![]() |
Marsam Hidajat (kontributor) ngobrol santai bersama cak Kirun (tengah) (Foto ist.) |
Damariotimes. Sore itu di Kafe mewah
daerah timur Pabrik Gula Krebet, Kabupaten Malang, sebuah obrolan hangat
terjalin. Sosok legendaris H. Sakirun, atau yang akrab disapa Abah
Kirun, pelawak asal Madiun dengan segudang pengalaman di dunia ludruk,
berbagi kisah inspiratif bersama Cak Benu dan Cak Marsam. Obrolan selama dua
jam ini menjadi jendela bagi pengalaman berharga Abah Kirun selama bergelut di
panggung seni pertunjukan rakyat.
Abah Kirun, yang dikenal sebagai
"kamus hidup" ludruk, menuturkan pengalamannya saat masih aktif di
ludruk gedongan atau tobongan. Menurutnya, ludruk gedongan adalah tempat
belajar yang cerdas bagi seniman ludruk. Bayangkan saja, setiap malam seniman
harus berganti syair kidungan, spepel lawak, ekstra lawak, hingga lakon yang
berbeda selama sebulan penuh.
"Waktu itu seniman ludruk
benar-benar ditempa untuk menjadi seniman kreatif," tutur Abah Kirun.
"Karena seniman ludruk tempo dulu punya pedoman, seniman harus nut
lakune zaman." Ungkapan ini menunjukkan betapa tinggi dedikasi dan
adaptasi yang dituntut dari para seniman ludruk di masa lalu. Mereka dituntut
untuk selalu berinovasi dan relevan dengan perkembangan zaman.
Setelah berbagi pengalaman, Abah
Kirun langsung menuju panggung untuk tampil sebagai bintang tamu Ki Dalang
Tantut Sutanto bersama Niken Salindri. Bersama anak didiknya, Cak Pelog, Abah
Kirun menunjukkan karismanya sebagai pelawak. Joki-jokinya yang kocak dan
menghibur membuat malam itu benar-benar gayeng dan mendapat perhatian luar
biasa dari masyarakat Desa Sukolilo.
Selama satu jam, ceplas-ceplosnya
Abah Kirun mampu memukau dan menghibur penonton. Tak heran jika banyak penonton
yang ikut menirukan ucapan dan tembang dari pelawak kondang asal Madiun ini.
Malam itu juga menjadi momen spesial karena Abah Kirun mengajak putranya, Bangkit,
untuk berduet menyanyi bersama Niken Salindri. Bangkit, yang baru saja lulus
Sarjana Seni Jurusan Karawitan ISI Surakarta, dengan percaya diri menunjukkan
kemampuan olah vokalnya. Duet Bangkit dan Niken Salindri yang memiliki daya
pikat luar biasa, berhasil menghanyutkan penonton dalam suasana gembira.
Abah Sakirun memang seorang pelawak
yang kaya pengalaman dan kreativitas. Kehadirannya tidak hanya membawa tawa, tetapi
juga nilai-nilai pendidikan dan hiburan yang patut dilestarikan. Kisahnya
menjadi pengingat bahwa seni pertunjukan rakyat seperti ludruk adalah warisan
budaya yang tak ternilai, yang terus berevolusi dan beradaptasi seiring waktu.
Konteributor : Cak Marsam Hidayat
Posting Komentar untuk "Ngrembuk Ludruk bersama Abah Kirun: Menggali Kekayaan Seni Pertunjukan Rakyat"