Pak Djie Kisah Pekerja Bangunan Yang Banting Setir Menjadi Penjual Pangsit

DAMARIOTIMES - Pedagang pangsit mie atau mie ayam di Janti Selatan hanya satu-satunya adalah Sri Adjie. Pria berperawakan sedang itu, adalah warga Janti Selatan gg. 7 Sukun Kota Malang. Pria yang sehari-hari dipanggil pak Djie ini mengaku sudah hampir 5 tahun berdagang pangsit mie.


Pak Djie: Pangsit & Mie Ayam (Foto: Ist)


            Pak Djie setiap hari membuka lapak di seberang panti asuhan Al Ikhlas, atau di belakang SMK Negeri 1 Malang. Ia mengaku belajar membuat pangsit mie secara otodidak, seperti pedagang-pedagang yang lain. Pertama kali yang dipelajari adalah meracik bumbu, ada merica, garam, minyak bawang putih, dan selebihnya melancarkan cara memasak sayur dan mie.

Beberapa tahun yang lalu terpaksa dihentikan. Karena mencoba keberuntungan bekerja di sektor bangunan di Kalimantan. Selama merantau, nasib memang belum beruntung. Kemudian pulang dan menekuni kembali melanjutkan sebagai pedagang pangsit mie ayam yang telah dirintisnya. Berdagang pangsit mie ayam tidak telalu berat, dan bersyukur dapat bertemu keluarga setiap hari.  

Sebelum pandemi COVID-19 dagangannya masih lumayan, setidaknya dapat untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Namun, di masa pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Dagangannya benar-benar terasa menurun. Sehari yang buka mulai pk. 11.00-17.00 hanya dapat menghabiskan 3-4 kilo mie. Namun rata-rata yang dapat dijual sekitar 3 kilo mie setiap hari.

            Penurunan omset itu disebabkan oleh siswa SMK Negeri 1 Malang yang tidak lagi  masuk sekolah, selain dari pada itu dimungkinkan juga karena penghematan; orang tentu berpikir kalau harus mengeluarkan uang untuk jajan. Sungguhpun harga satu porsi pangsit mie ayam dipatok hanya Rp. 7000,-. Sudah dapat mie ayam, sayur, tumis ayam cincang, dan krupuk pangsit.

            Ketika Damariotimes, menghampiri lapak pak Djie jam 11.00. pagi. Masih sepi, begitulah kondisi selama ini. Tidak banyak orang yang membeli, hanya beberapa orang yang mampir membeli satu bungkus, atau tetangga dekat yang sengaja membeli untuk makan siang. Hampir tidak ada orang yang makan di tempat. Masyarakat menyadari protokol kesehatan, terlebih pada masa PPKM darurat ini.

Walaupun kondisi saat ini semakin sulit, tapi resep yang tetap diterapkan adalah “tekun dan sabar”. Resep ini sangat nikmat, tidak pahit kalau disyukuri. Karena yang namanya rezeki itu sudah ada yang mengatur. Orang hanya menjalankan, sehingga dapat berapapun tetap harus bersyukur.

 

Reporter          : Harda Gumelar
Editor              : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Pak Djie Kisah Pekerja Bangunan Yang Banting Setir Menjadi Penjual Pangsit "