Wayang Wong Gaya Yogyakarta Menyambut Wisatawan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Pasca Pendemi Covid-19

Damariotimes. Sabtu-Minggu,16-17 Juli 2022 di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sudah dibuka untuk umum. Para pengunjung domestik dan beberapa wisatawan mancanegara sudah tampak beberapa. Mereka ingin menikmati eksotika istana Jawa yang didirikan oleh Sultan Hamengkubuwana I tahun 1755.

Wayang Wong Lakon Ramayana: Hanoman berhadapan dengan Kumbakarna (Foto Ist.)

                Yogyakarta, yang merupakan salah satu wilayah kerajaan Jawa setelah Mataram. Istana yang berdiri menghadap ke Utara, lurus dengan puncak gunung Merapi ini menyimpan berbagai kekayaan budaya, mulai dari adat istiadat, arsitektur, kuliner, hingga seni tari.

                Memasuki masa pasca pandemi covid-19 mulai setelah hari raya idul fitri, dan perlahan perekonomian yang berbasis pariwisata mulai menggeliat lagi. Dengan demikian objek-objek wisata yang memiliki daya tarik keeksotikan kebudayaan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat juga dibuka untuk umum.

Foto bersama setelah pertunjukan selesai (Foto ist.)

                Seperti tradisi pada masa sebelum pandemi covid-19. Setiap hari minggu pagi pukul 10.00-11.30 WIB selalu digelar repertoar tari gaya Yogyakarta. Namun pada kali ini berbeda, yaitu digelar wayang wong (orang) berlakon Ramayana. Pada Sabtu-Minggu, 16-17 Juli 2022 ditampilkan lakon Sinta Panggih (Sinta bertemu dengan Sri Ramawijaya). Sajian wayang orang ini disajikan oleh Pamulangan Beksa Pujakusuman.

                Jalan cerita yang disajikan lakon Sinta Panggih sebagai berikut: Di Pesanggahan Suwelagiri, Prabu Rama wijaya sedang membicarakan siapa Senopati Ngalengkadiraja yang akan maju ke medan perang.

Megananda (Indrajit) dengan laku sandi melepaskan pusaka Panah Nagapasa, hingga Prabu Rama Wijaya beserta semua prajuritnya akhirnya pingsan. Wibisana dapat menyembuhkannya. Kemudian Prabu Rama Wijaya maju ke medan perang.

Di Taman Soka Dewi Sinta  sedang dihibur Trijata beserta  putri-putri  Ngalengka,  kemudian datanglah Prabu Dasamuka untuk merayu Dewi Sinta, Tetapi Dewi Sinta tetap menolaknya

Di Kerajaan Alengka Dasamuka mendapat laporan dari Indrajit. Bahwa Rama Wijaya  beserta Prajuritnya telah terbunuh  dengan panah Nagapasa, akan tetapi Kumba-kumba melaporkan bahwa Rama Wijaya telah datang ke Alengka. Perangpun  terjadi.

Peperangan  Dasamuka dapat  dibunuh oleh Rama Wijaya, dan kemudian  Sinta dapat bertemu dengan prabu Rama. Untuk menguji kesucian  Dewi Sinta, Rama meminta Sinta  harus mau masuk dalam api Suci. Karena kesucian  cinta Dewi Sinta tidak dapat terbakar. Akhirnya Dewi Sinta di Boyong ke Pancawati.

Sebagaimana lakon klasik yang ditampilkan secara apik dan penari yang terlatih tersebut di sutradarai  oleh Drs. Supriyanto, M.Sn., dan penata tari putra Suwantoro, S.Pd., Penata tari putri Dra. V. Retnaningsih dan Dra. Istu Noorhayati, dan penata busana Heni Pudyastuti,S.Pd.

Merupakan lakon klasik yang dikenal dengan Sinta Boyong (dewisinta dibawa kembali ke Pancawati). Mengingat wayang wong di keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi yang sangat tua usianya, dan berberapa sultan terdahulu telah mengembangkan menjadi semakin baik, termasuk penataan busana dan penataan panggung yang realistik.

Para pengunjung yang menempati sepanjang kanan kiri dan depan Pendapa menikmati dengan sangat antusias, mereka juga mengabadikan melalui smartphone dan juga kamera. Hal ini menunjukan, bahwa tari klasik gaya Yogyakarta yang sangat jarang dapat disaksikan di tempat lain, memang benar-benar memiliki daya tarik tersendiri. Mengingat sudah lebih dari dua tahun, covid-19 telah berhasil mengurung semua orang di dalam rumah. Saat ini sudah ada kelonggaran untuk berpergian, termasuk mengunjungi keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

 


Reporter              : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Editor                  : Harda Gumelar 

Posting Komentar untuk "Wayang Wong Gaya Yogyakarta Menyambut Wisatawan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Pasca Pendemi Covid-19"