Jejak Etnis Peranakan di Kota Malang: Menyelusuri Keragaman Kultural

 


 


Pertigaan depan pasar besar sebelah kiri, toko Tolaram; toko kain milik orang India.
 

Damariotimes. Kota Malang, Jawa Timur, sebuah kota yang sarat dengan sejarah dan keragaman budaya. Kota ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi berbagai etnis lokal, tetapi juga menjadi rumah bagi berbagai komunitas peranakan, termasuk Peranakan Cina, Peranakan Eropa (Belanda), dan Peranakan India. Lokasi-lokasi khusus di Kota Malang, seperti area perdagangan dan tempat ibadah, menjadi saksi bisu dari keberadaan dan pengaruh masing-masing kelompok etnis ini.

Komunitas Peranakan Cina di Kota Malang terdeteksi dengan mudah karena cenderung tinggal di kawasan terpusat, terutama di sekitar area perdagangan dan rumah ibadah. Bangunan-bangunan bersejarah, seperti kelenteng-kelenteng yang megah, menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap kota ini. Keberadaan Peranakan Cina tidak hanya tercermin dalam fisik bangunan, tetapi juga dalam gaya hidup, kebiasaan sehari-hari, dan tentu saja, dalam kelezatan kuliner khas Peranakan yang dapat ditemui di berbagai restoran di Kota Malang.

Sebaliknya, Peranakan Eropa, terutama yang memiliki akar Belanda, agak sulit dideteksi karena mereka telah melebur dengan masyarakat umum. Meskipun begitu, jejak mereka masih dapat ditemukan dalam kegiatan keagamaan, terutama yang terkait dengan agama Katolik dan Kristen. Gereja-gereja tua dengan arsitektur Belanda yang megah, seperti Gereja Kayutangan, menjadi peninggalan berharga yang mengingatkan kita pada masa kolonial. Makam-makam kuno di sekitar Kota Malang juga menjadi saksi bisu dari kehadiran Peranakan Eropa yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah lokal.




pecinan wetan, depan pasar besar Malang ini adalah pertokoan yang banyak dimiliki orang Cina


Khusus untuk Peranakan India, jejak mereka mungkin sulit terdeteksi secara langsung, tetapi Kota Malang menyimpan bukti-bukti kuat tentang keberadaan mereka. Ada pertokoan besar bernama Tolaram yang menjadi pusat aktivitas komunitas ini. Selain itu, gedung bioskop Surya, yang sekarang berfungsi sebagai pertokoan Mitra, dan gedung bioskop Mulia depan klenteng Eng An Kiong, menyiratkan pengaruh kuat Peranakan India di bidang hiburan. Meskipun secara fisik sulit dibedakan dengan etnis Arab, kehadiran keturunan Peranakan India dapat dirasakan melalui kegiatan komunitas dan jejak budaya yang mereka tinggalkan di Kota Malang.

Etnis India ini awalnya datang ke Indonesia ketika Pakistan masih bersatu dengan India. Saat ini, meskipun ciri fisik mereka tidak terlalu berbeda dengan keturunan Arab, komunitas Peranakan India cenderung lebih banyak bercampur dengan keturunan Arab, menunjukkan evolusi dan adaptasi identitas mereka seiring berjalannya waktu.

Melalui penelusuran jejak etnis Peranakan ini di Kota Malang, kita dapat melihat betapa kaya dan beragamnya warisan budaya yang dihasilkan oleh interaksi antara berbagai kelompok etnis. Perbedaan dalam gaya hidup, agama, bahasa, dan tradisi menciptakan keragaman yang memperkaya sejarah Kota Malang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merawat dan menghormati warisan ini agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dalam mengapresiasi keberagaman ini, kita juga diingatkan untuk menghindari stereotip dan prasangka terhadap kelompok-kelompok tertentu. Sebaliknya, mari kita fokus pada apa yang bisa dipelajari satu sama lain dan bagaimana kita dapat saling memperkaya. Dengan memahami lebih dalam mengenai keturunan Peranakan ini, kita dapat merajut kembali kisah-kisah mereka ke dalam narasi yang lebih besar tentang Kota Malang sebagai salah satu tempat yang kaya akan keragaman kultural.

Di era globalisasi ini, menjaga dan memahami warisan budaya menjadi semakin penting. Warisan tersebut bukan hanya sebagai kenangan masa lalu, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan identitas untuk masa depan. Dengan menggali lebih dalam ke dalam kisah-kisah Peranakan Cina, Eropa, dan India di Kota Malang, kita dapat membangun pemahaman yang lebih kuat tentang lapisan-lapisan sejarah yang seringkali terlupakan atau terabaikan.

Peranakan-peranakan ini juga mengajarkan kita nilai-nilai seperti toleransi, kerjasama, dan keberagaman. Dalam masyarakat yang terus berubah dan berkembang, keberagaman adalah kekayaan yang patut dihargai dan dipertahankan. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, kita memiliki tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan warisan budaya ini.

Melibatkan diri dalam dialog lintas budaya juga diakui sebagai langkah yang sangat positif. Membuka pintu untuk pertukaran budaya dan pengetahuan dapat memperkaya kehidupan kita dan membangun jembatan antara berbagai komunitas. Dengan menjaga dan mengembangkan warisan budaya Peranakan ini di Kota Malang, kita dapat memberikan kontribusi positif pada pembentukan identitas nasional dan memperkenalkan Kota Malang sebagai destinasi kultural yang unik kepada dunia.

 

Kontributor: Mbah Jo

Editor         : Muhammad Affaf Hasiymy

Posting Komentar untuk "Jejak Etnis Peranakan di Kota Malang: Menyelusuri Keragaman Kultural"