Samuji Dung Rampal, Tandhak Gedongan Yang Mengimpikan Panggung Ludruk Sebagai Istananya

Samuji yang sepenuhnya hidup untuk ludruk (foto ist.)

            DAMARIOTIMES - Jika para tandhak setelah manggung di gedong (bangunan darurat untuk pertunjukan Ludruk) sekitar jam 03-04 dini hari berkemas-kemas untuk pulang. Ada yang dijemput teman-temannya, ada yang membawa sepeda ontel, ada yang hanya jalan kaki berdua, atau berempat. Tapi, tandhak yang satu ini pilih tidur di tobong. Mengingat rumahnya terlalu jauh dari tempat pertunjukan ludruk itu main.

             Samuji, salah satu tandhak yang tidak pernah pulang dari tobong itu lahir tanggal 7 Mei 1970. Merupakan putra dari pernikahan Niti Ponijan dengan Tukilah asal Dusun Sidodadi Desa Kedung Rampal RT 02/  RW 01 Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang. Sejak kecil tampilannya memang sudah sangat luwes, dan tidak senang bermain sepak bola seperti teman-teman lelaki sebayanya.  Anaknya pendiam, tapi tampak memiliki kecerdasan dan kemauan yang keras untuk maju.

Samuji mengaku mulai ngludruk sejak tahun 1986, pada waktu itu  ikut ludruk Wijaya Kusuma yang dipioleh oleh Cak Jamil,   kemudian pindah ke Ludruk Persada, Ludruk Armada, ludruk Subur Budaya, Ludruk Taruna Budaya, dan Ludruk Orkanda. Kurang lebih selama tiga puluh empat tahun malang melintang pindah dari ludruk yang satu ke ludruk yang lain. Semuanya dilalui dengan sangat menyenangkan, tidak ada masalah yang terjadi. Semuanya baik-baik saja, karena perpindahan itu memang atas dasar pilihan dan mencari pengalaman.

Samuji bergabung dengan semua  grup Ludruk yang ada di Malang karena bisa Ngremo,bisa seling dan bisa jadi lakon spesial dapukan gadis desa  ke kebihan inilah yang membuat Muji percaya diri berbaur dengan Koleganya.

 

Samuji merasakan hidup seutuhnya ketika tampil sebagai tandhak (foto ist.)


Jika dibandingkan waktu Samuji mengikuti perkumpulan ludruk, yang paling lama ikut pada ludruk Wijaya Kusuma, bahkan tergolong paling aktif di gedongan. Karena waktu itu, rumah Samuji jauh dari tempat pertunjukan. Selain dari pada itu, Cak Jamil kekurangan  peranan wanita, oleh karena itu  setiap malam Samuji harus tampil menjadi peran utama wanita.

Bagi Samuji, Gedongan merupakan rumah kedua, maka dia tetap setia berada di gedong ludruk. Tempat ini menjadi ‘istana’ yang tak pernah membosankan, hal ini yang membuat Samuji  terus mencintai profesinya sebagai pemain ludruk.

Samuji sebagai peran wantia pada pertunjukan ludruk sangat mengidolakan tandhak bernama Slamet Nety. Karena Nety sangat bagus penampilannya pada waktu memerankan Yanti dalam Lakon Topeng Kembar. Nety memang dikenal primadona ludruk Persada. Penampilannya sebagai tandhak memang  Cantik, luwes dan serba bisa. Oleh karena itu obsesi Samuji selalu mengidolakan tandak Slamet Nety.

Muji, sapaan akrabnya adalah salah satu tandak ludruk yang  sangat rendah hati, mau belajar dan tidak banyak bermasalah dengan teman-temannya. Karena pembawaanya yang tidak banyak ‘tingkah’. Muji  termasuk Tandhak ludruk yang serba bisa, bahkan sehari-hari berpenampilan sopan dan menghormati pada teman seniornya.

Berkat kepiawaiannya sebagai tandhak, yang sangat trampil make up dan berdandan berbagai busana wanita yang luwes. Muji mengembangkan profesinya di bidang kecantikan yaitu membuka salon yang bernama Elmanik Salon. Lokasinya di  Kedung Rampal. Sungguhpun salonnya maju, jika memililih untuk tampil di atas panggung. Samuji akan memilih tampil dengan berdandan yang cantik dan luwes. Karena di atas panggung itu adalah satu-satunya dunia yang membuat dirinya leluasa mengekspresikan jiwanya.  Harapannya yang paling besar, bahwa ludruk masih tetap dapat menjadi tampat yang menyenangkan karena gedong ludruk itu memang benar-benar istananya.



Repoerter        : Marsam Hidajat
Editor              : Harda Gumelar
 

Posting Komentar untuk "Samuji Dung Rampal, Tandhak Gedongan Yang Mengimpikan Panggung Ludruk Sebagai Istananya"