Jenang Jubung: Si Hitam Manis Kudapan Khas Gresik Ditampilkan Secara Modern Melalui Fotografi Kuliner

Jenang Jubung kudapan khas Kabupaten Gresik (foto: Rani)
DAMARIOTIMES - Kudapan yang berwarna hitam dengan taburan wijen di atasnya ini merupakan kuliner khas Gresik, masyarakat menyebut dengan nama jubung. Konon kudapan khas Gresik ini, sudah ada sejak sebelum zaman kemerdekaan Republik Indonesia.

Masyarakat Gresik menuturkan, bahwa resep jenang jubung disampaikan secara lisan dan sudah turun temurun. Jenang khas Gresik ini, berasal dari Desa Lumpur tepatnya masih di Gresik kota.

Proses pembuatan jenang jubung membutuhkan tenaga ekstra dan waktu lebih, karena pada proses memasak jenang harus diaduk terus selama 6 jam. Tidak hanyak memasaknya yang lama, tetapi pada proses perendaman beras ketan hitam membutuhkan waktu 12 jam. Jadi bisa dihitung sendiri ya berapa lama pembuatan jenang jubung.

Jenang jubung agak berbeda dengan jenang lainnya, karena memiliki tekstur yang lebih kenyal dan lembut dari jenang yang lainnya. Menyajikan fotografi kuliner untuk menunjukan tekstur jenang yang kenyal membutuhkan komposisi yang a simeteris. Posisi diagonal akan mengundang perhatian yang kuat. Bahkan diberikan steresing becgrond yang kontras semakin mempertegas posisi diagonal objeknya.

Rasa dari jenang jubung adalah manis dan sedikit gurih, sehingga kalau makan jenang jubung tidak cepat neg, karena rasa yang terlalu manis. Rasa ini juga dapat diasosiasikan melalui warna coklat yang kuat.

Kalau dilihat dari bentuk fisiknya, jenang jubung ini memiliki bentuk silinder. Dibungkus kemasan yang bernama ‘ope’, terbuat dari pelepah daun pinang, ukurannya sebentuk gelas kecil. Pembuatan ope pembungkus jenang cukup susah dikerjakan, sehingga kesan tradisional dan pembuatannya secara menual. Bahkan juga ada kendala yang terkait dengan ketersediaan bahan baku daun pinang, karena  tidak selalu tersedia di pasar, tergantung musim.

Cara pembuatan jubung awalnya beras ketan hitam direndam, lalu digiling hingga halus menjadi tepung. Diwaktu yang sama saat menunggu rendaman ketan, Proses membuat santan dengan cara memarut kelapa lalu diambil sarinya. Setelah itu santan dimasak hingga kental. Setelah itu tepung beras ketan hitam dicampur dengan santan dimasak hingga kental dengan tekstur yang lembut. Agar jenang jubung memiliki rasa yang legit, diberi gula pasir secukupnya. Setelah proses pembuatan jenang selesai, adonan jenang dituangkan ke ‘ope’, lalu diberi taburan wijen untuk memberikan rasa sedikit gurih pada jubung.

Proses secara tradisional ini diwalilkan pada kesan komposisi kompensional, ada kekuatan yang menunjukan pekerjaan menual, tradisional, dan ada dihasilkan melalui home industry. Sehingga ada ikatan premodial yang masih susah bersaing dengan kuliner pabrikan.

Pesan fotografi kuliner ini adalah untuk mengundang orang untuk mencicipi jenang jubung, sudah barang tentu disuguhan tampilan yang sangat detil, pengulangan tempat yang membuat penikmatnya dapat memutuskan untuk segera membeli. Bahkan fotografi yang disiapkan ini jika diaplikasikan dalam bentuk poster, sudah barang tentu akan diberikan penegasan alamat kamu toko oleh-oleh yang jelas. Pesan eksplisit adalah mengeliminir  khawatir soal harga, jenang jubung memiliki harga yang bisa dibilang murah. Penekanan murah itu tentunya membutuhkan konsep, karena fotografi kulinernya sudah dirancang secara elegan. Sehingga tidak akan ditampilkan secara verbal, karena akan mengundang image “murahan.” Sungguhpun harga jenang Jubung ini hanya Rp.10 ribu rupiah.  Dalam satu pak sudah bisa mendapatkan satu bungkus jenang jubung, yang berisi 6 pcs. Ini sesuai dengan jumlah objek fotografi yang ditampilkan, karena secara inplisit merupakan tawaran dan sekaligus janji.

 

 

 

Kontributor     : Ratna Tri Maharani
Editor              : Marsam Hidajat       

Posting Komentar untuk "Jenang Jubung: Si Hitam Manis Kudapan Khas Gresik Ditampilkan Secara Modern Melalui Fotografi Kuliner "