Weton Menurut Primbon Jawa

Damariotimes. Sejak zaman dahulu kala, masyarakat selalu ingin mengetahui mistri dari berbagai fenomena sosial, termasuk kelahiran. Orang Jawa mempunyai sistem untuk meramalkan tentang perjodohan yang didasarkan oleh woton (hari kelahiran).

            Mereka yang mungkin sekarang sudah tidak lagi mendengar, atau beberapa orang tidak lagi menggunakan. Pengertian weton berasal dari kata wetu, yaitu bermakna keluar atau lahir. Beriknyan akhiran -an yang membentuk sebagai kata benda, atau dibendakan. Fungsinya adalah sebagai penanda dari kelahiran seseorang yang dihasilkan dari penggabungan sistem perhitungan saptawara dan pancawar.

Weton dipandang tidak hanya sebagai penanda lahir, yang diselamati atau dipuasai setiap satu bulan sekali, atau diperhatikan dari hari bulan yang untuk menandai ulang tahun seseorang. Namun diberbagai fungsi tersebut dibutuhkan untuk memahami dari aspek perjodohan.

Berbagai perhitungan yang dilakukan untuk menentukan atau menafsirkan (ramal) tentang perjodohan, dengan menerapkan motode, rumus, atau ketentuan yang secara turun-temurun diyakini oleh para sesepuh orang Jawa. Mereka meyakini weton seseorang karena dalam weton itu mempunyai implikasi pada watak, sifat, dan kondisi psikolosi seseorang. Jika memperhatikan dari aspek weton dapat dihitung melalu gabungan dari saptawara (hitungan 7; yaitu dihitung mulai dari hari senin-sampai minggu) dan pancawara (hitungan 5: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon) atau yang disebut juga pasaran. Perhitungan tersebut menurut putaran yang berulang setiap 35 (7x5) atau sebulan. Dengan demikian penanda weton adalah pengulangan ketika hari kelahiran anda dapat berulang selam 5 minggu.

Gambar Ilustrasi freepik.com/natusm

            Perhitungan weton ini sangat dipentingkan bagi masyarakat Jawa, utamanya jika mereka akan menjodohkan atau melihat weton dari pasangan putra atau putri mereka waktu akan menikah. Karena disana ada keberuntungan atau nasib tertentu yang dimungkinkan akan terjadi atau dialami oleh pasangan.

            Sungguhpun sistem weton ini sudah tidak lagi umum digunakan, namun hal ini merupakan salah satu kearifan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Sudah selayaknya menjadi bagian kekayaan dalam khasanah kebudayaan masyarakat bangsa Indonesia.



Penulis            : R. Hidajat
Editor              : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Weton Menurut Primbon Jawa"