Agus Misdianto, Malang Melintang di dunia Perludrukan akhirnya jadi Petani dan Pemancing

Cak Agus Sarip ketika berakting di atas panggung (foto Ist.)

DAMARIOTIMES - Menjadi aktor ludruk terkenal merupakan cita-cita dari semua pemain ludruk. Mereka rela merangkak dari bawah, seperti aktor film Ratno Timur yang rela menjadi pelayan artis, mengambilkan air minum dan membawakan kostum. Demikian juga aktor ludruk yang satu ini, dia terlahir dengan nama Agus Misdianto. Aktor ludruk yang badannya tegap, otot-otot ditubuhnya kekar, tampilannya selalu tegas, dan sangat cocok untuk melakonkan tokoh-tokoh yang sangar.

            Agus Misdianto, Lahir di Daerah Dampit Malang, tanggal 24 Agustus 1965. Putra dari pasangan Tayib Sudibyo dengan sukemi. Ayahnya dikenal sebagai  pemain ludruk RRI Surabaya, asalnya dari  Desa Polaman Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.

Agus Misdianto, adalah arek Sumber Benda yang populer di Panggil Agus Sarip. Pada awalnya orang-orang ludruk tidak pernah menduga, kalau Agus  bisa menjadi pemain ludruk sungguhan. Pasalnya, ketika Agus pertama kali mula belajar Ngludruk. Tampaknya seperti kurang niat, kurang ada motivasi, ogah-ogahan. Pada waktu masuk menjadi anggota ludruk Wijaya Kusuma, Agus  statusnya tidak jelas. Apa mau jadi  tukang Gontok, tukang dekor. Tapi dia setiap malam datang ke gedung Ludruk Wijaya Kusuma. Karena hanya lontang lalantung, di dalam Gedung juga tidak  Ikut pentas, oleh karenanya juga tidak pernah mendapat HR.

Ternyata Agus Sarip belajar beradaptasi, mengamati setiap pertunjukan yang dilakukan oleh para Seniornya. Sehingga dia hafal gerak-gerik dan pembawaan para seniornya ketika memainkan tokoh-tokoh tertentu. Ternyata yang dilakukan Agus Sarip adalah Nyebeng  (mengamati pemarin dari dekat). Berawal dari  nyebeng, Agus Sarip memperoleh banyak  ilmu akting ludruk yang sangat mendalam.

Agus Sarip adalah murid kesayangan Cak Jamil Misdun, tokoh pemeran Sumolewo, Branjang Kawat, dan Cakraningrat. Agus Sarip dengan almarhum Cak Jamil sudah seperti keluarga, karena Cak Jamil dengan Cak Tayib adalah Saudara seperguruan dalam hal Spiritual Jawa. Maka hubungan Cak Jamil dengan Agus  bagaikan bapak dan anak Guru. Sungguh tidak berlebihan jika banyak orang mengatakan jika Agus Sarip gayanya, aktingnya, gerak geriknya mirip Cak Jamil.

Cak Agus Sarip bersama Tarsan Srimulat Jakarta (Foto Ist.)
 

 Berbekal Ilmu nyebeng, Agus Sarip menjadi percaya diri dan berani  berbaur dengan semua seniman ludruk Jawa Timur. Sehingga malang melintang di jagad perludukan di Malang, seperti ludruk-ludruk yang pernah diikuti: Ludruk Wijaya Kusuma,Ludruk Persada Malang, Ludruk Orkanda Malang, Ludruk Taruna Budaya Malang, Ludruk Armada Malang, Ludruk Merdeka Jember, Ludruk Karya Budaya Mojokerto, Ludruk Lerok Anyar Malang, Ludruk Polma Malang, dan Ludruk Cak Kartolo Grup

Bersama Paguyuban Ludruk Malang (Polma), Agus Sarip oleh Mas Yuwono di percaya Memerankan Tokoh Panji Pulangjiwa dalam Lakon Babad Malang untuk acara Konggres Bahasa Jawa di Kraton Yogyakarta tahun 2001, beberapa tahun kemudian Agus Sarip diajak Cak Kartolo Pentas ludruk di Taman Ismail Marzuki Jakarta.  Pentas bersama Kapolda Metro Jaya Jendral Untung Rajab, Agus memerankan tokoh Sarip lakon Sarip Tambak Asa.

Cak Agus Sarip bersama Tesi Srimulat (foto ist.)
 

 Pengalaman Agus Sarip yang malang melintang di dunia perludrukan hingga akrap dengan para pelawak sinior yang tergabung di Srimulat Jakarta, seperti Tarsan dan Tesi. Ini merupakan hasil dari kecerdikan Agus Sarip dalam mempelajari situasi. Hal ini terbukti, bahwa Agus Sarip juga mampu menjadi MC Campur Sari dan Orkes Melayu, atau jadi Pranata adi cara pada hajatan pengantin. Sungguh sangat luarbiasa. Namun puncak gunung yang tinggi telah di panjat, lautan luas telah diseberangi. Namun di masa pendemi COVID-19 yang melanda Indonesia dan dunia ini, semuanya kembali menjadi nol. Kembali ke desa bersama istri tercinta, Suhermin. Mereka hidup  menjadi petani di Argo Tirta Kecamatan Sumber Manjing Wetan Kabupaten Malang, bahkan seringkali pergi ke laut mancing. Salah satu hobby untuk mengembangkan ispirasinya menjadi seminan besar.


Reporter          : Marsam Hidajat
Editor              : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Agus Misdianto, Malang Melintang di dunia Perludrukan akhirnya jadi Petani dan Pemancing"