Mandi Malam Jumat Legi

Malam ini bertepatan hari jumat legi. Pesan eyang guru nanti malam jam 12.00 Wib, waktu yang terbaik untuk ritual mandi. Kata guru paman; malam itu merupakan waktu yang bertuah, mujarab, dan waktu yang sangat tepat untuk meminta rejeki, jodoh, atau drajat pangkat. Jika orang melakukannya tidak terputus selama 7 kali jumat legi, permintannya akan terkabut.

Ritual Mandi (karyakepri.com)
                Paman Jatiman memang orangnya masih sangat yakin terhadap hal seperti itu, saya, Herry Januar, putra pertama dari adik paman Jatiman. Saya sejak  kecil tidak tertarik hal-hal yang berbau klenik seperti itu. Tapi paman selalu menganjurkan para keponakannya, termasuk saya untuk melakukan hal-hal mistik seperti itu. Sungguhpun ponakannya semua tidak pernah mengindahkan. Karena akal saya belum dapat memahami hal seperti itu. Mungkin akal saya memang tidak terjangkau, atau jangkauan akal anak-anak zaman mellenial sekarang tidak mampu menembus dimensi tersebut.

Kebanyakan dari kami hanya dapat memahami game, permainan yang memang dapat mendatangkan uang. Tidak harus mandi, tidak mandi pun beberapa teman yang memang getol main game online dapat banyak mengumpulkan uang virtual. Peluhnya terus mengalir dengan jempol yang terus bekerja menekan bergantian stick game.

                Jika sampai waktu jumat legi, paman sudah mengingatkan kami. Jangan tidur sore, nanti malam jangan lupa mandi. Panjatkan keinginan mu agar mendapatkan berkah, bahkan dapat awet muda. Lihat seperti paman ini. Usia 70 tahun masih bergas waras. Bahkan para keponakan seringkali ditunggui. Namun kami tidak kurang akal untuk menghidari, berbagai alasan yang dicari-cari. Bahkan kami pernah patungan untuk membelikan makanan secara online. Paman sangat senang mie setan. Kami sepakat untuk membelikan paman mie setan level 10 pedasnya.

                Tanpa berpikir panjang, setelah pesanan datang. Kami langsung menyodorkan mie setan itu pada paman. Tanpa berpikir panjang, mie tersebut disantap dengan lahap, ludes seketika dan sangat senang; ‘wah mienya enak pol!!”. Kami tertawa kecil dambil menutup muka dengan sarung. Bahkan setelah makan tampak kebingungan mencari minum. Tapi waktu itu di rumah kebetulan tidak ada air, rupanya paman sudah tidak kuat menahan mulutnya yang terasa terbakar. Maka secepatnya paman buru-buru pulang, tampaknya juga bermasalah dengan perutnya. Kami tertawa, lega. Karena kami tidak akan ditunggui mandi malam jumat legi.

                Keesokan harinya, rupanya paman merasa kalau tadi malam itu memang ulah kami semua. Paman mulai juga sadar, bahwa pemahaman paman memang tidak sesuai dengan kondisi dan situasi bagi kami. Generasi melenial ini.

                Rupanya paman juga kecewa, kenapa warisan leluhur yang sudah tidak dapat diwarisi oleh generasi muda. Tapi kekecewaan itu juga tidak sepenuhnya membuat paman menjadi putus asa. Beliau berpesan, mungkin kalian mempunyai jalan lain untuk mendapatkan kebaikan yang sesuai dengan zaman ini. Kami semua ditanya, kira-kira laku apa yang kalian dapat kerjakan. Agar harapan dan cita-cita kalian dapat tercapai.

                Paman…memandang kami semua, dengan wajah yang penuh tanda tanya. Kami terdiam, duduk bersila dengan menundukan kepala. Kami sebenarnya ada perasaan yang sedih, tapi kami juga bingung untuk dapat menjawab pertanyaan paman itu.

                Kami menyadari, bahwa kami tidak seperti orang-orang di zaman paman, mereka lebih banyak mencari pencerahan melalui laku spiritual. Kami dihadapkan pada kondisi yang rasional. Ukuran kesuksesan kami adalah uang. Maka setiap hari selalu memikirkan kesejahtraan hidup ini adalah kemampuan untuk mendaptkan uang. Ritual kami adalah menjadi pekerja untuk memburu uang. Sungguhpun ada petuah ‘uang memang tidak segala-galanya, tapi kalau tidak punya uang memang tidak akan memiliki apa-apa.’

                Kerja adalah ritual yang kami kerjakan, teknologi menjadi kendaraan yang menjadi harapan besar untuk menghantarkan kami pada kesuksesan hidup. Karena kerja keras merupakan jalan satu-satunya yang dapat menjawab pertanyaan paman.

                Kami segera bangkit dari duduk bersila, dan kepala menunduk. ‘kami akan kerja keras, paman!!!”



Penulis                  : R. Hidajat

Posting Komentar untuk "Mandi Malam Jumat Legi"