IKASTISI "Pulang Kampus": Reuni Penuh Nostalgia di Jurusan Tari ISI Yogyakarta 2025

 

satu sisi ekspresi kebahagiaan alumni IKASTISI (Foto ist.)


Damariotimes. Yogyakarta, 27 Juni 2025. Pagi hari yang cerah merambat pelan di langit Yogyakarta pada Jumat, 27 Juni 2025. Bukan hari biasa, kali ini hari yang menjadi saksi bisu riuh rendah tawa, hangatnya pelukan, dan derai air mata yang ditahan; haru berkecamuk beberapa orang yang memenuhi pelataran Pendapa Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Hari itu, kampus yang dulu menjadi saksi bisu mimpi-mimpi masa muda, kini kembali berdenyut dengan energi nostalgia dalam acara IKASTISI "Pulang Kampus". Jurusan Tari, yang biasanya dipenuhi alunan musik ritmik merangsang setiap tubuh  gemulai gerak, pagi itu bertransformasi menjadi panggung reuni, menjamu ratusan alumni dari berbagai angkatan.

Dari gerbang masuk, aroma melati yang biasa menyambut mahasiswa seakan bercampur dengan aroma kenangan yang menguar dari setiap sudut. Lorong-lorong yang dulu menjadi saksi bisu latihan tari hingga larut malam, kini dipenuhi langkah-langkah mantap para alumni yang telah menapaki berbagai jejak kehidupan di daerah pengabdian masing-masing. Wajah-wajah yang dulu polos dan penuh semangat masa muda, kini dihiasi garis-garis kedewasaan, namun sorot mata mereka tetap memancarkan kehangatan persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Ada yang datang dari ujung Sumatera, ada pula yang terbang jauh dari pulau seberang, semua demi satu tujuan: kembali ke rumah, kembali ke akar.

"Ini seperti mimpi," bisik seorang alumni angkatan '80-an dengan mata berkaca-kaca, sembari menunjuk ke arah panggung terbuka tempat pertunjukan sering digelar. "Dulu, tempat ini saksi bisu perjuangan kami. Keringat dan air mata tumpah di sini." Kisah-kisah lama sontak mengalir bak air bah, menghidupkan kembali memori tentang dosen-dosen killer, tugas akhir yang tak berujung, hingga persahabatan yang terjalin erat di balik tirai pementasan. Gelak tawa meledak saat seseorang mengenang insiden lucu saat pentas perdana, sementara yang lain terdiam, tenggelam dalam lamunan, mengingat sahabat-sahabat yang kini mungkin telah tiada.

Puncak kehangatan acara "Pulang Kampus" dimulai ketika lampu-lampu di aula meredup, menandakan dimulainya screening film dokumenter "Behind the Stage Tari Saraswati". Sunyi menyelimuti ruangan, hanya suara narasi dan musik pengiring yang terdengar. Film itu bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah jembatan waktu yang membawa para alumni kembali ke masa ketika Tari Saraswati lahir dan berkembang. Setiap adegan, setiap gerak, setiap detail di balik layar yang terungkap, memicu decak kagum dan apresiasi mendalam. Tari Saraswati, bukan hanya sebuah tarian, melainkan manifestasi filosofi, persembahan jiwa, yang menurut banyak alumni, adalah "amal ibadah ilmu yang tidak putus amal kebaikannya." Rasa haru menjalar di hati, menyadarkan kembali betapa berharganya ilmu dan warisan budaya yang mereka pelajari di Jurusan Tari.

Setelah selubung magis Tari Saraswati terangkat, panggung kembali menyala, kali ini untuk menyambut karya dosen yang dinanti-nanti: "Kamna" dan "Panca Mahabuta". Dua karya ini, meski berbeda dalam nuansa dan filosofi, sama-sama berhasil memukau hadirin. "Kamna" menyuguhkan eksplorasi gerak yang sarat makna, sementara "Panca Mahabuta" menghadirkan kekuatan dan kedalaman ekspresi yang memukau. Tepuk tangan riuh membahana di akhir setiap pertunjukan, bukan hanya sebagai apresiasi terhadap keindahan karya, tetapi juga sebagai penghormatan kepada para pengajar yang tak pernah berhenti berkarya dan menginspirasi. Momen ini menjadi pengingat bahwa Jurusan Tari ISI Yogyakarta selalu melahirkan seniman-seniman berbakat dan karya-karya yang relevan.

Namun, yang paling menghangatkan hati adalah penutup acara: flashmob seru bersama Setyastuti. Bayangkan, ratusan alumni dari berbagai generasi, dengan latar belakang dan profesi yang beragam, semua melebur dalam satu irama, menari bersama dengan penuh sukacita di bawah bimbingan Setyastuti yang penuh energi. Gerakan-gerakan sederhana namun penuh makna itu bukan sekadar tarian, melainkan simfoni persatuan, simbol kebersamaan yang tak lekang oleh waktu dan jarak. Tawa riang pecah, energi positif mengalir, dan wajah-wajah bahagia terpancar jelas. Ini adalah puncak kehangatan, momen ketika semua sekat runtuh dan hanya ada satu identitas: keluarga besar alumni IKASTISI Jurusan Tari.

Malam semakin larut, namun keengganan untuk berpisah tampak jelas di wajah setiap alumni. Pelukan erat, janji untuk tetap terhubung, dan doa agar selalu sehat dan bahagia saling terucap. Reuni "Pulang Kampus" ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya ikatan, persahabatan, dan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Ia adalah bukti bahwa, meskipun waktu terus berjalan dan kehidupan membawa kita ke berbagai arah, akar yang tertanam di Jurusan Tari ISI Yogyakarta akan selalu menjadi rumah, tempat kita bisa kembali untuk merayakan kenangan dan mengisi ulang semangat.

Hingga jumpa di reuni selanjutnya, keluarga besar alumni IKASTISI Jurusan Tari. Semoga sehat dan bahagia selalu.

 

Reporter : R.Dt.

 

Posting Komentar untuk "IKASTISI "Pulang Kampus": Reuni Penuh Nostalgia di Jurusan Tari ISI Yogyakarta 2025"