteringatan manusia terhadap tuhan, ketaatan manusia terhadap firman tuhan, dan kepasrahan manusia terhadap, kekuasaan tuhan. nilai religious yang terdapat pada pertunjukan ini adalah ruwatan, dimana ruwatan merupakan acara yang digunakan untuk menghindarkan diri dari malapetaka yang berasal dari Bathara kala. Ini merupakan akibat logis kenyataan bahwa sastra lahir dari pengarang yang merupakan pelaku dan pengamat kehidupan manusia. 

 

Nilai Sosial

            Nilai sosial dalah nilai yang lahir dari kelompok masyarakat yang berupa sikap atau perasaan yang di terima luas oleh masyarakat. Dikatakan Nilai sosial karena pada pertunjukan wayang topeng ruwatan ini mengambil cerita-cerita atau mengangkat lakon kehidupan manusia sehari-hari yang ada di wilayah Tengger, Wonokerso, Kab. Probolinggo. 



Kontributor                 : Binti Ayu Farida
Editor                          : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Ruwatan Wayang Topeng di daerah Tengger, Wonokerso, Kabupaten Probolinggo"