![]() |
Komunitas PBN dan Cak Marsam Hidayat (Foto ist.) |
Damariotimes.
MALANG, 10 Agustus 2025. Semangat melestarikan budaya tak mengenal batas usia
dan tempat. Itulah yang ditunjukkan oleh seniman ludruk kenamaan, Cak Marsam
Hidayat, yang tak henti menularkan pengalamannya kepada siapa saja. Kali
ini, semangat tersebut disambut antusias oleh para anggota Komunitas Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) dalam
sebuah pertemuan yang hangat di Kafe Dapur Kota, Jalan Candi Mendut, pada
Sabtu, 9 Agustus 2025.
Acara
yang diprakarsai oleh PBN, yang dikomandoi oleh Ibu Sany, ini menjadi ajang
bagi Cak Marsam untuk berbagi ilmu ludruk. Ia terkejut sekaligus bangga melihat
bakat akting alami yang dimiliki para ibu. Terlebih, salah satu anggota, Ibu
Rini dari Lawang, berhasil mencairkan suasana dengan candaan dan celotehan
ceplas-ceplosnya yang khas dan menghibur.
Melestarikan Jati Diri Bangsa Melalui Seni
dan Busana
Komunitas
PBN memiliki visi mulia untuk mengajak kembali ke jati diri bangsa. Dengan
mengenakan kebaya, jarit, dan sanggul, para ibu ini tidak hanya tampil cantik,
tetapi juga menyuarakan kebanggaan menjadi wanita Indonesia. Pertemuan dengan
Cak Marsam semakin memotivasi mereka untuk terus menggerakkan kampanye
membumikan busana khas Jawa.
Meski
rata-rata berusia di atas 50 tahun, para ibu ini tak pernah merasa tua. Mereka
selalu berjiwa muda, energik, dan memiliki semangat yang membara. Selain fokus
pada busana Jawa, komunitas ini juga aktif berbaur dengan berbagai komunitas
kesenian tradisi lain di Malang Raya. Kecintaan mereka terhadap budaya leluhur
membawa mereka untuk belajar menari, ngidung Jula-Juli, dan bahkan
membuat parikan humoris khusus untuk Cak Marsam.
kegembiraan ibu-ibu KBN (Foti ist.)
Ludruk Ibu-ibu PBN, Sebuah Pertemuan Luar
Biasa
Pertemuan
di Kafe Dapur Kota ini benar-benar menjadi momen istimewa. Para ibu menunjukkan
kebolehan mereka bermain ludruk dengan memerankan diri sendiri. Dialog yang
lugu, lugas, dan cerdas membuat Cak Marsam takjub. Ia bahkan berpendapat, jika
adegan-adegan mereka diiringi musik modern, mereka akan tampak seperti bermain
sinetron. Namun, saat diiringi gending Jula-Juli, akting mereka menjadi
sempurna dan pantas disebut sedang bermain ludruk.
Kegiatan
PBN tak hanya berhenti di lingkup internal. Mereka secara rutin mendatangi
berbagai daerah untuk membagikan kebaya dan memberikan tutorial bersanggul
kepada generasi muda. Tujuannya sederhana, agar putri-putri Indonesia kembali
mencintai budayanya sendiri. Pertemuan dengan Cak Marsam ini menjadi bukti
nyata bahwa semangat melestarikan budaya akan terus hidup dan berkembang jika
diusung oleh hati yang tulus dan penuh kegembiraan.
Kontributor : M.Hy
Posting Komentar untuk "Cak Marsam Hidajat dan Komunitas Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) dalam Semangat Menjaga Warisan Budaya"