Bagaimana Sejatinya Kemerdekaan Belajar Itu Diterapkan? (bagian 2)

Damariotimes. Tulisan ini merupakan lanjutan dari “Kemerdekaan Guru, Eksekutor Hidup dan Mati Kemerdekaan Murid!” sebagai berikut:
Suasana Pembelajaran di dalam kelas (Foto Ist.)
        Sangat kompleks jika kita membincangkan negeri kita. Banyak faktor dan gagasan yang sudah dirilis dan diusahakan secara masif mulai dari entitas terpenting dalam hal ini kompetensi guru hingga lembaga pendidikan selaku sistem penggerak dan pencetak generasi. Mulai dari administrasi pembelajaran dan tiga belas istilah perubahannya, gerakan pembelajaran daring bagi guru mulai dari seri AKM (seri literasi dan seri numerasi), seri inklusi dan serial pelatihan daring lainnya. Program guru penggerak, kepala sekolah penggerak, sekolah penggerak, pengajar praktik, organisasi penggerak, dan gerakan yang bersifat kolaboratif lainnya.
        Namun kembali lagi pada esensi pendidikan, khususnya menurut pandangan islam, bahwa sejatinya pendidikan adalah motor yang menjadi pemimpin manusia untuk menjadikannya berahlak mulia dan tetap membuka diri terhadap pengaruh dari dunia luas. Membuka diri tanpa terpengaruh. Pengetahuan dunia dan ahlak mulia adalah modal dasar bagi setiap manusia untuk memanusiakan manusia lainnya. Memberi kemaafan dan pemakluman bagi kekurangan sekitarnya. Menyuarakan kebenaran dengan arif di atas kesalahan dan tumpang tindihnya kenyataan antara aturan dan pemahaman. Menjadi manusia seutuhnya dengan memahami potensi dalam dirinya namun tetap berterima dengan perbedaan atau pluralitas Indonesia khususnya, dan dunia pada umumnya, serta tetap menjaga keimanan kepada Tuhannya. Karena dengan begitu, manusia memiliki pedoman, dalam menentukan pilihan hidupnya, menjadi apa, bagaimana proses memperjuangkannya, bagaimana peluang dan risiko yang akan dihadapinya dan bagaimana setelah ia mampu melalui semua prosesnya.
 
1. Kurikulum Merdeka Belajar, untuk Belajar Merdeka
Guru!
       Ya, dalam hal ini guru adalah ruh terpenting dalam pembelajaran dalam proses memanusiakan manusia. Sistem pembelajaran, sarana dan kondisi sekolah, kurikulum, dan perangkat lainnya  adalah rangkaian piranti yang tidak dapat dipisahlan terciptanya sebuah ekosistem pendidikan yang layak. Namun entitas seorang guru adalah kebutuhan hakiki dalam sebuah pembelajaran. Guru adalah jantung pendidikan yang wajib berdetak untuk menghidupi setiap sendi kehidupan Pendidikan, khususnya di era merdeka belajar dan belajar untuk merdeka.
        Guru yang mampu memerdekakan dirinya dari setiap kekangan, meski itu aturan sekali pun adalah modal utama keberhasilan pembelajaran.
Saya menjadi teringat dua film inspratif yang berasal dari Indonesia dan tetangga kita yang kental budaya, India puluhan tahun lalu. Pertama, Laskar Pelangi yang digubah dari Novel Andrea Hirata serta kedua, film hindustan yang mengemas kisah cinta, melalui alur pendidikan kampus, Mohabbatein. Betapa ketulusan cinta seorang guru dengan variabel karakter peserta didik wilayah pesisir mampu melahirkan novelis besar sekelas Andrea Hirata. Betapa seorang mahasiswa, Raj Aryan Malhotra, dikisahkan terusir dari kampus besar karena kisah cintanya, memiliki komitmen yang luar biasa untuk kembali dan mendobrak sistem belajar yang melarang musik menjadi bagian pembelajaran. Keduanya bukan dicetak menjadi apa? Melainkan ingin mewujudkan apa? Bukan membentuk dirinya menjadi kendraan, melainkan menjadikan ilmunya, kendaraan pewujud mimpinya. Penulis dan Pemusik, Mantan Ekonom dan Guru Musik.
        Bukan tentang film semata, namun tentang muatan moral dan dedikasi seorang guru dalam mengantar peserta didiknya menjadi bagian dari dunia yang multikural dan tetap bertahan dalam jati dirinya, mencintai dan menerima ke dalam dirinya dan mampu tetap eksis dalam setiap terjangan perubahan dunia. Dan berhasil membudayakan karakter pada peserta didiknya. Diperlukan sebuah institusi khas dalam pembelajaran yang  mampu menampung kompetensi peserta didik, baik intra maupun ekstra.
        Semoga Indonesia selalu mengawal guru dan pendidikan sebagai eksekutor hidup dan mati sebuah peradaban manusia. Peradaban sebuah bangsa. Bagian dari beradabnya dunia. Berhenti berputar dalam keribetan istilah dan nomenklatur, melainkan membantu aliran aksi nyata kemerdekaan yang sesungguhnya. Semangat merdeka belajar! Selamat membelajarkan kemerdekaan manusia!
Wallahua’lam bisshawab.
 
 
 
 
Kontributor    : Dwi Ariana
Editor             : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Bagaimana Sejatinya Kemerdekaan Belajar Itu Diterapkan? (bagian 2)"