Misteri Topeng-Topeng Kuno Di Museum Mpu Tantular Terungkap!

 

Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. menyerahkan laporan pada Bapak Sadari, S.Sn. (Foto ist.)


Damariotimes. SIDOARJO – 19 September 2025. Koleksi topeng kuno di Museum Negeri Mpu Tantular akhirnya disingkap tabir usianya. Selama tiga hari, mulai 17 hingga 19 September 2025, tim ahli dari Universitas Negeri Malang (UM) melakukan kajian mendalam terhadap ratusan topeng etnografika yang menjadi salah satu harta karun museum ini.

Kajian yang merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dengan Universitas Negeri Malang dengan secara resmi berakhir hari ini, ditandai dengan penyerahan laporan setebal 300 halaman kepada Kepala UPT Museum Mpu Tantular, Sadari, S.Sn.



Topeng Kuno dari Cirebon berbentuk gajah dengan 9 mata (Foto ist.)


Identifikasi Topeng Kuno; Terungkap Usia Ratusan Tahun

Tim ahli yang turun tangan adalah dua pakar topeng dari Departemen Seni dan Desain UM, yaitu Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., seorang peneliti topeng, dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., akademisi sekaligus penari yang berasal dari keluarga pewaris topeng di Tumpang, Malang.

Dalam laporan pendahuluan; Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. menjelaskan bahwa topeng-topeng tertua yang tersimpan di museum ini diperkirakan dibuat oleh pengrajin tradisional pada awal tahun 1920-an. Topeng-topeng ini berasal dari berbagai daerah, seperti Malang dan Madura, menjadikannya sangat berharga sebagai materi kajian historis.

Tidak hanya dari Jawa Timur, koleksi ini juga mencakup topeng dari seni pertunjukan Sandur Jombang yang terlakon Panji dan Dongkrek Madiun sebagai bentuk pertunjukan ritual tolak balak. Ada pula topeng dari Yogyakarta dan Bali, serta yang paling unik, satu topeng gajah dari Cirebon.

 

kerja intensi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Negeri Malang (Foto ist.)

Tantangan dalam Menggali Kisah Topeng

Meski identifikasi awal berhasil, Prof. Robby Hidajat mengakui bahwa ada tantangan besar yang dihadapi timnya. Berbekal pengalaman dalam mengenali ciri fisik, mereka belum bisa memastikan secara definitif usia topeng karena belum ada kajian uji material. Selain itu, misteri tentang siapa seniman yang menggunakan topeng-topeng ini pada masanya juga masih belum terpecahkan.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kajian lanjutan melalui kerja sama dengan institusi perguruan tinggi untuk menuntaskan penelitian ini di masa yang akan datang.

Sadari, S.Sn., selaku Kepala UPT Museum, didampingi Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum, Ida Yoelianti, S.Sos., M.M., menyampaikan apresiasi tinggi. Mereka berterima kasih atas kerja keras dan dedikasi tim UM yang telah mencurahkan perhatian penuh pada koleksi museum Mpu Tantular.

Pada penutup laporan, Prof. Robby Hidajat, M.Sn. “identifikasi ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan penting yang dapat digunakan oleh masyarakat dan para peneliti untuk berbagai keperluan di masa mendatang”. Pernyataan itu disimak secara seksama oleh staf Koleksi dan Konservasi Museum, serta mahasiswa dari UNESA yang sedang magang di Museum.

 

Reporter : MAH

 

 

 

 

4 komentar untuk "Misteri Topeng-Topeng Kuno Di Museum Mpu Tantular Terungkap!"

  1. Alkindy Salsa Nabila23 September 2025 pukul 00.15

    Artikel ini sangat bermanfaat dan menarik karena berhasil mengungkap sejarah dan makna budaya yang sebelumnya jarang diketahui.

    BalasHapus
  2. Naslihna Fatimah Az Zahra23 September 2025 pukul 03.37

    Artikel “Misteri Topeng-Topeng Kuno di Museum Mpu Tantular Terungkap!” menarik karena membuka pemahaman baru tentang nilai sejarah dan makna simbolik di balik koleksi topeng yang selama ini jarang diketahui publik.

    BalasHapus
  3. Zahra Puspa Kirana12 Oktober 2025 pukul 07.37

    Penemuan ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya, tetapi juga memberikan kesempatan bagi kita untuk memahami lebih dalam tentang tradisi, kepercayaan, dan seni dari nenek moyang.

    BalasHapus
  4. Saya kagum bagaimana para ahli berhasil mengungkap misteri yang srlama ini tersembunyi. Semoga penelitian seperti ini terus berlanjut, karena warisan budaya seperyi ini sangat berharga

    BalasHapus