DAMARIOTIMES - Permulaan penanggalan Jawa adalah tanggal
Satu bulan Suro. Penetapan tanggal satu Suro atau satu Muharam menggunakan
sistem kalender yang menggabung perhitungan bulan dan matahari dalam satu kesatuan
yang rumit. Bagi masyarakat Jawa, satu Suro menjadi hari yang sakralkan
sekaligus hari besar yang dirayakan dalam kesunyian. Bulan Suro dilihat sebagai
bulan yang menjadi awal perubahan kultural dan spiritual. Segala bentuk perayaan
aktivitas spiritual mencapai titik kulminasi pada bulan Sura, dimana seluruh
sistem spiritual masyarakat bekerja.
Foto Jamasan Pusaka di Padepokan Cipto Mudho Laras Kediri (Foto: Rudi) |
Bulan Suro adalah bulan spiritual dimana
beberapa aktivitas sosial akan berdialog dengan sistem numerologis. Masyarakat
Jawa mengenal sistem penanggalan yang diterjemahkan menjadi struktur
numerologis, dimana setiap satuan waktu akan dipersepsikan menjadi satuan
angka-angka tertentu yang berkonotasi pada sifat-sifat tertentu. Sistem Kalender
Jawa membagi tahun dalam satuan windu atau sistem delapan tahunan, satuan windu
tersebut akan dibagi lagi dalam sistem tahun. Setiap tahun akan dibagi lagi dalam
hitungan bulan, hari hingga pasaran.
Setiap windu, tahun, bulan, hari dan pasaran tertentu akan dipersepsikan
dalam sistem klasifikasi sosial, sehingga akan didapatkan sifat sosial,
kultural ataupun spiritual dalam satuan-satuan tersebut.
Perhitungan-perhitungan numerologis inilah
yang menjadi pedoman aktivitas spiritual masyarakat Jawa. Aktivitas spiritual
yang sangat tergantung pada perhitungan kosmologis. Penentuan waktu pelaksanaan
satu aktivitas spiritual lebih utama dari prosesi pelaksanaannya, sehingga
menjadi sesuatu yang wajar jika masyarakat Jawa sangat tergantung pada perhitungan
waktu kosmologis. Satu Suro sebagai hari pertama dalam sistem tersebut
menempati peran yang vital. Beberapa aktivitas kultural dimulai pada saat
tersebut. Tindakan yang paling lazim adalah tirakatan dan selametan. Aktivitas
yang mempertemukan tindakan sosial dan spitual dalam satu format. Aktivitas sosial dan spiritual ini menjadi
pilar kultural terpenting dalam sistem kultural masyarakat Jawa yang tetap
dilestarikan hingga saat ini.
Satu Suro juga menjadi hari “besar” bagi
masyarkat Jawa, yang dirayakan dalam kesunyian. Masyarakat Jawa memulai satu
fase kehidupannya dengan perayaan spiritual yang jauh dari hiruk pikuk atau
kemeriahan. Tahun baru menjadi satu tanda pergantian numerologis yang
berkonotasi pada keberuntungan atau kebahagian manusia secara umum. Setiap
tahun akan memiliki watak yang diprediksi sebelumnya, sehingga masyarakat Jawa
telah memiliki kesiapan psikologis untuk perubahan tersebut. Satu fenomena yang
menyebabkan setiap perubahan dimaknai sebagai sesuatu yang telah digariskan
secara spiritual, mengingat setiap satuan waktu membawa konsekuensi sosial,
spiritual ataupun kultural tertentu.
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Satu Suro Dan Epicentrum Spiritual Bagi Masyarakat Jawa"