Transisi Alih Transportasi Pribadi dari Bahan Bakar Fosil Ke Listrik

        Damariotimes. Transisi penggunaan kendaraan pribadi bertenaga bahan bakar fosil ke kendaraan listrik semakin kuat menjadi pembicaraan hangat di seluruh negara-negara dunia. Mengingat bahan bakar fosil mempunyai keterbatasan, bahkan jika berlanjut akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem bumi.
        Peningkatan kesadaran tentang pentingnnya pelestarian lingkungan dan kebutuhan energi terbaru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca telah mendorong banyak negara dan produsen kendaraan bermotor mempercepat transisi alih transportasi tersebut.
Mobil listrik sebagai alternatif transportasi masa depan (Sumbe Pexels)
        Sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar untuk penggunaan kendaraan bertenaga listrik, banyak produsen kendaraan bertenaga listrik mempercepat dan mendorong kebijakan berbagai negara berkembang. Bahkan, beberapa produsen kendaraan listrik telah mengumumkan rencana agar sepenuhnya beralih ke produksi kendaraan listrik dalam beberapa tahun ke depan.
       Sungguhpun demikian, transisi tersebut tidak terjadi secara instan, karena ketersediaan infrastruktur pengisian listrik yang masih sangat terbatas, bahkan biaya kendaraan listrik yang masih relatif mahal, selain dari pada itu kebijakan politik juga belum sepenuhnya mendukung percepatan tersebut.
        Walaupun demikian, beberapa negara maju telah memberikan insentif dan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik, serta membangun infrastruktur pengisian listrik yang lebih terjangkau oleh penggunaannya, sebagai contoh: Norwegia, sebuah negara di Skondinavia telah menjadi salah satu pioneer dalam transisi alih kendaraan berbahan bakar fosil kekendaraan listrik. Dilaporkan telah terdistribusikan sekitar 75% kendaraan listrik yang terjual dalam lima tahun berselang.
        Transisi ini juga memberikan keuntungan besar untuk mengurangi polusi udara di wilayah perkotaan, karena bahan bakar fosil terbukti memberikan dapak negatif terhadap meningkatnya polusi udara, sehingga berdampak terhadap kesehatan manusia. Dengan kendaraan listrik, dijamin tidak mengeluarkan emisi, sehingga akan mengurangi polusi dan kebisingan, sehingga kehidupan akan lebih baik. Sungguhpun kebijakan ini masih terus mendapatkan tantangan, karena ahli penggunaan bahan bakar fosil ke listrik juga dipertanyakan, mengingat produksi listrik juga masih menggunakan bahan bakar batu bara.
        Secara positif, transisi alih penggunaan kendaraan bertenaga listrik membuka peluang baru dalam perekonomian, seperti peningkatan produksi baterai untuk kendaraan listrik, dan pengembangan teknologi pengisian listrik yang lebih cepat. Karena jika hal tersebut tidak benar-benar disiapkan akan berdampak pada sistem dunia kerja, baik industri ataupun jasa.
        Ditingkat kebijakan, pencapaian transporasi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik erat kaitannya dengan peranan pemerintah, produsen kendaraan, dan masyarakat pengguna. Pemerintah dapat memberikan insentif dan subsidi untuk pembelian kendaran listrik, dan pengadaan infrastruktur pengisian listrik yang lebih terjangkau, sementara produsen kendaraan listrik harus terus meningkatkan teknologi dan menekan biaya produksinya. Bahkan masyarakat juga dapat berperan dalam tansisi ini dengan memilih kendaraan listrik sebagai alternatif transportasi pribadi.
        Secara keseluruhan, bahwa transisi penggunaan kendaraan listrik tidak hanya tentang masalah mengurangi emisi gas rumah kaca, namun juga memberikan untuk membuka peluang baru dalam perekonomian, dan meningkatkan kualitas Kesehatan manusia diwilayah perkotaan. Dengan demikian, adanya kolaborasi yang kondusif antara berbagai pihak, tentunya pencapaian transformasi ini dapat menciptakan dunia yang lebih bersih, sehat, dan sejahtera.



Penulis           : R. Hidajat
Editor             : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Transisi Alih Transportasi Pribadi dari Bahan Bakar Fosil Ke Listrik"