![]() |
| tampilan semesta simbol (sumber IA) |
Damariotimes.
Kajian seni pertunjukan dan budaya sering kali terjebak dalam dua kutub
ekstrem: hanya mengagumi keindahan visual tanpa memahami makna, atau terjebak
dalam interpretasi filosofis yang mengawang tanpa berpijak pada fakta
bentuknya. Di sinilah letak pentingnya konsep Struktur-Simbolik yang
digagas oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. Pendekatan ini hadir sebagai
metodologi deskriptif-analitis yang mampu membedah karya seni sebagai sistem
komunikasi budaya yang kompleks.
Prof.
Robby Hidajat, melalui latar belakangnya sebagai akademisi sekaligus praktisi
seni, merumuskan bahwa karya seni, khususnya seni pertunjukan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan antara wujud fisik dan kedalaman batin.
Struktur-simbolik adalah cara pandang yang setiap elemen seni adalah
"tanda" yang sengaja disusun untuk menyampaikan pesan kultural, nilai
moral, hingga pandangan dunia (worldview) masyarakat pemiliknya.
Dialektika
Wujud Lahiriah dan Batiniah
Dalam
kerangka pemikiran ini, terdapat dua lapisan utama yang saling mengunci. Pertama adalah Struktur atau Wujud
Lahiriah. Ini merupakan aspek-aspek formal yang dapat ditangkap oleh indra
manusia. Dalam sebuah pertunjukan tari, struktur mencakup anatomi gerak, pola
lantai, ritme musik, hingga detail tata rias dan busana. Struktur adalah
"tubuh" karya seni yang bersifat empiris dan nyata. Tanpa struktur
yang kuat, sebuah pesan budaya tidak akan memiliki media untuk menampakkan
diri. Kedua adalah Simbolik atau
Wujud Batiniah. Lapisan ini merupakan "nyawa" yang bersemayam di
balik bentuk fisik. Simbolik berkaitan erat dengan gagasan, ideologi, mitologi,
atau norma sosial yang ingin direpresentasikan. Di sinilah letak dialektikanya:
struktur tanpa simbolik akan menjadi hampa, sekadar pameran keterampilan teknis
yang kosong. Sebaliknya, simbolik tanpa struktur akan menjadi abstrak, sulit
dipahami, dan gagal dikomunikasikan kepada publik. Hubungan keduanya bersifat
organik; apa yang terlihat di luar (struktur) adalah cerminan dari apa yang ada
di dalam (simbolik).
Penerapan
dalam Analisis Seni Pertunjukan
Penerapan
teori ini dalam penelitian seni pertunjukan memberikan pisau analisis yang
tajam bagi para peneliti. Dalam analisis koreografi, misalnya, seorang peneliti
tidak akan berhenti pada pencatatan jenis gerak saja. Melalui kacamata struktur-simbolik,
posisi tubuh mendhak (merendah) dalam tari tradisi Jawa tidak hanya
dilihat sebagai teknik fisik untuk menjaga keseimbangan, tetapi dibedah sebagai
simbol kerendahhatian dan penghormatan manusia terhadap sesama maupun Sang
Pencipta.
Demikian
pula dalam analisis visual dan ruang. Penggunaan warna kostum atau tata cahaya
tidak dianggap sebagai pilihan dekoratif belaka, melainkan representasi
karakter atau status sosial. Begitu juga dengan pengaturan ruang panggung;
posisi penari di titik tertentu dapat merepresentasikan hierarki kekuasaan
dalam struktur masyarakat atau hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan.
Peneliti dipandu untuk membaca setiap detail teknis sebagai sebuah kode budaya
yang perlu diterjemahkan.
Manifestasi
dalam Penelitian Budaya yang Luas
Lebih
jauh lagi, konsep struktur-simbolik ini memiliki resonansi yang kuat dalam
penelitian budaya secara luas. Fenomena sosial dapat dibaca layaknya sebuah
"teks". Dalam upacara ritual, peneliti dapat membedah urutan prosesi
sebagai struktur, dan mengaitkannya dengan sistem kepercayaan kosmis sebagai
simboliknya. Pendekatan ini memungkinkan kita melihat bagaimana kesenian
berfungsi sebagai alat untuk menegaskan identitas kultural dan sebagai media
transmisi nilai-nilai pendidikan karakter dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Signifikansi
metodologis dari pemikiran Prof. Robby Hidajat terletak pada sifatnya yang
holistik. Ia menuntut peneliti untuk melakukan observasi mendalam (thick
description) terhadap detail teknis seni sembari melakukan penggalian
literatur dan wawancara untuk menemukan akar filosofisnya. Dengan demikian,
penelitian yang dihasilkan tidak akan dangkal.
Secara
keseluruhan, struktur-simbolik mengajak kita untuk memandang karya seni sebagai
dokumen sejarah dan budaya yang hidup. Ia menyimpan kode-kode rahasia peradaban
manusia yang hanya bisa terungkap jika kita mampu membaca hubungan antara wujud
yang tampak dengan makna yang tersirat. Melalui pendekatan ini, seni
pertunjukan tidak lagi sekadar menjadi hiburan sesaat, melainkan menjadi
jendela untuk memahami jati diri dan martabat suatu bangsa.
Penulis : R.Dt.

Posting Komentar untuk "Struktur-Simbolik: Jembatan Estetika dan Filosofi dalam Pemikiran Robby Hidajat"