Tiga contoh batik sarong (dari berbagai sumber) |
Damariotimes. Setelah tahun 1986,
hasil penelitian Batik Sarong Gajah Mada, saya lanjutkan dengan penelitian
Batik Pesisiran, di kawasan Tuban, Paciran, Madura, dan Trengalek. Karakter
batik pesisiran itu menjadi variasi motif hias yang berbeda-beda, dan dan
ternyata dio setiap daerah kabupaten mempunyai perbedaan karakter. Akhirnya
setiap daerah mempunyai motif hias khas, yang menjadi karakter daerah, sebagai
kearifan lokal.
Penelitian tentang Batik Gajah Mada itu
berlanjut, dan pada tahun 2008, Batik Gajah Mada itu saya presentasikan di
Malaysia, saat ramai-ramainya tentang batik yang dipatentkan oleh Malaysia; akhirnya
Batik Gajah Mada itu menjadi kajian disertasi saya di Universiti Pendidikan
Sultan Idris di Darul Ridzwan Malaysia. Kajian itu berlangsung sampai tahun
2013.
Kembali pada kebangkitan batik untuk sarong, ternyata saat ini Lembaga-lembaga Islam mengapresiasinya, seperti Universitas Islam MaLang (UNISMA) memproduksi untuk para Dosen dan santrinya dengan batik Sarong, dengan label UNISMA. Kebangkitan batik sarong ini menjadi lhasanah kreativitas pengkayaan motih hias khas untuk sarong, dan menjadi salah satu trend kewirausahaan bagi Pabrik Sarong seperti WADIMOR dan lainnya.
Kebebasan menggunakan motif hias tidak lagi berdasar pada karaktwer daerah, tetapi ada beberapa pertimbangan yakni ragam hias yang aplikasikan tidak memuat unsur motif hias manusia dan binatang. Dengan kebangkitan batik sarong ini, akan memperkaya khasanah batik Indonesia lebih semarak, apalagi bila batik sarong ini menjadi barang perdagangan, yang secara produksi dapat saja diproduksi oleh negara lain. Kebangkitan batik untuk sarong ini dari tahun 1970-an, dan muncul pada tahun 2023.
Ini sekelumit tentang apresiasi kebangkitan batik, dan ternyata batik sebagai warisan budaya dari Indonesia yang sudah diakui oleh dunia, tak akan punah, dan terus berkembang, baik berkait erat dengan motif hiasnya, maupun pada tekniknya. Sebab pada era sekarang, batik dikembangkan dengan ecoprint dan membatik tak lagi menggunakan perintang lilin panas, dan motif hiaspun bisa di gubah dalam motif hias abstrak.
Penulis kontibributor : Dr. Mistaram, M.Pd.
Editor : R.Dt.
Posting Komentar untuk "Kebangkitan Batik Sarong/Sarung Untuk Laki-Laki (bagian 2) "